chapter 8

1.2K 154 0
                                    


Happy Reading~!🌹



















"hosh hosh hosh”

Napasku memburu seiring dengan langkah kakiku yang lambat laun semakin memelan. Saat ini aku sedang berada di sebuah tempat ‘keramaian’ yang aku sendiri juga tak tahu ada dimana. Tentu saja aku menggunakan jubah agar para iblis yang sedang berlalu lalang ini tak mengetahui bahwa aku adalah seorang manusia biasa, bukan seorang iblis bangsawan.

Ya, walaupun memang tampang ku sangat menyakinkan untuk mengaku-ngaku sebagai iblis bangsawan tetapi, aku tak dapat melakukanya karena aura di tubuhku ini tak akan dapat menipu. Ya, tentu saja manusia dan iblis memiliki aura yang sangat berbeda. Oleh karena itu, kini aku berlari dengan cepat menjauhi kerumunan yang mari kita sebut saja sebagai ‘pasarnya’ iblis. karena memang tempat ini sangat mirip seperti pasar, walau barang dagangan nya sangat asing dan tak ku ketahui apa saja itu.

“bau apa ini?”

“ha….harum dan manis sekali”

“ini seperti bau manusia”

“manusia?! Di mana manusia itu?!"

“em, baunya tak jauh dari sini”

“hei, ada manusia di antara kerumunan ini!”

Rasa takut dengan cepat menghantuiku kala para iblis ini saling bersahut-sahut menanyakan satu sama lain dan mencari aroma seorang manusia yang berasal dari tubuhku ini. baiklah, aku sedikit merasa bersyukur karena dengan aku yang berada di tengah-tengah keramaian ini membuat mereka setidaknya kesulitan mencari keberadaanku. Maka ku gunakan kesempata ini untuk melarikan diri.

Dengan keringat yang bercucuran, jantung yang berdebat hebat dan kaki yang sedikit bergetar ku paksakan berlari sekuat tenaga menuju tempat yang ku rasa ‘aman’. Ya, aku memang tak tahu saat ini aku sedang berlari ke mana karena aku hanya mengikuti hati nuraniku saja. Hingga tibalah aku di sebuah gang sempit yang sepi.

Ck, karena terlalu sering membaca novel aku sampai dapat menduga jika di gang ini sebentar lagi akan muncul bandit-bandit jahat. Karena ini adalah dunia ‘iblis’ mungkin yang muncul adalah iblis jahat mesum? Entahlah, aku juga tak tahu yang pasti kini aku telah memegang sebuah balok untuk berjaga-jaga.

Ya, sedikit rasa menyesal meninggalkan istana itu kini menyelimuti hatiku. Kini kepalaku di penuhi oleh pertanyaan yaitu, kemana aku harus pergi? Kemana tujuanku? Di mana aku harus  tinggal? Dan semua pemikiran itu memuat kepalaku sangat pusing dan sakit. Rasanya berkunang-kunang apalagi aku memang belum mengonsumsi apapun hingga rasa lelahnya bertambah berat.

Bulut kuduk ku seketika berdiri tegak ketika merasakan seseorang sedang mengawasiku. Aku tak tahu di mana orang itu mengawasiku, yang jelas rasa takut ku kini nyata. Dengan keberanian yang tersisa ku pegang balok di genggamanku ini dengan erat. Tak lama kemudian, hal yang dapat ku duga terjadi. sekelompok iblis bermuka mengerikan itu datang dari kegelapan gang sempit ini.

mereka sama sekali tak menatapku mesum atau sejenisnya, tetapi mereka menatapku lapar.
Oke, ku rasa mereka ingin memakan ku. Itu semua dapat terjamin dari tatapan mereka yang menatapku binar. Sial, jumlah mereka sangat banyak, mustahil aku bisa menang dan melarikan diri.  Jika ini adalah dunia novel, aku yakin akan datang seorang pria tampan dengan kekuatan besar menyelamatkan ku.

Tetapi sayangnya ini adalah kehidupan nyata, mustahil rasanya seorang pangeran berkuda putih akan datang menjadi penyelamatku.

“hihihihi rupanya dari sini aroma manis dan harum itu berasal”

“hei manusia, menapa kau bisa masuk ke dunia ini? apa kau ingin menjadi makanan kami he?”

“tak usah di tanyakan bodoh, lihatlah ekspresi takutnya itu! sangat menyenangkan untuk di lihat”

“aku yang akan memakan bagian kepalanya”

Para iblis itu berdebat di hadapanku dengan begitu santainya, sama sekali tak perduli akan rasa takut yang melandaku. Oh…tentu saja mereka tak perduli, karena di mata mereka aku hanyalah sebuah makanan lezat yang telah muncul dengan sukarela.

Brukk!!

Dengan sekuat tenaga ku pukul kepala seorang iblis yang mencoba menyerangku. Tentu saja aku tahu ini adalah hal yang sia-sia, karena iblis tak akan mati semudah itu hanya karena sebuah ‘pukulan’. Ya, ku rasa mereka akan benar-benar musnah jika aku mempunyai sihir. Sayang seribu sayang, aku tak memilikinya.

“dasar menusia rendah sialan! Beraninya kau memukul kepalaku?!”

“manusia ini memang harus segera di binasakan!"

"langsung habisi saja dia”

Brukk!

“uhuk-uhuk!” aku terbatuk hebat kala iblis yang kepalanya tadi ku pukul  melempar ku dengan kekuatan sihirnya, hingga tubuhku membentur kuat tembok ini. ku lihat telapak tanganku yang tadi sempat menyetuh bibir dan saat itu juga mataku membulat kaget ketika mendapati cairan merah kental di sana.

Ya, mulutku mengeluarkan darah. Tak terlalu mengherankan jika aku sampai dapat terbatuk darah, karena rasa sakit di punggung dan perut ku ini nyata. Rasanya aku tak dapat bertahan lebih lama. Pengelihatan ku semakin memburam rasa Sakit yang bertubi-tubi semakin menusuk ku dengan seiringnya langkah para iblis itu yang mendekatiku.

Tidak---aku tak ingin mati di sini dan mati dengan cara seperti ini. setidaknya aku igin mati dengan cara yang lebih terhormat, bukan mati karena menjadi santapan lezat para iblis jelek ini. aku tidak akan sudi!!

“SIAPAPUN!! TOLONG!!”

dengan sisa tenaga yang ku miliki, aku memutuskan untuk berteriak meminta pertolongan karena aku tahu aku tak akan mampu lagi untuk berlari dan kabur dari para iblis ini.

“dasar bodoh!! Kau pikir akan ada yang menolongmu? Hahahaha”

“hahaha dia sangat bodoh”

"Hahahaha"

Para iblis itu kembali bersahut-sahutan menertawakan diriku. Suara mengerikan mereka menggema di gang sempit nan gelap ini. aku hanya dapat memejamkan mataku ketika langkah mereka semakin mendekat. Aku tak ingin menyerah, tetapi tubuhku tak bisa di ajak kerja sama. Untuk tetap dapat membuka mata saja rasanya sangat sukar untuk di lakukan. Aku hanya dapat berdoa dan berdoa, semoga pangeran berkuda putih itu memang benar adanya.

"AKH!!"

"SAKIT!!"

BRUKK!

“seharusnya kau meminta pertolongngan sedari tadi---nona”
Dengan sisa sedikit kesadaran yang kumiliki, ku lihat seorang pria berjubah putih berdiri di hapanku. Wajahnya tak terlihat jelas karena saat itu juga semuanya berubah menjadi gelap. Ya, aku jatuh tak sadarkan diri. Aku memang seorang beban, sial.

SCARLET ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora