25. PENGAGUM RAHASIA

344 32 20
                                    

Ujian semester genap telah dimulai. Rasanya baru kemarin Kalani memulai hari sebagai remaja SMA. Kini, dia sedang berkonsentrasi mengerjakan soal-soal Bahasa Inggris di jam terakhir.

Tanda waktu ujian berakhir berbunyi. Menyentak Kalani dan seluruh penghuni kelas. Hela napas penuh kelegaan dan keluhan memenuhi ruangan. Beberapa siswa terang-terangan menunjukkan ekspresi tak puas karena belum menjawab semua soal yang tertera.

"Baik. Silakan Ketua Kelas mengumpulkan kertas jawaban," titah guru pengawas.

Kalani mengoper kertas jawabannya kepada Ambar yang duduk di depannya. Kemudian Ambar melanjutkan ke bangku di depannya hingga sampai di bangku paling depan dan tinggal diambil oleh ketua kelas.

"Langsung pulang?" tanya Reva pada Kalani.

Kalani hendak menjawab saat merasakan ponselnya bergetar. "Bentar ya, Rev," ujarnya sebelum mengambil benda tersebut dari saku rok. Tatapannya sejenak tertegun saat membaca nama yang terpampang di layar.

"Siapa, Lan?" tanya Ambar saat melihat perubahan raut Kalani.

"Kak Baskara."

***

Kalani tak dapat menahan debar jantungnya yang menjadi-jadi saat ini. Bagaimana tidak? Baskara menghubunginya dan menunggu cewek itu di tempat parkir. Dia ingin mengajak Kalani ke suatu tempat.

Sebetulnya Kalani ingin menolak. Namun, Baskara memaksanya atau dia sendiri yang akan menjemput Kalani ke kelas X-IPS-1. Akhirnya dengan terpaksa Kalani mengiyakan. Dan di sinilah dirinya sekarang. Di atas boncengan motor Baskara dan melaju di atas aspal menuju suatu tempat yang Kalani tak tahu. Yang jelas, bukan rumahnya.

"Sampai," ujar Baskara saat motornya telah berhenti.

Kalani mengamati sekitar. Mereka tiba di salah satu area terbuka hijau. "Ini di mana, Kak?" tanyanya.

"Hutan kota. Tempat kesukaan aku," jawab Baskara. Dia menunggu Kalani dan mengajaknya berjalan beriringan.

Keduanya saling diam sambil menyusuri jalan setapak. Kalani mencengkeram erat tali ranselnya. Semata mengusir perasaan canggung yang tiba-tiba menyergap.

"Lani," panggil Baskara.

"Ya, Kak?"

"Maaf, ya. Untuk semua yang kamu alami belakangan ini."

Kalani menoleh pada Baskara. Tatapan mereka beradu selama beberapa detik sebelum Kalani memutusnya. Dia berdeham pelan sebelum menjawab, "Bukan salah Kakak."

"Ini salahku," kukuh Baskara. Membuat cewek di sebelahnya kembali menoleh. "Sepertinya bukan waktu yang tepat aku ngakuin perasaanku ke kamu waktu itu. Tapi ... aku takut nanti nggak ada kesempatan lagi."

Langkah keduanya berhenti. Kalani masih tertegun menatap Baskara. "Aku ... masih nggak percaya kalau Kak Baskara suka sama aku," ucap Kalani. "Tolong bilang kalau ini nggak nyata."

Baskara menyunggingkan senyum yang selalu berhasil membuat Kalani nyaris pingsan saking terpesonanya. "Kamu mau aku ngelakuin apa biar percaya?" tanya Baskara seraya melangkah mendekati Kalani.

"Kak Baskara mau apa? Ini tempat umum, Kak," ujar Kalani memperingatkan. Dia sampai melihat sekitar dengan raut khawatir.

"Nggak apa-apa." Ucapan Baskara membuat Kalani seketika mendelik kepada cowok di hadapannya. "Biar semuanya tahu siapa cewek yang aku suka."

Ya Tuhan. Kalani tidak berani membayangkan bagaimana bentuk wajahnya saat ini. Jangan-jangan sudah meleleh karena panas di kedua pipinya.

"Sejak kamu tanya di mana kelas kamu ke aku," ucap Baskara. "Sejak hari itu, Kalani. Aku nggak bisa lupain kamu. Waktu kamu gabung OSIS dan dinyatakan lolos, aku bahagia banget. Bahkan Rara sampai penasaran sama kamu."

ADMIRER (SELESAI) Where stories live. Discover now