chapter 12

930 117 0
                                    

Happy Reading~!🌹























Kicauan merdu para burung menemani kesunyian pagi di rumah ini. di kediaman yang sebesar ini hanya terdapat diriku seorang. Mengapa demikian? Itu karena Reviano sudah pergi meninggalkan ku pada dini hari tadi.

Ia sama sekali tak berpamitan. Hanya meninggalkan sebuah note kecil dan mengatakan bahwa ia akan pergi menyelesaikan pekerjaanya.

Entahlah, aku juga tak tahu apa itu pekerjaanya, karena tak sempat bertanya juga. Tampaknya ia benar-benar telah menyiapkan semuanya bahkan sarapan pun telah tertata rapi di atas meja, lengkap dengan pemanisnya.

Rasanya menyenangkan juga, di rumah ini aku tak perlu repot-repot  ikut membersihkan rumah. Tanpa ku bersihkan sekalipun rumah ini akan tetap bersih, tentu saja tetap terjaga karena adanya kekuatan sihir yang memudahkan segalanya.

Pemandangan pagi asri khas pedesaan memanjakan mataku lewat jendela kaca ini. pagi-pagi sekali para warga sudah sibuk dengan kegiatan nya masing-maisng. Anak-anak pun turut meramaikan pagi ini, sungguh menyenangkan melihatnya.

Ku santap nasi goreng kesukaanku ini dengan hikmat, sembari menikmati udara sejuk pagi yang menerpa kulitku. Sensasi menyejukkan yang sangat ku damba-dambakan sejak dulu.

Walau begini, sebenarnya aku membenci hal ketika aku sedang bersantai dan tak mengerjakan apa-apa. Dengan aku yang memiliki waktu luang seperti ini membuatku mempunyai kesempatakan untuk mengenang hal-hal tak mengenakkan. Contohnya saja tentang kejadian masa lalu---di mana aku mengemis cinta pada Charles.

Sungguh menggelikan untuk di ingat, jika bisa di hilangkan maka dengan senang hati akan ku lakukan. Sayangnya, aku tak bisa melakukanya. Lebih tepatnya, aku tak mempunyai kekuatan untuk melakukanya.

Ha….rasanya sangat melelahkan, secuail rasa jengkel terselip di hatiku. Dulunya aku memang ingin membalaskan dendam kepada Charles, iblis tak tahu diri itu. tetapi aku malah melarikan diri ketika menguping pembicaraan mereka. Pria itu berencana mengambil mahkota ku, pria gila itu ingin menjadikan diriku seperti dirinya---iblis.

jujur, aku tahu bahwa aku sangat pengecut dan juga penakut, hanya karena hal seperti itu aku malah melarikan diri. Tetapi aku memang tak tahu harus berbuat apa kala itu, aku tak ingin hidupku kembali terkekang seperti di masa lalu.

Rasanya kepalaku akan pecah saat itu juga ketika memikirkan berbagai rencana jahat yang akan ku lakukan kepada Charles. Menyusun berbagai skenario, tetapi aku juga cukup sadar bahwa semua hayalan yang ada di benakku ini mustahil di lakukan jika aku tak memiliki kekuatan. Kembali menjadi seorang iblis? ha! rasanya sungguh aneh jika aku kembali menjadi bagian dari mereka.

tok tok tok!'

Suara ketukan pintu berhasil membuyarkan lamunanku. Ku tatap pintu utama yang berada tak jauh dari tempatku saat ini. rasanya sangat malas walau hanya sekedar berdiri membuka pintu dan memastikan siapa yang datang berkunjung. Sama sekali tak ada rasa takut di hatiku walau aku hanya seorang diri di dunia antah berantah ini. ya, ku rasa kata penenang dari Reviano kemarin cukup berguna juga.

'Ceklek!'

Ku buka pintu perlahan, seiring dengan sebagian kepaku yang ikut keluar memastikan siapa yang datang. Seketika pandanganku mendatar kala mendapati para kembang desa ini mengerumuni pintu. Mungkin ada sekitar 15 gadis asli penduduk sini yang kini berdiri di depan pintu.

Entah apa tujuan mereka datang pagi-pagi seperti ini, padahal mereka sudah Tahu bahwa Reviano sedang tak berada di rumah. Seketika otakku mulai bekerja, membentuk berbagai imajinasi di mana diriku terpojok akan gadis-gadis ini, di mana mereka akan menyisakku karena aku merebut pujaan hati mereka. Ya, begitulah hal yang terjadi dari banyak novel romantis yang sering ku baca.

“hoho….ada gerangan apakah nona-nona sekalian datang berkunjung?” ku tampilkan senyum semanis mungkin pada mereka, walau sebenarnya aku sangat malas melakukanya.

“kami ingin mengajak nona ke padang rumput di dekat sini” ucap seorang gadis manis dengan surai di kepang dua.

“ya nona! Pemandangan nya sangat bagus! Kita dapat melakukan banyak hal di sana” timpal gadis bersurai hitam legam. 

“nona tak perlu merasa sungkan, mari kita melukis dan merangkai bunga di sana. Ku jamin itu akan sangat menyenangkan” para gadis lainya seakan memaksa diriku untuk ikut  bersama mereka, jika seperti ini aku bisa apa? Menolak pun rasanya sungkan karena mereka sangat berharap aku akan ikut serta.

“baiklah, mohon bantuanya ya” dengan sangat amat terpaksa aku akhirnya menyerah. Entah apa yang mereka rencanakan atau hanya sekedar pra sangka buruk ku saja, mereka terlihat begitu antusias mendengar kesediaan dariku.

🌹🌹🌹

Oke, ku rasa aku saja yag terlalu banyak menghayal dan ber prasangka buruk, karena buktinya mereka sama sekali tak melakukan hal jahat apapun padaku. Walau begitu, aku sama sekali tak mengurangi kewaspadaan. Mau bagaimanapun aku hanyalah orang asing bagi mereka.

Ku nikmati berbagai macam camilan dan minuman coklat panas yang telah ku siapkan dari rumah. Berbeda dengan para gadis yang kini sibuk dengan kegiatannya masing-masing, aku memilih untuk bersantai ria sembari mengamati mereka. Ada yang melukis pemandangan sekitar, ada yang merangkai bunga, berlarian dan lain sebagainya

Berkali-kali mereka mengajak ku melakukan kegiatan yang mereka sukai, tetapi aku menolak dengan halus dan sesopan mungkin. Melakukan hal-hal seperti itu bukanlah hobiku, aku lebih suka bersantai seperti ini. ya, sebuat saja diriku ini sebagai kaum pemalas karena aku tak akan menyangkalnya.

“kau tak memetik bunga?” seorang gadis tiba-tiba datang menghampiriku yang saat ini duduk dengan ber Alaskan tikar.

Tanpa permisi gadis itu ikut mendudukkan dirinya tepat di sebelahku. Aku mengenalnya, gadis ini adalah gadis yang menanyakan siapa diriku kala aku dan Reviano mengelilingi desa. Kalau tidak salah namanya adalah Amber---gadis dengan penampilan paling mencolok, karena itulah aku dapat mengingat namanya.

“tidak, aku lebih suka mengamati mereka” ucapku dengan nada santai. Amber terdiam beberapa saat sebelum mengajukan pertanyaan.

“apa benar kau dan tuan Reviano…bertunangan?” raut cemas penuh harapnya itu mampu membuatku tertawa dalam hati.

“menurutmu?” tanyaku balik. Ia tampak jengkel akan balasan yang ku berikan, tetapi ku rasa ia dapat mengendalikan emsonya dengan baik.

“aku telah menyukai tuan Reviano sejak lama. Maka dari itu, mari kita bersaing secara adil” wow, aku tak menduga ia akan mengucapkan hal seperti ini. bersaing? Untuk apa aku melakukanya? Jika aku masih sama seperti dulu---jaman smp, mungkin aku akan meladeninya dengan senang hati.

“baiklah” jawabku malas, hanya untuk menyenangkan dirinya yang tampak putus asa.

Tentu saja, aku tak serius mengatakanya. ayolah! Untuk apa aku melakukan hal seperti itu? ia hanya akan bersaing sendiri nantinya. Jika ia ingin memiliki Reviano maka silahkan saja. toh, aku tak tahu pria itu serius dengan ucapanya atau tidak.

Aku tak tahu apa yang di rencanakan pria itu. tiba-tiba datang dan berlagak bak pahlawan kesiangan, jelas itu sangat mencurigakan bukan?

“terimakasih dan ku harap kau bersungguh-sungguh dalam persaingan ini” sekali lagi aku hanya mengangguk malas, sementara Amber yang melihat diriku menurut-nurut saja tersenyum puas sebelum beranjak pergi berkumpul dengan para gadis desa lainya.

SCARLET ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang