"Persis seperti milik Rana,"

Senyum Damar semakin mengembang kala dirasa Onad tak menolak perlakuannya.

"Jelas Onad tidak mungkin menolak, aku adalah Papanya. Satu tahun berpisah pasti membuat Onad rindu." tekan Damar dalam hati.

Hingga kini senyum Damar memudar, kala Onad menyentak tangan miliknya kuat seperti menolak pelukan yang hendak Damar layangkan. Padahal Damar melakukannya sebagai penghapus rindu diantara keduanya, tapi mengapa Onad menolak?

"Kenapa Onad nggak mau Papa peluk?" lirih Damar dengan mata berkaca-kaca.

"Kata Mama ndak boyeh peyuk-peyuk olang asing, anti labies,"

Degh,

Jantung Damar seperti berhenti berdetak rasanya mendengar serentetan kalimat yang keluar dari bibir mungil itu. Bagaimana mungkin Onad tidak mengenalinya? Bahkan dengan begitu tega Onad menyebutnya sebagai orang asing.

"Papa bukan orang asing, ini Papa. Papanya Onad."

Hati Damar ngilu, melihat Onad yang kembali mengacuhkannya dan kembali sibuk menggoda Lean.

"Tidak ada yang lebih menyakitkan dari disingkirkan dan diasingkan tanpa alasan,"

Padahal seingat Damar, dirinya dan Onad hanya terpisah satu tahun saja. Namun mengapa semuanya seperti berbalik tiga ratus enam puluh derajat? Onad seperti mencipta tembok penghalang diantara keduanya. Apa ini buah yang Damar petik atas perlakuannya dulu?

Ya dulu, tepat setelah vonis keterlambatan tumbuh kembang Onad, Damar langsung menjeda jarak diantara keduanya. Karena jujur saja Damar malu mempunyai anak seperti Onad. Damar juga takut kehormatan keluarga Maheswara akan tercoreng. Maka Damar bertekat untuk tak lagi menganggap Onad sebagai buah hatinya, bagi Damar Onad adalah momok yang harus dijauhi dan tak dianggap keberadaannya.

Namun sekarang keadaan berbalik, Onad sudah sehat, Onad sudah sempurna. Saatnya Damar menarik kembali semua perkataannya dan melapangkan dada untuk menerima kehadiran Onad sebagai putra pertamanya, tapi mengapa keadaan malah berbalik? Bukan diterima malah penolakan dan sikap asing yang dihadirkan.

"Ternyata rasanya sangat menyakitkan ketika keberadaan kita tak dianggap. Maafkan Papa, Nad."

Namun Damar tak akan menyerah begitu saja, tekat Damar sudah bulat. Bukankah dulu dirinya pernah berkata jika Onad sudah bisa normal seperti anak seusianya, maka dirinya akan mengakui Onad sebagai putranya? Hanya tinggal menunggu waktu, Damar yakin Onad akan kembali menganggap keberadaannya.

Memangnya siapa yang akan menolak menjadi anak seorang Damara Alucas Maheswara, tidak ada bukan?

Lagi pula Damar yakin perlakuan Onad padanya juga atas campur tangan Rana si manusia gagal move on itu. Pasti Rana sengaja membuat Onad melupakan Ayah kandungnya. Hal itu pasti Rana lalukan untuk memancing  Damar untuk menemuinya, lalu nanti Rana mengatakan mau membantu Damar asalkan Damar mau mengajaknya rujuk. Menggelikan!

Biarkan sajalah Rana dengan segala mimpinya itu, Damar tidak perlu memikirkannya. Yang terpenting dirinya berusaha mengembalikan ingatan Onad tetangnya saja dulu. Masalah rujuk biar Rana saja yang mengemis mengajak terlebih dahulu. Sebagai lelaki harga diri nomor satu bukan?

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang