chapter 33

590 81 0
                                    


Happy Reading~!🌹
















Sungguh, aku sangat menyukai ide berlian ku waktu itu. berkat ide gila yang ku lakukan akhirnya aku dapat hidup damai di rumah yang sebelumnya ku anggap neraka ini.

Ada baiknya juga aku bersikap baik dan tak melwan pada pria itu. Tak terasa semenjak kejadian di jembatan malam itu, kini waktu telah berlalu selama tiga bulan. Kabar baiknya, aku tak lagi di kurung di rumah besar ini. Reviano tak lagi mengurungku. Ia tak lagi memasang segel di rumah ini dan aku dapat keluar sesuka hati ku.

Ya, walau tak dapat di pungkiri bahwa bukan hal yang mudah untuk mendapat kan kepercayaan pria itu. aku membutuhkan waktu sekitar dua bulan lebih untuk dapat meluluhkan hatinya juga rasa percayanya.

Seperti rencana awalku tiga bulan yang lalu. Jika aku telah berhasil mendapatkan rasa percayanya aku akan memintanya untuk membantu melatih kekuatan fisik ku yang begitu lemah.

Maka, dengan begitu nantinya aku akan dapat menggunakan kekuatan petir ku secara bebas tanpa harus memikirkan bagaimana kondisi ku selanjutnya.

Walau baru berlatih selama dua bulan, ku rasa aku cukup jenius karena kekuatan fisik ku mulai berkembang. bahkan kini aku mulai menggunakan kekuatan ku untuk hal-hal kecil. misalnya sebagai alat penerang kamarku ketika malam hari.

Tenang saja, aku tidak akan tersengat oleh listrik itu. karena listrik adalah kekuatan ku. Saking percaya dirinya, aku pernah memakan listrik yang ku hasilkan dari tangan ku dan akhirnya tak terjadi apa-apa.
Jika di tanya rasanya, hm…ku rasa sebaiknya kalian tak mencobanya.

“hmm….hmmmm…hmmmm..”

Sesekali aku bersenandug riang sembari memetik beberapa bunga mawar semerah darah yang terletak di halaman rumah milik Reviano.

Saking banyaknya bunga mawar ini, aku serasa berada di kerajaan dark rose milik Charles. Bedanya mawar di sana berwarna hitam pekat, sementara mawar di sini berwarna merah pekat.

Entalah lah….walau sebenarnya Reviano tak bertindak kasar padaku, aku sama sekali tak berniat untuk tinggal lebih lama di sini. apa lagi menetap seumur hidupku. Pria itu tak pernah memukulku, ia baik bahkan menaruh perhatian padaku. hanya satu fakta yang mampu membuatku jengkel, yaitu fakta bahwa ia dulu sempat mengurungku di rumah nya ini dan tak memperbolehkan ku keluar barang sedikit saja.

Walau kini tak lagi di kurung, tetap saja jangkauan ku terbatas. Aku tak di perbolehkan untuk berkeliling di desa ini seperti dulu, bahkan aku tak boleh keluar dari perkarangan rumah ini.

ya, tempat ku bermain hanya di sekitar rumah besar ini saja. walau begitu, aku sudah cukup bersyukur, karena itu jauh lebih baik dari pada harus terkurung. benar-benar membosankan. Meski begitu, tak dapat di pungkiri bahwa aku menginginkan lebih. Aku ingin bebas pergi kemanapun ke tempat yang ku suka.

“sudah cukup lama aku tak melihat tunangan tuan Reviano”

“hei, lebih baik kau diam. Jangan sampai kita terlibat dengan tunanganya jika tak ingin berakhir buruk seperti Amber”

Seketika pergerakan ku terhenti.  sebenarnya jarak antara aku dan dua gadis yang sedang berbisik itu lumayan jauh. tetapi, aku dapat mendengar semuanya dengan jelas seakan mereka tengah berbisik tepat di telingaku.

Ya, semenjak aku di nyatakan kembali menjadi seorang iblis aku memang merasakan hal aneh di tubuhku. Misalnya pengelihatan ku yang semakin menajam, hidungku yang lebih sensitive terhadap bau, juga pendengaran ku yang semakin peka. Tetapi, semuanya semakin terasah setelah aku berlatih fisik bersama Reviano.

