the other tip-offs

Beginne am Anfang
                                    

       Lesung pipinya semakin dalam saat dia menyengir. "Jam tujuh. Biar sempat workout dulu sebelum ke dapur."

       Oke! Sekarang aku cukup menyesal bangun kesiangan. Kalau aku bangun pagi, aku pasti masih sempat melihat Angkasa olahraga!

       "Kok diam? Lagi bayangin apa sih? Pipinya merah banget kayak cewek lagi bayangin pacarnya olahraga," ledeknya. Sialan. 

       "Kamu pede banget!"

       Kedua alisnya terangkat. Dasar sok polos! "Loh, aku nggak bilang itu kamu. Aku cuma bilang, 'kayak cewek lagi bayangin pacarnya olahraga'. Bukan kamu. Memangnya tadi bilang, 'kayak kamu lagi bayangin aku olahraga'? Nggak kan?"

       "Ngeles terus kayak bajaj."

       "Nah, sekarang aku mikir kamu beneran bayangin aku--"

       "Angkasa!"

       "Jadi bener kan, Ta? Kamu bayangin aku?"

       "Tengillll!"

      Angkasa tergelak dan aku yakin dia tidak akan berhenti menggodaku soal ini. Tidak lama, terdengar bel penthouse yang datang seperti malaikat penyelamat. Yes! Aku bisa melarikan diri!

      "Aku yang buka pintunya," ucapku cepat-cepat lalu berjalan menuju pintu.

      Aku mengintip dari peephole dan kulihat Bu Andara yang menggendong Aura. Kubuka pintu dan yang pertama kali kusadari adalah wajah cemberut Aura. 

      "Selamat pagi, Bu," sapaku sopan. "Hai, Aura."

      "Pagi, Mbak Amarta." Bu Andara tersenyum kemudian menepuk lengan Aura. "Ra, ini ada Kak Amarta, temennya Mas. Sapa dulu, yuk."

      "Hai," kata Aura dengan senyum kecil yang dipaksakan sebelum kembali memeluk leher Bu Andara. "Bu, aku nggak mau nginep sama Mas. Pulang aja, please."

      "Aura, nggak boleh gitu, Sayang. Masnya kan kangen sama Aura. Kemarin Aura bilang sama Ibu, Aura kangen Mas juga. Aura hampir setahun nggak ketemu Mas, loh, Nak," bisik Bu Andara yang masih terdengar.

      Kenapa ini? 

      "Nggak jadi kangennya. Aura masih sebel sama Mas. Aura takut nanti dibentak lagi sama Mas. Aura mau pulang..."

      Aura menggelengkan kepalanya, sedangkan Bu Andara menatapku tidak enak. "Maaf, ya, Mbak. Tumben ini Aura. Padahal kangen sama Mas Aksa."

      "Nggak apa-apa, Bu." Aku tersenyum lalu menyentuh bahu Aura. "Aura, aku punya yogurt popsicles, carrot cake, sama four cheese mac and cheese. Kamu mau nggak?"

      Pelan-pelan Aura melirikku. "Serius?"

      Aku mengangguk. "Ada tiga-tiganya. Aura suka kan?"

      "Mas yang buat atau Kakak?"

      "Makanya Aura lihat sendiri, yuk."

      Aura diam sebentar. "Kalau Mas masih jahat sama Aura, Kakak langsung antar aku pulang, ya?

      "Kalau Mas jahat sama Aura, kita umpetin pensil-pensil gambarnya terus aku langsung antar kamu pulang. Gimana?"

      Kulihat Aura menyembunyikan senyumnya malu-malu. "Oke."

      Akhirnya Aura mau turun dari gendongan Bu Andara dan berjalan ke sebelahku. Aku menggandeng tangannya setelah Bu Andara memberikan aku tas ransel Barbie.

      "Terima kasih, Mbak. Titip Aura, ya. Salam untuk Mas Aksa," kata Bu Andara.

      "Iya, makasih juga, Bu. Maaf Angkasa lagi sibuk di dalam," ucapku lalu bergumam tanpa suara supaya Aura tidak mendengar. "Masak."

I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt