Part 38 : Garwone Sedo

1.5K 139 2
                                    

Ini kali pertama Nirmala memberanikan diri untuk datang kerumah Wahyu, selama Nirmala menikah dengan Wahyu memang dirinya tidak pernah mau jika diajak untuk pulang kerumah orang tua Wahyu. Namun tak ada cara lain bagi Nirmala untuk menemui putrinya yang kini sudah berusia tujuh tahun.

Jaeda adalah alas an Nirmala untuk pergi ketempat itu, apaun yang akan terjadi dia ingin membawa Jaeda tinggal bersamanya. Kematian pak Marno membuat Nirmala terpaksa mencari supir baru untuk dirinya. Tak sulit bagi Nirmala untuk mendapatkan supir baru bagaimana tidak,wajahnya yang cantik kulitnya yang putih bersih , rambut yang hitam panjang serta aroma tubuh yang wangi membuat lelaki tak tak dapat menolak Nirmala.

Jayadi adalah supir baru Nirmala, meskipun hanya seorang supir namun Jayadi memiliki daya tarik tersendiri badannya gagah tegap serta wajahnya yang lumayan tampan, membuat Nirmala menjatuhkan pilihannya kepada Jayadi.

“Mas, antarkan saya ke kota Magelang”(Nama kota disini hanya samaran bukan lokasi sesungguhnya , jadi mohon tidak berspekulasi yang tidak-tidak, oke).
“Baik mbak” Jayadi membukaan pintu untuk Nirmala.

Perjalanan ditempuh sekitar enam jam dari desa Nirmala, tak ada percakapan diantara Nirmala dan Jayadi. Hanya sesekali Jayadi mencuri pandang kearah Nirmala lewat kaca spion.

Nirmala memjamkan matanya, namun tidak sedang tertidur karena posisi duduk Nirmala tegap terjaga. Walaupun dengan mata terpejam Nirmala tau kalau sopirnya ini diam-diam sedang memperhatikan dirinya.

Walaupun memiliki wajah yang tampan namun Jayadi merupakan orang yang tidak senonoh, beberapa kali Nirmala mengetahui jika Jayadi mengintip dirinya saat mandi ataupun saat sedang tidur.

Hal itu tak membuat Nirmala cepat-cepat ingin menghabisi Jayadi, tunggu waktu yang tepat untuk membuat lelaki itu harus membayar perbuatannya.

Setelah perjalanan panjang Nirmala sampai disebuah rumah ya cukup besar, rumah dengan bangunan kayu dengan tumbuhan yang sangat rindah membuat siapapun yang berada disana merasa tenang.

Tapi tidak dengan Nirmala , baru menginjakkan kakinya ditanah itu dadanya terasa sakit bak ditusuk ratusan jarum.

Rumah itu terdiri dari beberapa bangunan dan disetiap bangunan terdapat suara lantunan orang mengaji yang membuat Nirmala merasakan sakit yang luar biasa.

“Assalammualaikum, maaf mbak ini siapa? Ada perlu apa datang ke pondok pesantren ini?” Sapa seseorang pria tua memakai baju putih dengan sorban dikepalanya.
“Saya mencari mas Wahyu, mbah”
“Oh Gus wahyu, ada perlu apa ya mbak?”

“Saya istrinya mbah” Lelaki tua itu memicingkan matanya, pantas saja sedari tadi beliau mencium bau bangkai dari tubuh Nirmala.

“Mari ikuti saya” Nirmala berjalan mengikuti lelaki tua itu, di sepanjang jalan Nirmala menutup telinganya, tak ingin mendengar suara anak-anak mengaji. Pria itu bernama mbah Giman salah satu sesepuh di pondok pesantren. Melihat sikap Nirmala mbah giman hanya mesem (tersenyum).

“Silahkan tunggu disini mbak, saya akan panggilkan gus wahyu”
Suhu di ruangan itu membuat tubuh
Nirmala menggigil kedinginan, padahal ruangan suhu di ruangan tersebut terbilang normal.

Bahkan ruangan itu sangat-sangat tertutup tak ada celah untuk angin masuk, bagaimana bisa sedingin ini. Nirmala mengusap-ngusap tubuhnya untuk mengurangi rasa dingin yang semakin lama menyiksa dirinya.

CEKLEK
Suara pintu dibuka,
“Assalammualaikum” Sapa wahyu
Wajah wahyu begitu tenang melihat Nirmala kembali, karena sebelumnya wahyu sudah diberitahu oleh pak Marno.

Ada rasa rindu dihati wahyu namun ia menahan rasa itu, ia telah gagal mendidik istrinya. Wahyu merasa dirinya tidak bisa membuat orang yang ia sayangi kembali kejalan Allah.

KANTIL IRENG NIRMALAWhere stories live. Discover now