20. PEREBUT

109 27 5
                                    

Tak pernah terbayang dalam hidup Kalani, jika dia akan menjadi orang paling dibenci di SMA Sarasvati. Apa lagi penyebabnya, jika bukan isu perelingkuhan dirinya dengan Baskara?

Tentu saja kabar tersebut akan menyebar dengan cepat. Karena korbannya adalah pasangan terfavorit di SMA Sarasvati, Baskara dan Mikayla. Ibarat selebriti dengan penggemar fanatik, jika sesuatu terjadi pada idola mereka, sudah pasti bendera perang berkibar dari para penggemar kepada si biang ulah. Dan orang itu adalah Kalani.

"Nggak nyangka, ya. Muka polos gitu."

"Muka doang polos. Kelakuan kayak setan."

"Kok bisa sih Kak Baskara kena jebakan dia?"

"Udah diapain aja sama Kak Ibas?"

"Kasihan Kak Mika."

"Kalau aku jadi Kak Mika, udah habis tuh bocah."

"Bocah aja sok."

Kalani menguatkan diri. Baru satu hari setelah insiden di ruang OSIS, gosip mengenai dirinya dan Baskara sudah menyebar luas. Kini setiap orang, terutama makhluk berjenis kelamin perempuan dan berseragam pelajar di sekolahnya, menatap tajam kepada Kalani.

Belum lagi ucapan-ucapan pedas dan menyakitkan yang sering diungkapkan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi dan terdengar oleh telinga Kalani. Tak hanya itu, suasana pun berubah tak menyenangkan di manapun Kalani berada.

Mulai dari kelas, kantin, bahkan ruang OSIS. Awan tak sudi menatapnya, Baskara kini menempati kursi di bagian tengah walau dia seorang Wakil Ketua OSIS. Sementara Mika, cewek itu selalu datang ke sekolah dengan wajah kusut.

Tidak hanya di sekolah, Kalani juga mendapat teror melalui pesan ponsel dari nomor asing. Tanpa menebak, Kalani tahu siapa pengirimnya. Sudah pasti para penggemar Baskara dan Mikayla. Terkadang dia tak mengerti. Belum terkenal saja, penggemar mereka sudah mengerikan seperti ini.

Kalani sedang berjalan di koridor pagi ini. Sudah tiga hari sejak kejadian di ruang OSIS. Datang ke sekolah kini tak lagi menyenangkan. Jika bisa, Kalani ingin absen saja. Namun, bisa dipastikan ibunya akan mengamuk. Ibu sangat anti membiarkan anak-anaknya membolos tanpa alasan jelas.

"Eh, ada cewek ganjen."

Langkah Kalani seketika terhenti di salah satu bagian koridor. Bukan karena telinganya panas mendengar ucapan tersebut. Kalani sudah membiasakan diri pada ucapan-ucapan pedas mengenai dirinya.

Masalahnya, kini tiga orang siswi sedang menghalangi jalannya. Seorang di tengah yang berambut bob adalah cewek yang pernah mengancam Kalani beberapa waktu lalu. Saat dirinya menjadi perbincangan usai jatuh dari tangga dan ditolong Baskara.

Sekilas Kalani membaca tag nama di dada kanannya. Kristi. Di sisi kiri Kristi, seorang cewek berambut sepunggung, sementara di sisi kanannya, seorang cewek dengan penampilan mirip idol Korea.

"Permisi. Saya mau lewat," ucap Kalani sebelum mengayunkan langkah ke sisi yang tidak terhalang trio cewek tersebut. Namun, cewek berambut panjang sepunggung di sebelah kiri Kristi bergerak cepat dengan menghalangi Kalani.

"Siapa yang ngijinin kamu lewat?" tanya cewek berambut sepunggung tersebut.

"Siapa juga yang membolehkan kamu buat halangin jalan orang?" balas Kalani. Walaupun jantungnya berdegup kencang saat mengatakannya. Dia belum pernah menghadapi indikasi perundungan seperti ini sendirian.

Cewek berambut sepunggung tersebut melipat tangan dan menatap tajam pada Kalani. "Oh. Jadi cewek pengganggu hubungan orang sekurang ajar ini, ya?" sinisnya.

"Saya nggak ganggu hubungan siapa-siapa," bantah Kalani dengan tetap berusaha tenang.

"Nggak usah ngebantah, deh," sahut Kristi yang membuat Kalani menoleh. "Banyak lagi, saksinya. Kamu godain Kak Ibas si ruang OSIS, 'kan?"

"Saya nggak godain siapa-siapa," tegas Kalani dengan menekan setiap kata yang dia ucapkan. "Kamu nggak kasihan sama orang tua kamu? Udah bayar mahal-mahal buat sekolahin anaknya di sekolah terbaik, tapi kamunya gampang kehasut gosip murahan. Kalau jadi kamu, saya bakal minta pindah sekolah aja."

"Sialan." Kristi langsung menarik kuncir Kalani hingga menyebabkan pemiliknya mengaduh. Seolah seluruh rambutnya akan dicabut paksa dari kepalanya. "Mulut kamu tuh emang minta dihajar, ya."

"Udah, Kris. Kasih paham aja ni bocah. Biar sadar diri," timpal si cewek berambut sepunggung lagi.

Kristi segera menarik kuncir Kalani. Hendak membawanya ke suatu tempat sepi di lingkungan sekolah. Namun baru tiga langkah, seseorang sudah berseru kepada mereka. Betapa terkejutnya mereka melihat sosok Baskara yang tampaknya baru tiba dan kini berjalan cepat menuju keempat cewek tersebut.

"Lepasin Kalani," perintah Baskara pada Kristi.

"Tapi, Kak–"

"Saya bilang lepasin," ulang Baskara saat Kristi hendak membantah.

Meski tak rela, Kristi menyentak kuncir Kalani hingga membuat cewek tersebut hampir terjungkal. Beruntung, Baskara sigap menangkap cewek tersebut dan melindungi Kalani di belakang punggungnya.

Baskara menatap ketiga cewek di hadapannya bergantian. "Kalian tahu kalau sekolah ini sudah menerapkan program anti-bullying, 'kan? Apapun alasan kalian, nggak dibenarkan untuk melakukan tindakan kasar di sekolah ini. Dan kalian tahu harus berurusan sama siapa kalau nekat melakukan itu."

"Kok malah Kak Baskara belain dia, sih?" Cewek berambut sepunggung menyahut tak terima.

"Saya bela siapa saja yang nggak bersalah tapi dapat perlakuan buruk," bantah Baskara. "Kalian tahu? Sebagai Wakil OSIS, saya berhak melaporkan segala tindakan perundungan ke dewan kedisiplinan sekolah. Tunggu sampai nama kalian dipanggil."

"Tapi, Kak. Saya 'kan nggak ikut-ikut," sahut cewek idol Korea tak terima.

"Tapi kamu nggak mencegah teman kamu, 'kan?" Ucapan Baskara membuat cewek tersebut terdiam. "Ini terakhir kalian melakukan bullying. Kalau masih diulangi, kalian tahu 'kan, kalau sekolah nggak segan-segan menjatuhkan sanksi buat para pelaku perundungan? Drop out, misalnya."

Ketiga cewek di hadapan Baskara tersebut tak berkutik. Karena yang diucapkan Baskara benar-benar terjadi. Dewan guru dan pihak yayasan akan menindak tegas pelaku perundungan. Sebelumnya saja, sudah tiga orang siswa dikeluarkan karena melakukan kekerasan fisik kepada salah satu teman mereka.

Usai mendapat ancaman dari Baskara, Kristi dan kedua temannya segera pergi dari sana tanpa pamit bahkan meminta maaf kepada Kalani. Usai ketiga cewek tersebut berlalu, Baskara memutar tubuhnya hingga menghadap Kalani. Rambut cewek itu sedikit berantakan akibat ulah Kristi.

"Kamu baik-baik aja? Ada yang luka?" tanya Baskara khawatir.

"Nggak apa-apa, Kak." Kalani menggeleng.

"Beneran nggak apa-apa?"

"Iya, Kak." Kalani meyakinkan. "Uhm ... makasih udah tolong."

"Sama-sama."

Kalani merasa hatinya tercubit saat Baskara tersenyum tulus kepadanya. Ironis. Dia mendapat perlakuan tidka menyenangkan karena cowok itu. Namun, cowok berlesung pipi itu juga yang menolongnya.

"Uhm ... a-aku, duluan ke kelas ya, Kak. Permisi." Kalani membungkukkan badan sebelum berjalan melewati Baskara.

"Kamu bisa cari aku," sahut Baskara yang segera menghentikan langkah Kalani. Cewek itu memutar pelan tubuhnya dan kembali berhadapan dengan Baskara. "Bahkan kalau nggak ada seorang pun yang peduli, masih ada aku, Aruna."

Kalani merasakan sengatan di jantungnya hingga kehilangan kata. Yang mampu Kalani lakukan hanya tersenyum samar sebelum memutar tubuhnya kembali dan berjalan cepat untuk menyembunyikan air matanya yang berlomba keluar.

***

Kak Sunny manis banget. Tapi hati Kalani masih terpotek.

***

ADMIRER (SELESAI) Where stories live. Discover now