chapter 31

593 83 0
                                    

Happy Reading~🌹



















"jadi, bisakah kau membantuku kali ini?” tanyaku pada Amber yang tampak lesu. Tentu aku mengetahui apa penyebabnya.

“tolong maafkan aku. Menampar, memaki dan menghinamu…aku tahu itu Sangat keterlaluan” ucapnya sembari menundukkan kepala tampak menyesal. Aku menghela napas panjang sesaat sebelum berkata,

“tentu, asal kau mau membantuku” jawabku yang sontak membuatnya mengangkat kepala menatapku dengan raut wajah tak percaya.

“maaf, jika itu aku tak bisa” aku tahu ia tak serius akan ucapanya.

kentara sekali ia terlihat ragu mengatakanya. Ia yang jelas menyukai Reviano tentu saja akan senang ketika mendengar bahwa aku ingin pergi dari sisi pria itu. hanya saja, aku tak mengerti apa yang membuat gadis ini menolak permintaan ku.

“mengapa?” tanyaku setelah terdiam cukup lama.

“aku….aku tak ingin melihatnya sedih dan juga aku tak ingin ia merasa kecewa padaku setelah mengetahui jika aku turut membantu pelarian mu” mendengar ucapan yang terlontar dari mulutnya, sontak aku memutar bola mata malas.

Aku sudah tak sanggup lagi menahan keramahanku padanya. Entah polos atau naif, ku rasa gadis ini…ha, sudahlah.

“oke, aku tak ingin lagi berbasa basi" ucapku sembari membenarkan posisi dudukku, Menatap lurus pada Amber yang terlihat ragu.

“Reviano---pria itu tak menyukaiku apalagi ke tahap mencintai. Itu hanya dalam pandangan mu saja. ia hanya terobsesi padaku. kemudian, kami bukanlah tunangan, Ia hanya membual saja dan yang terakhir---iaa telah menyulikku kemudian menyurungku di kediaman nya ini.

kau tahu bukan? Aku tak bisa keluar dari kediamanya, sementara semua orang bisa masuk dan keluar sebebas mungkin.

Jadi, aku ingin kau membuka mata mu lebar-lebar. Lihatlah kenyataan nya dan tepis jauh-jauh pemikiran mu yang tak ingin melihat pria tercintamu itu sedih juga kecewa. Karena sebenarnya, bukan hanya ia yang menderita. Ada aku juga kau yang paling utama.

Jika aku jadi kau, aku akan dengan cepat menerima tawaran itu. dengan aku yang pergi dari sisinya, mungkin saja kau kembali mempunyai kesempatan bukan? Aku..tak menyukai pria itu”

Jelas ku panjang lebar. Kini mulutku terasa kering. Sangat haus rasanya berucap sepanjang itu. aku sangat berharap Amber mengerti maksudku dan mau membantuku pergi dari sini.

Sebenarnya aku baru saja menyadarinya. Reviano tak mungkin menyukai ku apalagi ke tahap mencintai. Jika ia tulus mencintaiku, tak mungkin ia mengurungkan di sini.

definisi mencintai yang sebenarnya menurutku adalah rasa perduli akan kebahagiaan orang itu tanpa adanya pikiran apakah itu menguntungkan baginya atau tidak. Sementara yang ia lakukan itu bukanlah definisi dari yang ku jelaskan. Jadi, dapat ku simpulkan bahwa ia tidak benar-benar menyukaiku.

“aku…a—aku tak tahu harus bagaimana…a---“ dengan cepat ku potong ucapan Amber yang terbata-bata itu.

“Amber! Pikirkan lah hal ini baik-baik. tidak akan ada kesempatan lainya untukmu. Aku tahu bahwa sampai kapanpun kau tidak akan pernah bisa melepaskan Reviano” desakku.

Ia terlihat semakin cemas, gugup juga bimbang. Dapat ku lihat ia meremas ujung gaungnya yang semula rapi menjadi kusut. Sembari mengigit bibirnya, ia berkata…

“baiklah…tetapi ku harap kau tak akan memberitahunya bahwa aku yang telah membocorkan rahasia ini” ucapnya yang tentu saja ku hadiahi dengan anggukkan mantap.

“jadi…”

🌹🌹🌹

'Krik, krik, krik'

Suara jangrik memenuhi kesunyian malam ini. berulang kali aku mengecek keadaan kediaman milik Reviano. Memastikan apakah pria itu telah kembali atau malah sebaliknya.

Ku cek kamarnya dengan perlahan dan sesuai dugaan ku. Pria itu belum juga kembali setelah meninggalkan ku cukup lama.

Di rasa keadaan aman, dengan cepat aku menuju pintu utama sembari membawa sebuah belati kecil yang akan ku gunakan untuk keluar dari penjara ini.

ya, Amber memberitahuku bahwa salah satu cara untuk keluar dari mantra yang di ciptakan Reviano adalah dengan meneteskan sedikit darahku di pintu keluar rumah ini. aku tak tahu dari mana gadis itu mengetahuinya, hanya saja aku mencoba untuk mempercayai ucapanya.

“yes!” dengan cepat ku bekap mulutku. Saking senangnya karena berhasil aku sampai berteriak kegirangan.

Langsung saja, tanpa permisi aku berlari sekuat tenaga menuju hutan selatan yang di maksud oleh Amber. Katanya, aku hanya perlu berlari terus menuju ke arah selatan dan aku akan tiba di hutan itu.

Ada hal lain yang membuatku cukup terkejut kala mendengarnya. Amber berkata, bahwa sebenarnya lokasi ras Penyihir ini telah berganti tempat. Ia juga tak tahu apa alasanya, yang ia ketahui bahwa jalan masuk menuju ras penyihir kini begitu sulit untuk di akses.

Tempat nya memang terlihat sama, semuanya terlihat familiar di mataku. Hanya saja, nyatanya semua ini hanyalah ilusi belaka. Tempat dan suasana yang sebenarnya tak lagi sama.

“hohs-hosh-hosh”

Walau napasku Tersengal-sengal, ku rasa usaha ku ini mulai membuahkan hasil. Kini aku dapat melihat jembatan yang Amber maksud, jembatan cantik yang katanya akan membawaku pergi dari wilayah kekuasaan milik Reviano.

Aku sangat senang karena akhirnya aku berhasil menginjakkan kedua kakiku di atas jembatan ini. Dengan penuh semangat aku terus berlari menuju akhir jembatan yang akan mengantarkan ku pergi ke wilayah netral. Wilayah yang tak di pimpin oleh siapapun.

Walau jika sudah sampai di sana aku tak tahu harus berbuat apa karena tak tahu jalan menuju ras iblis, aku akan tetap ke sana dan memikirkan solusinya nanti. Yang terpenting aku dapat keluar dari wilayah ras penyihir ini terlebih dahulu.

“mau kemana kau?”

Seketika langkahku terhenti. Berdiri tegak mematung di tengah-tengah jembatan ini. jantungku berdetak dua kali lebih cepat kala mendapati sosok yang sangat ingin ku hindari kini berdiri tegap di hadapanku dengan pakaian yang penuh akan darah. Ya, orang itu adalah Reviano.

Aku telah memperkirakan ia pasti akan tahu jika aku berhasil keluar dari rumah nya, karena itu aku berusaha sekuat tenaga untuk berlari secepat mungkin menuju jembatan ini. tetapi siapa sangka ternyata Reviano mendahuluiku. Seharusnya aku lebih cepat dan tak meremehkan penyihir besar ini.

“jangan menghalangiku” ucapku sembari menatapnya tajam.

Pria yang nampak mengerikan dengan banyaknya darah di pakaian putihnya itu berjalan mendekatiku sembari tersenyum devil---senyum yang tak pernah ku lihat sebelumnya.

“rumah mu di sini. aku tak mengizinkan mu pergi” ucapnya yang semakin lama semakin terkikis jaraknya denganku.

aku menahan napas sesaat ketika aroma amis itu memasuki indra penciumanku. Aku tak tahu darah milik siapa itu, tetapi kini Reviano terlihat berbeda. Ia seperti sosok asing yang tak ku kenal. Ia…sangat menyeramkan, bahkan lebih dari Charles sekalipun.

SCARLET ✔️Where stories live. Discover now