Ohh…diriku benar-benar jenius. Hanya dalam waktu dua bulan aku dapat berkembang sebesar ini. jika begini, aku tak akan membutuhkan waku lama untuk bisa pergi dari sini. mungkin kalian muak dengan diriku yang selalu mengatakan ingin pergi dan pergi. Tetapi beginilah kenyataanya. 

aku---tak ingin berada lebih lama di sisi seseorang seperti Reviano.
Entahlah, aku hanya merasa dia seperti sosok lain. Semakin berubah saja prilakunya semenjak kejadian di jembatan malam itu. ya, walau ia tak pernah mengasari ataupun berbuat mesum padaku. tetap saja…aku tak nyaman di buatnya.

Aneh bukan? Padahal dulunya aku mempunyai masa di mana aku tergila-gila pada pria itu. bahkan nekat melakukan hal memalukan di sekolah. Tetapi kini? Aku bahkan merasa tak nyaman walau hanya bertatap mata denganya. Semuanya tak lagi sama dengan masa lalu yang terasa indah.

Oke, mari kita lupakan masalah itu. kini fokus ku tertuju akan maksud dua gadis yang baru saja berlalu lalang. apa maksudnya ‘bernasib buruk seperti Amber?' memangnya apa yang terjadi pada gadis itu?

Oh! Tunggu!! Aku baru sadar! Selama tiga bulan ini aku tak melihat Amber. Terakhir kali adalah saat ia memberitahuku cara keluar dari rumah ini juga tentang jembatan itu. biasanya, gadis itu akan rutin mengunjungi rumah ini.

Jadi…apa mungkin Reviano telah melakukan sesuatu pada gadis itu? Atau jangan-jangan darah yang ku lihat malam itu adalah milik Amber?! Sial! Jika memang benar demikian, aku telah bersalah padanya
Karena aku yang memaksanya untuk memberitahu cara keluar dari sini.

tidak!! Aku harus menanyakan secara langsung pada Reviano. aku tak bisa hanya menduga-duga saja.

🌹🌹🌹

Dengan langkah tergesa-gesa aku menghampiri Reviano yang tengah bersantai ria di salah satu Gazebo kediaman ini. ia tampak sangat menikmati waktu sorenya dengan secangkir teh juga sebuah buku tebal yang tak ku ketahui apa isinya.

Walau mengetahui kehadiran ku, ia sama sekali tak berniat untuk mengalihkan pandanganya dari buku tebal itu.

“apa yang kau lakukan pada Amber?” tanyaku dengan napas yang sedikit tersengal. Efek lelah akibat berlarian.

“siapa yang memberitahumu?” tanya nya balik tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari buku berwarna biru itu. dengan tak sabaran aku berkata,

“jawab saja pertanyaan ku”

'Tap!'

Ia menutup bukunya keras hingga menimbulkan suara, kemudian meraih teh nya yang berada di atas meja, setelah itu menyesap nya santai.

“jangan menatapku penuh curiga seperti itu. aku hanya memberinya sedikit pelajaran" ujarnya sembari menyilangkan kedua kakinya.

Menatap ku dengan senyuman lembut yang ku ketahui tak nyata. Ia terlihat seperti psikopat gila.

“pelajaran apa yang kau berikan padanya?” tanyaku dengan nada yang terdengar em…sedikit ‘ragu?’

“hanya mematahkan kedua kakinya, agar tak mengulangi kesalahan yang sama. Tentu saja aku tahu, ia yang memberitahumu cara keluar dari mantra yang ku ciptakan” saat itu juga, aku merasakan kedua kakiku melemas.

Rasa takut, cemas dan khawatir ku bercampur aduk menjadi satu. Reviano nyatanya lebih gila dari apa yang ku bayangkan. Semudah itu ia berkata 'hanya mematahkan kedua kakinya?' oh...rasanya aku ingin menangis saja.

SCARLET ✔️Where stories live. Discover now