chapter 4

2.3K 245 0
                                    

Happy Reading~!🌹






















"kau pikir bisa pergi begitu saja?"

🌹🌹🌹

Cukup lama aku terdiam akibat bergelut dengan berbagai macam fikiran gila ku. Mengabaikan pria tampan yang kini berdiri angkuh di depan ku. Entahlah, aku juga tak tahu tetapi aku dapat melihat matanya menatapku akrab, seakan kami adalah kenalan lama. Padahal, ini adalah kali pertama diriku bertemu denganya.

"lepaskan aku! Aku ingin pulang!" pintaku pada pria bersurai hitam panjang dengan netra mata semerah darah itu. Bukanya melepaskan, pria itu malah tertawa terbahak-bahak seakan melihat pertunjukkan lucu.

"ha...tampaknya setelah bereinkernasi kau menjadi sangat kasar, Caroline" ucapnya sembari berjalan mendekatiku, semakin dekat langkahnya mendekatiku sayap dan tanduknya pun ikut memudar, hilang begitu saja. aku hanya dapat mengerjapkan mataku beberapa kali melihat hal menakjubkan itu. untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku melihat sihir secara langsung.

"Caroline? Dari mana kau tahu nama belakangku?" membuang semua rasa takjubku, kini aku melempar pertanyaan sembari menatap sinis sang lawan bicara. Pria yang tak ku ketahui siapa namanya itu mengibaskan tanganya dua kali, memerintahkan para pelayan jadi-jadianya untuk pergi. Ck, kini hanya kami berdua yang tersisa di loby istana ini.

"tentu saja aku tahu. Kau adalah tunanganku yang telah bereinkernasi kembali setelah mati mengorbankan nyawanya untuku" aku hanya dapat menggelengkan kepala sembari tertawa menghina. menatap kasihan padanya. Apa tadi? Tunangannya? Mati karena mengorbankan nyawa untuk dirinya? Ha! jangan bercanda, dia pikir aku akan percaya?

"kenapa kau tertawa? Apa yang lucu?" mendapati diriku yang hanya tertawa mengejek alih-alih merespon ucapan angkuhnya itu sesuai harapanya, ia malah mengajukan pertanyaan terbodoh yang pernah ku dengar selama hidup. Tentu saja aku tertawa, tak mungkin aku menangis bukan? Ucapannya itu sungguh menggelikan, aku bahkan merasakan mual di perutku akibat omong kosongnya yang tak berarti apapun.

"berhenti mengucapkan omong kosong sialan. Tak usah membual, kau pikir aku akan percaya? Lagi pula, tak mungkin aku mengorbankan nyawaku hanya untuk iblis hina sepertimu" ucapku sembari menatapnya datar. Aku berdecih kesal karena ucapan gila pria itu. percuma saja tampan, tapi tak waras.

"beraninya kau menghinaku Iblis rendahan?! Sadarlah Caroline, kau juga seorang iblis sama seperti diriku" ia tampak begitu emosi karena aku menghinanya. Ia terlihat dapat menyerang ku kapan saja, Tetapi entah apa yang membuatnya menahan diri untuk tak melakukan itu. kali ini ia tak lagi menatapku dengan sorot mata bersahabat. Ia menatapku dingin dan tajam.

"jangan pernah menyamakan diriku denganmu! Aku bukan ib---" ucapanku terpotong begitu saja karena pria iblis itu berteriak lantang memanggil para prajurit yang wajahnya sangat menyeramkan. Ia memerintahkan para anak buah iblisnya itu untuk membawaku kembali pada kamar yang ku tempati sebelumnya.

"lepaskan aku! Lepaskan!! Aaa!!! Dasar iblis kurang ajar!!" aku memberontak sekuat tenaga tetapi nihil, itu tak membuahkan hasil. Kini aku benar-benar yakin bahwa mereka adalah seorang iblis.

jadi, kesimpulanya aku terdampar ke dunia iblis? meski gila, aku tahu bahwa aku harus percaya akan hal itu. lantas, aku harus bagaimana sekarang? Bagaimana jika nantinya aku malah di jadikan santapan para iblis jahanam ini?!

'brak!'

Para prajurit iblis itu menutup pintu dengan kekuatan penuh, hingga menimbulkan suara dentuman yang mampu membuatku terperanjat kaget. Dasar sialan, runtukku.

🌹🌹🌹

Aku hanya dapat menatap jijik dan mual pada piring saji yang berisi berbagai macam hewan berkulit licin dan beberapa hewan menjijikan lainya. apa mereka gila? Mereka berniat memberikanku makanan seperti ini? cuih, lebih baik aku mati kelaparan dari pada harus mengonsumsi para hewan menjijikkan yang kini menggeliat ke sana ke mari.

"cepat bawa pergi para cacing menjijikkan itu! kalian pikir aku akan memakanya?! Dasar gila!" bentakku pada para pelayan dengan wajah mengerikan itu. tentu saja, aku tak berani menatap wajah mereka secara langsung sehingga ketika berbicara aku akan menghadap tempat lain. Walau begitu, entah mengapa aku tak lagi setakut sebelumnya.

"tetapi hidangan yang kami sajikan saat ini adalah menu terbaik di kerajaan nona" sontak aku membulatkan mataku mendengar ucapan pelayan dengan wajah mengerikan itu. hidangan terbaik? Hahaha rasanya aku ingin Menangis mendengar ucapanya.

"bawa cacing itu menjauh dariku! Itu sangat menjijikkan!" oke, aku mulai tak tahan melihat puluhan ulat atau cacing yang berada di atas piring, dengan gilanya para pelayan menyeramkan itu malah mendekatkan piring ke wajahku, dengan sendok yang berisi hewan serupa. Mereka berusaha memaksaku untuk menelan para hewan itu.

"hei! Apa yang kalian lakukan?!" seketika aku bernapas lega karena para pelayan kurang ajar itu berhenti memaksaku memakan hidangan gila yang mereka sajikan dan paksakan untuk ku makan.

Kini pandanganku tertuju pada seorang pria dengan penampilan normal berdiri di depan pintu kamar yang saat ini ku tempati. Aku tak tahu siapa pria itu, karena dia bukanlah orang yang sama dengan pria yang ku temui beberapa jam yang lalu.
Tetapi satu hal yang dapat ku pastikan, pria itu memiliki kekuasaan lebih sehingga para pelayan terdiam dengan tubuh yang bergetar hebat. Ya, mereka ketakutan. Rasakan! Siapa suruh memaksaku memakan cacing dan ulat-ulat itu! mereka benar-benar gila.

"maaf tuan, kami hanya ingin nona menghabiskan sajian yang telah di hidangkan" salah satu pelayan maju bermaksud membela diri. Aku yang melihatnya sontak tak tinggal diam saja.

"kau gila?! Bagaimana mungkin aku memakan makanan menjijikkan seperti itu! aku ini manusia normal, bukan iblis seperti kalian!" napasku memburu akibat kesal. Pelayan yang mendengar ucapan ku itu sontak membuka bibirnya kembali bermaksud membela diri, tetapi semua itu tak dapat terjadi karena tiba-tiba saja semua pelayan yang ada di kamar ini berubah menjadi abu.
Semua itu terjadi dengan sangat cepat, aku bahkan tak dapat menyembunyikan keterkejutan ku saat ini.

Dalam hitungngan menit---ah, tidak. Dalam hitungan detik, mereka semua mati berubah menjadi abu dan pelaku utama dari itu semua adalah pria yang tadi berdiri di depan pintu. Mataku seketika bergerak cepat mencari keberadaan pria itu, tetapi ia sudah tak berada di tempat sebelumnya.

"ah maaf Caroline...kau baru saja kembali tetapi para pelayan kurang ajar itu malah mencari perkara" rasanya jantung ku berdebar-debar ketika mendapati pria itu kini berada di hadapanku. Tersenyum ramah hingga matanya menyipit, nyaris habis tak terlihat. Netra matanya merah sama seperti pria yang ku temui sebelumnya. Jarak antara kami berdua pun begitu dekat.

"baiklah...dengan resmi aku akan menyambutmu~ selamat datang kembali, Alena Caroline---ah tidak, sekarang namamu menjadi Scarlet Caroline ya?" ia meraih salah satu telapak tanganku kemudian menciumnya lembut. aku yang tak pintar menyembunyikan ekspresi, tentu saja kini hanya dapat mematung dengan wajah yang ku yakini sangat konyol.

SCARLET ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang