24. PATAH HATI MIKA

130 25 10
                                    

Bukan hobi Kalani untuk mendatangi toko buku. Terlebih, dia bukan seseorang yang hobi membaca seperti Ambar. Namun, ketika alarm kalender ponselnya memberitahu bahwa besok Ambar akan merayakan ulang tahun, maka mau tidak mau, Kalani mendatangi toko buku terkenal di Kota Malang untuk mencari kado.

Melalui Reva, Kalani mendapat informasi jika Ambar mengincar sebuah novel terbaru penulis favoritnya. Hanya saja, dia tak memiliki cukup dana untuk mendapatkan buku tersebut. Akhirnya, Kalani dan Reva sepakat patungan untuk mendapatkan buku yang Ambar inginkan.

Kalani sedang mengamati rak buku best seller untuk menimbang apakah akan membeli buku tambahan atau tidak, saat bahunya tak sengaja menabrak seseorang. Dia segera menoleh untuk meminta maaf. Namun, dirinya justru tertegun melihat orang yang tak sengaja ditabraknya. Seorang cewek berambut lurus panjang dengan warna hitam legam.

***

Seorang pelayan berkaus polo meletakkan nampan berisi dua gelas coke float dan satu loyang pizza di sebuah meja. Aroma keju leleh dan daging panggang segera memenuhi indra penciuman dua remaja yang menempati meja tersebut dan memancing air liur.

"Terima kasih, Kak," ucap Mikayla pada pelayan diiringi senyuman tipis. Pelayan tersebut mengangguk sebelum berlalu dari meja kedua remaja tersebut. "Silakan diminum, Kal."

"Makasih, Kak." Kalani mengangguk. Namun, dia tidak segera mengambil gelas float-nya.

Mikayla mengambil sendok dan mulai menyantap es krimnya. Sementara Kalani memandang sekitar restoran pizza tempat mereka berada. Merasa canggung karena satu meja dengan idola sekolah yang membuat dirinya dimusuhi.

"Kamu cari buku apa?" tanya Mikayla yang segera mengalihkan perhatian Kalani.

"Hah? Oh. Uhm ... novel barunya Andrea Hirata. Buat Ambar," jawab Kalani sedikit tergagap.

"Oh. Ambar suka Andrea Hirata?"

Kalani mengangguk. "Hampir semua sastrawan modern. Andrea Hirata, Tere Liye," jelasnya.

Mikayla mengangguk-angguk. Tampak berminat pada penjelasan Kalani. "Kamu? Suka penulis siapa?"

"Nggak terlalu suka baca sih, Kak. Sukanya nonton," jawab Kalani seraya tertawa kecil. Kecanggungan masih terasa walau sikap Mikayla tampaknya mulai bersahabat.

Kakak kelasnya tersebut menyunggingkan senyum tipis. Kalani tidak pernah menjumpai Mikayla di luar sekolah. Dibandingkan dengan citranya sebagai cewek populer di SMA Sarasvati, Mikayla di luar sekolah tampak lebih sederhana dan kalem.

Saat ini saja, dia mengenakan terusan selutut dan kardigan berwarna cokelat. Rambut panjangnya digerai dan hanya ditambahkan sebuah jepit di salah satu sisi kepalanya. Sangat khas remaja yang sedang hangout sepulang sekolah.

"Kak Mika ... sering ke sini?" Kalani balik bertanya.

"Nggak tentu. Kadang kalau pas nggak ada jadwal latihan, aku suka main ke toko buku tadi. Kalau pas jadwal padat, ya tunggu hari Minggu."

Kalani mengangguk kecil sebelum mengambil gelas minumannya. Namun, dia tidak segera menyeruput cairan berkarbonasi di dalamnya. Kalani mencengkeram badan gelas yang langsing, lalu mencuri pandang ke arah Mikayla yang mengamati sekitar restoran.

"Uhm ... Kak Mika," panggil Kalani yang segera membuat Mikayla menoleh kepadanya. "Aku ... minta maaf sama Kakak. Buat kejadian yang lalu. Maaf karena udah bikin hubungan Kakak sama Kak Baskara nggak baik."

Tak ada tanggapan dari Mikayla. Cewek itu menatap lurus pada Kalani seraya mengaduk minumannya. Sementara Kalani semakin merasa canggung ditatap demikian.

ADMIRER (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang