|| Dua Puluh

23 9 0
                                    

Happy Reading Cinguneun 💙

Malam ini, Ratu Mi Soo bermaksud untuk menjamu Selir Myeong di Villa Kerajaan bersama dengan sang Raja. Ia nampak sedang bersiap di bantu dengan Dayang pribadinya. Sebuah Chima kuning dan Dangui merah tua dengan ukiran naga emas yang ada di kedua bahunya, sang Dayang membantu memakaikannya.

Senyum manis tersirat di wajahnya, dia menatap wajahnya yang terpampang jelas di cermin. Entah apa yang akan terjadi sekarang, ini kali pertama dia menjamu Selir dan Suaminya. Tentu, dia akan terasa gugup namun dia berusaha melancarkan acara jamuan ini.

Sudah hampir selesai, tinggal satu hiasan yang sang Dayang pasangkan di kepala Ratu, yaitu sebuah Cheopji yang terpasang rapih di atas kepalanya berbentuk bunga Cherry peach yang berukuran kecil mampu membuat kesan elegan jika orang memakainya.

Sang Ratu melangkahkan kaki keluar dari kediamannya di ikuti para pelayan lainya. Dia nampak anggun berjalan dia atas jalanan khusus yang biasa di lewati keluarga Kerajaan, langkahnya sekarang akan mengikuti kata hatinya untuk pergi ke Paviliun di atas kolam yang di hiasi bunga teratai di sekitarnya.

oOo

Di tengah perjalanan dia nampak melihat Selir Myeong dan beberapa pelayan yang ada di belakangnya. Dia begitu cantik dengan Dangui biru mudanya dan Chima cream yang bermotif bunga-bunga kecil, dia nampak tersenyum manis ke arah sang Ratu.

Sebetulnya Ratu sendiri pun nampak risih dengan kehadiran orang yang saat ini  membuat hatinya harus membenci, mungkin saja ini saatnya untuk membenci orang yang sepatutnya dia kirim keluar dari Istana sejak dulu. Namun takdir tak berkehendak, sang Ratu harus mengetahui kebenarannya di akhir dimana semua yang telah terjadi sekarang tidak bisa di ulang kembali untuk di perbaiki.

Sekarang langkah keduanya sudah hampir bertemu di depan sebuah Paviliun yang  menantikan kehadiran mereka untuk masuk ke sana. Belum sang Raja yang berdiri beberapa meter dari tempat itu. Dia nampak memperhatikan kedua Istrinya yang saling berhadapan, dia tersenyum dengan keadaan yang membuat kedua Istrinya semakin akrab.

Namun beda dengan pikiran mereka masing-masing, yang ada di pikiran sang Ratu dan juga sang Selir adalah sebuah hal yang mereka perebutkan untuk bisa menjadi yang terbaik dihadapan sang Raja.

Ratu Mi Soo, dia kali ini membalas senyumnya dengan sangat manis seperti biasanya, dia tidak bisa memperlihatkan wajah benci pada Selir Myeong karena itu bisa membuat dia akan ketahuan kalau sebenarnya dirinya sendiri sudah tau akan racun itu.

"Bagaimana kabar anda malam ini, Selir Myeong?" sapa sang Ratu mendahului tak lupa senyum yang selalu dia pancarkan setiap kali bertemu dengan orang.

Selir Myeong tersenyum lalu membungkukkan badannya sedikit sebelum menjawab.

"Aku baik, Ratu ..." Sahutnya masih dengan senyum di wajahnya.

"Ku dengar anda juga mengundang Yang Mulia Raja juga untuk menghadiri jamuan ini," sambungnya.

"Ya, aku mengundang Yang Mulia. Ku kira jika hanya kita berdua itu tidak akan menyenangkan," jelasnya.

Senyum di bibirnya hampir berubah menjadi senyuman miris namun sang Ratu berusaha mengendalikan dirinya seperti dimana mereka bertemu saat dulu kala.

"Baiklah. Ayo kita berbincang di dalam sambil menunggu kedatangan, Yang Mulia." Sang Ratu masuk ke Paviliun atas kolam itu mendahului Selir Myeong yang masih berdiri di luar.

"Baiklah," sahutnya seraya menyusul sang Ratu dari belakang.

Mereka akhirnya melangkah memasuki Paviliunnya, di dalam sana para Dayang telah menyiapkan berbagai kudapan yang menggugah selera makan Selir namun tidak dengan sang Ratu, dia hanya ingin melakukan perjamuan ini karena tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan, bisa saja dia ingin melihat bagaimana perilaku sang Selir nanti setelah bertemu dengan Yang Mulia Raja tepat di hadapannya.

Di sisi lain Raja Cheol Woon sudah siap melangkahkan kakinya menuju ke Villa di atas kolam itu, dia melangkahkan kakinya agak cepat karena tidak ingin membuat orang yang menunggunya harus merasa bosan menunggu.

oOo

Tiba di depan Villa atas kolam itu, dilihatnya kedua sang Istri yang sedang menyesap teh di cangkir mereka masing-masing. Setelah Ratu menyadari akan kehadiran suaminya dia langsung berdiri begitu juga dengan Selir Myeong. Mereka berdua membungkuk hormat pada sang penguasa negeri ini.

Seketika Raja tersenyum melihat kedua Istrinya berada tepat di hadapannya. Dia akhirnya masuk sedangkan para pelayannya menunggu di luar Paviliun.
Saat sang Raja masuk dan mulai duduk di kursi empuknya, sang Ratu pun ikut duduk kembali di tempatnya begitu juga dengan Selir Myeong.

Raja mengehela napasnya pelan lalu tersenyum dia pun langsung membuka pembicaraan. "Bagaimana dengan kabarmu, Ratu."

"Aku baik, Yang Mulia," sahutnya dengan senyuman manis yang terpancar indah dan hanya seorang Raja yang dicintainya yang berhak untuk mendapatkannya, menurut sang Ratu.

Selir Myeong hanya tersenyum tipis melihat keduanya, dia berusaha menenangkan hatinya dan mulai menyesap teh yang ada di cangkirnya dan tiba-tiba saja saat dia berusaha untuk meminum tanpa di duga cangkir porselen itu meleset dari tangannya dan tumpah mengenai Dangui yang di kenakan nya.

"Ah...huh...huh..." Lirihnya seraya mengusap bibirnya merahnya.

"Ada apa Selir Myeong? Anda baik-baik saja?" Ujarnya langsung dengan pertanyaan.

"Em...aku baik, Yang Mulia. Hanya saja tadi tehnya tidak ku tiup terlebih dahulu," jelasnya seraya tersenyum palsu. Sebenarnya dia sengaja melepaskan cangkirnya hanya untuk mendapatkan perhatian dari sang Raja.

"Apa aku perlu memanggil Tabib? Sepertinya bibirmu sedikit terbakar karena itu," ujar sang Raja lagi.

"Tidak, tidak perlu Yang Mulia. Aku baik-baik saja," sahut Selir Myeong masih dengan senyuman.

"Hah, kenapa anda menolaknya? Anda terluka karena teh yang ku hidangkan itu, kan? Tidak baik jika itu di biarkan begitu saja, aku akan memanggil Tabibnya," jelas sang Ratu menimpali meski sekarang hatinya sedang geram namun dia berusaha tetap tenang seperti biasanya.

"Kenapa? Maksud anda?" Sahut Selir Myeong kebingungan, tapi itu hanya kepura-puraan baginya.

"Hm, sudahlah mungkin anda kurang berhati-hati. Itu sebabnya tehnya tidak di tiup sebelum anda meminumnya," jelas sang Raja.

"Anda benar, Yang Mulia," sahut sang Ratu tersenyum.

"Baiklah, aku baik-baik saja jadi kalian tidak perlu memanggilkan Tabib untuk ku," ujarnya seraya tersenyum tipis.

"Tunggu, jika bibir anda masih terbakar aku bisa memanggil Tabib sekarang juga," tukas sang Raja, kali ini ucapannya serius.

"Ah, tidak perlu Yang Mulia. Aku baik-baik saja, apa sekhawatir itu kah anda sampai memaksakan diri untuk memanggil Tabib?" sahut Selir Myeong.

"Hm ... yah, itu cukup membuatku khawatir. Tapi ..., jika Anda baik-baik saja itu lebih baik," jelasnya yang di balas tatapan malas dari sang Ratu.

"Ehem ... aku tidak tahu, apa yang membuat anda tiba-tiba mengadakan acara perjamuan di malam hari seperti ini?" tanya sang Raja langsung pada intinya.

"Aku hanya ingin berkumpul saja, Yang Mulia. Hanya itu saja," jelasnya sambil mulai menyesap tehnya kembali.

Di hati sang Raja kali ini hanya ada kebingungan yang mendalam ada sebuah perasaan yang membuat dia tidak nyaman berada di hadapan kedua Istrinya, lalu apa ada masalah di antara keduanya?

"Em ... kemana Pangeran? Apa dia belum pulang sejak sore tadi?" tanya sang Raja.

TBC...

Jan lupa Vote and Komen yah Cinguu ^^, Ratu Ji Soo mulai cemburu nih🤫

공주의 비밀 || The Secret Of Princess [On Going]Where stories live. Discover now