5. BUNGA SEKOLAH

141 37 37
                                    

Pembukaan LDKS akhirnya selesai. Baskara kembali bergabung dengan Awan dan panitia LDKS untuk pelaksanaan program selanjutnya. Sementara Kalani dan anggota OSIS terpilih segera bersiap untuk mengikuti kegiatan.

"Kamu nggak apa-apa, Lan?" tanya Rara usai mereka mengganti seragam dengan pakaian olahraga berupa kaus dan celana training panjang.

"Nggak apa-apa. Emang kenapa?" tanya Kalani balik.

"Kayaknya kaki kamu sakit atau ... kenapa, tuh?"

"Ah, ini ...." Kalani menunduk sejenak pada kakinya. "Kapan hari jatuh dari tangga. Jadi terkilir dikit. Tapi nggak apa-apa, kok," ujar Kalani menenangkan.

"Bener? Aku bisa bilang ke Kak Awan atau Kak Baskara biar kamu dapat keringanan," tawar Rara.

"Nggak usah. Aku baik-baik aja." Kalani buru-buru menolak. Rara menatapnya dengan ekspresi tak terbaca. Kemudian mengedikkan bahu dan memanggul ranselnya sebelum berlalu.

Kalani mengikuti Rara dan memanggul ransel yang sepertinya jauh lebih penuh daripada milik Rara. Mereka kembali ke aula. Kursi-kursi dan meja kini telah disingkirkan. Sebagai gantinya, tempat tersebut kini dibagi menjadi dua wilayah. Untuk laki-laki dan perempuan.

Masing-masing wilayah telah diberi hamparan karpet. Tempat itu nantinya berfungsi sebagai tempat istirahat para peserta. Panitia menginstruksikan agar peserta LDKS menyimpan barang-barang mereka di tempat yang sudah disediakan. Kemudian menuju halaman sekolah untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.

LDKS kali ini tidak jauh berbeda dengan yang pernah Kalani ikuti sewaktu SMP. Mereka dilatih baris-berbaris dan kegiatan luar ruangan lain seperti adu ketangkasan dan permainan.

Saat baris-berbaris, Kalani bisa melaluinya dengan lancar. Mungkin hanya panas yang dikeluhkan hampir semua peserta. Beruntung tidak ada yang pingsan. Saat permainan kelompok, Kalani juga dapat melaluinya karena tidak memerlukan banyak gerakan.

Namun saat Kalani mengetahui mereka juga harus melalui haling rintang yang membutuhkan ketangkasan fisik, Kalani menyerah. Baru melalui satu rintangan saja, kakinya sudah berdenyut nyeri.

Alhasil, Kalani langsung menepi dan mengistirahatkan kakinya. Dia melepas sepatunya dan memijit betis yang ikut nyeri karena kegiatan hari ini. Kakinya yang terkilir terasa seperti ditusuk ribuan jarum. Dia perlu mengompresnya.

Tiba-tiba Kalani menyesal. Sepertinya Ibu benar. Dia masih butuh istirahat. Dokter pun bilang jika Kalani paling tidak membutuhkan waktu satu minggu untuk pulih. Namun dia sudah terburu mengikuti kegiatan walau baru tiga hari beristirahat.

"Kakinya sakit?" tanya seseorang yang seketika membuat Kalani mendongak.

"Eh. Kak Baskara," sapa Kalani sebelum buru-buru mengambil sepatunya.

Baskara langsung berjongkok dan menahan tangan Kalani yang hendak memakai sepatunya. "Pertanyaanku belum dijawab," ucapnya.

"Euh ...." Kalani mendadak gugup. "Kaki ... ya ... sakit dikit, kok."

"Terus kenapa mau pakai sepatu?" tanya Baskara lagi.

"Uhm ... mau lanjut, Kak," jawab Kalani.

"Terus kalau kaki kamu sakit lagi, mau istirahat lagi?" Pertanyaan Baskara kali ini membuat Kalani terdiam.

Apa dia melakukan kesalahan? Sepertinya. Sudah tahu kondisi sedang tidak memungkinkan, malah memaksa ikut LDKS yang memiliki banyak kegiatan fisik. Seharusnya Kalani tidak masuk hari ini. Perkara apakah dia akan tetap menjadi anggota OSIS atau tidak, urusan nanti.

Ambar benar. Tidak menjadi anggota OSIS bukan kiamat. Namun Kalani merasa saying jika melewatkan kegiatan tersebut. Mungkin karena dia merasa sudah berusaha cukup keras pada waktu seleksi. Sehingga rasanya konyol jika berhenti hanya karena dia tidak sedang dalam kondisi fit.

ADMIRER (SELESAI) Where stories live. Discover now