Part 27 : Jaeda Yaminah

1.8K 167 2
                                    

Tak butuh waktu lama, setelah dua bulan menikah Wahyu dan Nirmala dikaruniai seorang anak. Usia kehamilan Nirmala sudah satu minggu, namun sejak hamil Nirmala semakin gemar memakan bunga kantil dan melakukan hal-hal aneh lainnya.

Jika Wahyu melarangnya maka Nirmala akan merajuk. Pernah suatu hari Wahyu mengamati tingkah laku Nirmala dimasa awal kehamilannya, Wahyu melihat Nirmala seharian asik berendam di padusan sampai kulitnya pucat.

Khawatir akan yang dilakukan istrinya , Wahyu meminta Nirmala untuk keluar padusan.
“Dek , kamu udah berjam-jam lho berendam. Lihat tuh kulitmu sudah keriput karena kedinginan , mentas yok”

“Nanti mas aku masih kepingin disini”
“Kenapa toh kok kamu suka banget berendam?”
“Aku merasa bayi yang ada di perutku membuatku kepanasan,mas”

“Makany to dek, aku minta kamu selalu berdoa. Kamu tinggalin hal-hal yang gak penting itu”
“Aku kan sudah bilang to mas aku ndak suka diceramahi”

Nirmala yang marah dengan ucapan suaminya mengunci diri dikamar, berhari-hari Nirmala tak membukaan pintu kamar untuk suaminya. Berkali-kali Wahyu mencoba merayu Nirmala namun tak diindahkan oleh Nirmala.

Tak hanya itu setiap tengah malam Wahyu mendengar gemerincing gelang seperti orang sedang menari, saat Wahyu melihat disampingnya istrinya sudah tidak ada disampingnya.

Wahyu mencari sumber suara tersebut benar saja Nirmala yang sedang menari di pendopo. Nirmala juga suka bersenandung dengan mengelus perutnya. Keanehan demi keanehan itu masih Wahyu maklumi selagi tak melukai istri dan calon anaknya.

Tak seperti orang hamil kebanyakan Nirmala tidak pernah rewel dan mengidam. Nirmala juga tidak mau diperiksakan ke dokter, dia selalu bilang jika kehamilannya baik-baik saja.

Nirmala dan Wahyu memang tidur bersama tapi tidak dikamar Nirmala yang dulu, karena Nirmala tak mengijinkan siapapun masuk ke kamar itu.

Wahyu pernah masuk ke dalam kamar Nirmala tanpa sepengetahuan Nirmala namun Wahyu tak mampu melawan makhluk yang tinggal di kamar itu sendirian.

Kini kehamilan Nirmala semakin hari kian membesar, dan kelakuan Nirmala semakin menjadi membuat Wahyu bertambah khawatir.

Takut jika anaknya dalam bahaya Wahyu meminta ijin untuk pergi kerumah abahnya dan menceritakan semua yang terjadi pada istrinya.

“Maaf nak, abah hanya bisa mendoakan dari sini. Asal kamu tahu makhluk yang menjaga istrimu juga menginginkan anakmu”

Seketika wajah Wahyu berubah pucat, ini adalah anak pertamanya dan menjadi anak yang paling ditunggu-tunggu bagi pasangan yang baru menikah , sama halnya dengan Wahyu.

“Tapi abah, saya tidak ingin anak saya yang tidak berdosa menjadi korban”
“Abah mengerti, doakan anakmu mohon keselamatan hanya itu yang bisa kita lakukan. Jaga selalu istrimu sampai usia kehamilannya menginjak tujuh bulan, karena setelah masa itu bayi dalam kandungan istrimu sudah sempurna”
“Baiklah abah, terimakasih”
“Kamu hati-hati dijalan”

Ini bulan keempat kehamilan Nirmala, Wahyu selalu was-was dan Wahyu lebih ketat menjaga Nirmala.Jika kata orang jawa maapati atau bulan keempat kehamilan adalah waktu janin diberi nyawa (maaf ya kalau salah, karena di setiap daerah pasti ada keyakinan yang berbeda).

Suatu malam Wahyu terbangun karena mendengar suara seseorang sedang bersenandung, Wahyu melihat tempat dimana Nirmala tidur Nirmala tidak ada disana.

Wahyu berbegas keluar dan mencari dimana keberadaan Nirmala. Suara itu berasal dari kamar Nirmala, kamar yang tidak pernah ia ijinkan siapapun untuk masuk. Wahyu tau jika istrinya ada didalam, Wahyu membuka pintunya secara paksa.

“Astagfirullah” Wahyu membuang muka saat melihat makhluk itu sedang mencilati perut istrinya. Wahyu menarik tubuh Nirmala, makhluk itu mengerang melotot kearah Wahyu.

Tak ingin ambil resiko Wahyu segera menarik Nirmala keluar dari kamar itu. Tak ada sepatah katapun setelahnya yang Wahyu ucapkan.

Nirmala menyadari jika suaminya sedang menahan marah kepadanya.
“Mas, Wahyu maafin aku”
“Aku hanya ingin anak dan istriku selamat”

Wahyu pergi ke belakang rumah, memuntahkan darah dari dalam perutnya Wahyu menahan nyeri di dadanya.

Memang taka da serangan fisik antara Wahyu dan Singolangu namun sukma mereka bertarung. Butuh waktu hampir satu bulan bagi Wahyu mengobati luka dalamnya.

Makhluk itu sangat menginginkan bayi yang ada dalam perut Nirmala. Wahyu bersumpah dalam dirinya, ia tak akan rela jika darah dagingnya menjadi makanan Singolangu. Nyawa sekalipun aku Wahyu taruhkan demi menyelamatkan anaknya.

Masa-masa sulit itu dapat dilalui Wahyu dan Nirmala kini usia kandungan Nirmala sudah menginjak tujuh bulan. Wahyu dapat bernafas lega, dan Nirmala pun sudah tidak pernah lagi mendatangi kamar itu lagi.

Namun semua tak lantas berakhir begitu saja. Belum genap delapan bulan kehamilannya Nirmala merasakan perutnya berkontraksi.
“Mas, perutku sakit sepertinya anak’e meh lahir”

Wahyu meminta abdinya untuk memanggil dukun beranak. Mak Inah dukun bayi yang kala itu datang untuk membantu Nirmala melahirkan. Namun, ada kejadian aneh yang baru kali Mak Inah alami. Dibantu Rahayu , Mak Inah mencoba mengeluarkan bayi dalam perut Nirmala.

“Ayok ngeden mbak, sing kuat yo”
Nirmala mencoba menarik nafasnya dalam-dalam, dan mengeden sekuat tenaga. Mak Inah menggelengkan kepalanya.

“Enten nopo mak?”(Ada apa mak)
“Aku lagi iki weruh wong bayi angele koyok ngene”(Aku baru ini melihat orang melahirkan sesusah ini)
“Terus kepiye mak?”(Terus gimana mak?)
“Celukken bojone”(Panggilkan suaminya)

Rahayu memanggil Wahyu untuk mendampingi Nirmala.
“Mas , sampean mpun ngertos kan omah iki katekanan dayoh. Aku samar yen bojomu ora kuat”(Mas, kamu sudah tau kan jika rumah ini kedatangan tamu. Aku takut jika istrimu tidak kuat)

“Bayine ono sing nahan mas”(Bayinya ada yang menahan mas)
“Wes mak, sampean usaha sik yo tak iwangi doa”(Sudah mak, kamu berusaha dulu saya bantu doa)
“Sampeyan juphuk wudhu dhisek ya mak”(Kamu ambil wudhu dulu ya mak)

Mak Inah pergi kebelakang untuk mengambil wudhu, namun tengkuk lehernya seketika terasa dingin seperti sedang ada yang mengawasi. Mak Inah sebenarnya sudah tahu jika dirumah ini banyak sekali dihuni lelembut.

Namun itu semua hanya rumor yang Mak Inah dengar dari gosip-gosip tetangga disekitar rumahnya. Tapi kali ini Mak Inah merasakan sendiri betapa ngerinya rumah keluarga Catra.

Setelah hampir delapan jam Mak Inah dan Rahayu membantu persalinan Nirmala akhirnya bayi mungil itu mau lahir tepat ketika sorop datang. Seketika wajah Mak Inah pucat pasi, iya segera membersihkan tubuh bayi perempuan itu dan memberikan ke Wahyu untuk diadzani.

Saat Wahyu mengumandangkan adzan di telinga putri kecilnya. Nirmala menutup telinganya sembari berteriak, sampai Mak Inah dan Rahayu kuwalahan untuk menahan tubuh Nirmala. Bayi perempuan itu diberi nama Jaeda Yaminah yang artinya Penuh kebaikan dan kecantikan.

“Mak, saya berterimakasih atas bantuannya dan saya harap mak Inah dapat merahasiakan aib saya dan istri saya”
“Baik mas, kalau begitu saya permisi”

KANTIL IRENG NIRMALADove le storie prendono vita. Scoprilo ora