chapter 42

609 69 0
                                    

Happy Reading~!🌹
















"Hei, bukankah kalian itu iblis?" Tanya Amber dengan nada yang terdengar sarkas.

Tentu, aku mengetahui apa yang membuat gadis cantik itu bertanya dengan kesal. Bagaimana tidak? Kini kami berada di ruang makan kerajaan Dark rose. Meja makan besar ini kini telah di penuhi oleh berbagai macam makanan khas 'manusia'.

Entah apa yang membuat Charles menyiapkan makanan manusia sebanyak ini. Biasanya, ia hanya akan menyiapkan 1 porsi makanan khusus untukku.

Tetapi, karena di sini sekarang juga ada Amber seharusnya porsi makannya bertambah menjadi 2. Tetapi apa ini? Meja makan super besar ini di penuhi oleh berbagai hidangan yang mampu membuat ku tak sabar untuk mencicipinya.

Amber juga tampak demikian, tetapi seketika ekspresi binarnya tergantikan oleh kejengkelan kala Damient dan Esme nyaris menghabiskan semuanya. Mereka terlihat menyatap makanan yang terhidang di atas meja itu dengan rakus.

Hal itu sukses membuat aku maupun Amber bertanya-tanya. Sebenarnya untuk siapa makanan ini di hidangkan? Apa benar untuk kami atau sebenarnya untuk semua orang yang duduk di meja makan ini?

Charles juga hanya tampak diam saja menyaksikan kegilaan dua teman nya itu. Ia hanya menatap mereka berdua dengan tatapan datarnya, sembari menikmati minuman merah kental favoritnya yang tak ku ketahui terbuat dari apa.

"Tewntu sawhjaa" jawab Damient dengan mulut yang di penuhi oleh makanan.

Esme hanya menatap sinis Damient yang merebut ayam goreng denganya, kemudian kembali mengunyah makanan nya dengan brutal. Seakan tengah menikmati hidangan ternikmat di dunia.

Ha...aku sama sekali tak menyangka Damient asli mempunyai kepribadian seperti ini. Karena, aku sudah cukup terbiasa dengan sikap santai dan cool nya itu. Tentu saja, aku harus kembali menyadari bahwa itu adalah Reviano yang tengah menyamar sebagai Damient. Dan kini aku tahu bagaimana kelakuan asli pria tampan di hadapan ku ini.

"Dasar rakus! Kalian nyaris menghabiskan semuanya. Setahuku, iblis tak memakan bakso, ayam goreng, sayur tauge, sayur tahu, tempe bacem, orek telur, perkedel, telor balado, bihun goreng, rendang, gulai, kambing panggang, SOP daging, tongseng daging, rawon, kepiting pedas, telur tahu, pecel lele, bebek goreng, soto, sate ayam, nasi cumi, sup ayam, capcay kentang goreng, sayur tumis, daging bakar seperti kalian dengan lahapnya!. Sana, makanlah makanan yang seharusnya!" Teriak Amber sembari menunjuk hidangan khusus ketika iblis itu---Charles, Damient dan Esme yang tertata rapi di meja makan lain.

Sontak aku mengalihkan pandangan mengikuti arah tunjukkan gadis itu. Saat itu juga aku merasa perut ku mual kala melihat hewan-hewan bertubuh licin itu menggeliat lincah. Di lengkapi dengan cairan merah yang ku yakini ialah darah, semakin membuat ku tak berselera melanjutkan acara makan malam kami hari ini.

"Berisik! Kau itu hanya menumpang, jadi lebih baik kau diam dan tak bertingkah" ujar Esme sembari mengelap bibirnya menggunakan sapu tangan yang tersedia di atas meja. Menatap rendah Amber yang juga menatap nya jengah.

Bisa-bisanya Esme berkata demikian setelah nyaris menghabiskan semuanya sendirian. Tak tahu telah berapa kali aku mengatakan, tetapi gadis itu memang benar-benar menjengkelkan.

"Kau!! Dasar jel--" ucapan Amber terpotong karena Charles menyela ucapanya dengan cepat. Tampaknya pria itu mulai jengah menyaksikan drama di meja makan suram ini.

"Pelayan! Siapkan hidangan yang baru" pintanya pada salah satu pelayan yang bertugas melayani kami malam ini.

Setelah itu, perhatian nya Kembali tertuju pada Amber yang tampak menatap penuh permusuhan pada Esme. Merasa dirinya di tatap tajam, gadis iblis itu hanya menampilkan senyum menantang nya. Sengaja menyulut emosi gadis penyihir di hadapannya. Ya, mereka duduk bersebrangan.

Tak lama kemudian, makanan baru pun kembali tersaji. Setelah itu, baru lah kami--aku dan Amber dapat menikmati hidangan itu dengan hikmat. Tanpa terganggu oleh Esme dan Damient, kedua iblis itu telah di usir oleh Charles. tentu saja karena mereka tak henti-henti menganggu acara makan kami.

Lagi pula, mereka telah menghabiskan sajian pertama. Karena mereka juga sudah mengisi perut masing-maisng, Charles tak lagi sungkan mengusir keduanya.

Walau begitu, aku cukup bersyukur meski terkadang Amber dan Esme sering terlibat pertengkaran. Aku tahu mereka benar-benar tak saling membenci satu sama lain. Dan Esme juga tampak tak mempermasalahkan keberadaan gadis yang berbeda ras denganya, begitu pula dengan yang lainnya. Mereka tampak menerima kedatangan Amber dengan tangan terbuka.

Amber juga tampak tak secanggung 5 hari yang lalu saat pertama kali menginjakkan kaki di istana ini. Kini gadis itu terlihat lebih santai ketika berbicara dan bertindak, seakan mereka yang ada di sini adalah teman lamanya. Jika begitu, aku tak perlu lagi mencemaskan nya.

🌹🌹🌹

Aneh. Sungguh, suasana ini sangat aneh menurutku. Aku dan Charles? Duduk berdua di rumah kaca. Apa kalian masih ingat rumah kaca ilusi yang ada di istana dark rose ini? Ya, kini aku dan Charles tengah berada di sini, di rumah kaca ini.

Aroma khas tumbuhan, aku sangat menyukainya. Sangat menyegarkan.
Entah apa yang membuat Charles setuju mengobrol santai dengan ku di sini.

"Tak ada yang ingin kau tanyakan?" Tanya pria itu.

Aku yang tengah asik memperhatikan bunga edelweis di hadapanku sama sekali tak berniat mengalihkan pandangan. Entah mengapa aku sangat menyukai bunga yang satu ini, walau mawar menjadi urutan pertama.

"Tidak" jawab ku tanpa menoleh.

Sebenarnya, aku bohong tentang itu. Sangat banyak hal yang ingin ku tanyakan padanya. Tetapi aku tahu pria itu tak akan benar-benar menjawabnya. Kemarin, setelah acara makan malam ia kembali menawarkan hal serupa, Tetapi setelah mengajukan beberapa pertanyaan ia malah menjawab dengan jawaban yang tidak jelas. Kemudian mengalihkan pembicaraan.

Tentu kalian mengetahui jelas apa yang ku tanyakan oleh pria itu. Aku--ingin mengetahui penyebab kematian ku di kehidupan sebelumnya. Dan Charles tidak menjawabnya, padahal ia yang menawari ku untuk menanyakan hal yang sangat ingin ku ketahui.

"Baiklah, kalau begitu.... bolehkah aku yang bertanya?" Tanyanya. Nyaris berbisik.

Mendengar nada bicaranya yang mulai berbeda, aku sontak mengalihkan pandangan ku menatap wajahnya. Pria itu juga tengah menatapku dengan tatapan mata yang sulit di artikan.

Entah apa yang terjadi, tiba-tiba aku merasa perasaan tak enak merasuki relung hatiku. Rasanya sesak, aku tak menyukai suasana ini. Tepat setelah itu, ia pun berkata,,

"Jika aku pergi, apa kau bersedia menunggu ku?" Tanyanya. Aku tak bisa mengendalikan ekspresi ku, lantas aku menatapnya terkejut.

Pergi? Apa maksudnya? Ia akan pergi kemana? Aku sangat ingin bertanya padanya tentang itu, tetapi ia telah berlalu meninggalkan ku tanpa ingin menunggu jawaban yang baru saja inginku berikan.



















SCARLET ✔️Where stories live. Discover now