Part 2 : Awal Persahabatan

4.4K 244 3
                                    

“Malaaaa….mreneo!!!!”(Mala kesini)
Mala berjalan mendekati Dela.
“Mala kenalke iki jenenge Nur lan Anggun. Nur , Anggun iki Nirmala”.
“Hy Mala….”.(Nur dan Anggun serentak).

Mala hanya diam tak sedikitpun merespon sapaan Nur dan Anggun.
“Mala mereka iki juga koncoku sing bakale dadi koncomu juga”.(Mala mereka ini juga temanku yang nantinya juga akan jadi temanmu).

“Del, kok bocahe aneh to….?”(Del kok dia aneh sih)
“Hmmm wes ayok dolanan bareng”.

Mereka berempat bermain bersama, memainkan permainan cublak-cublak suweng.

Permainan yang dimainkan minimal empat orang , sebelum bermain mereka berempat gambreng dan yang kalah akan jadi pak Empo. Dia berbaring telungkup di tengah, anak-anak lain duduk melingkar. Buka telapak tangan menghadap ke atas dan letakkan di punggung Pak Empo. Salah satu anak memegang biji/ kerikil dan dipindah dari telapak tangan satu ke telapak tangan lainnya diiringi lagu Cublak-Cublek Suweng.

“Cublak cublek suweng, suwenge ting gelenter, mambu ketundung gudel. Pak empo lirak-lirik, sapa mau sing delekke. Sir sir pong dele gosong, sir sir pong dele gosong”. Pada kalimat ”Sapa mau sing delekke” serahkan biji/ kerikil ke tangan seorang anak untuk disembunyikan dalam genggaman.

Di akhir lagu, semua anak menggenggam kedua tangan masing-masing, pura-pura menyembunyikan kerikil,  sambil menggerak-gerakkan tangan.

Pak Empo bangun dan menebak di tangan siapa biji/ kerikil disembunyikan. Bila tebakannya benar, anak yang menggenggam biji/ kerikil gantian menjadi Pak Empo.

Bila salah, Pak Empo kembali ke posisi semula dan permainan diulang lagi. Saat giliran Mala yang menjadi pak Empo, Mala hanya diam seolah enggan menjadi pak Empo.

“Mala, awakmu sing dadi “,(Mala kamu yang jadi)
Mala tak bergeming, ia hanya menatap tajam kearah anggun.
“Mala ngopo awakmu mendelikki aku? Kan bener to yen awakmu sing giliran dadi pak Empo”.(Mala kenapa kamu melototin aku? Kan benar kamu yang giliran jadi pak Empo).

“Wes..uwes ben aku wae sing dadi”.(Sudah sudah biar aku aja yang jadi)
“Lah Del, kat mau bocah iki rak gelem kalah rak gelem dadi pak Empo.”.(Lah Del, dari tadi anak ini gak mau kalah gak mau jadi pak Empo).

“Aku wegah dolanan karo bocah iki meneh”.(Aku gak mau main sama anak ini lagi).
“Nur, awakmu isih pingin ning kene opo melu aku?”(Nur kamu masih mau disini apa ikut aku)
“Sepurane yo Dela, Mala aku uwisan leh dolanan”.(Maafin ya Dela, Mala aku udahan mainnya).

Dela mengangguk mengiyakan.
Anggun dan Nur pergi meninggalkan Dela dan Mala. Sesekali Anggun mencuri pandang melihat Mala, tatapan Mala begitu mengerikan dan aneh untuk Anggun.

“Maafin aku Del, kayane Anggun rak seneng karo aku”.(Maafin aku Del, sepertinya anggun gak suka sama aku).

“Endak, Mala mungkin awakmu loro durung akrab. Mengko suwe-suwe lakyo akrab”.(Enggak, Mala mungkin kalian berdua belum akrab. Nanti lama-lama juga akrab).

Malam itu seperti malam biasanya, seusai anak-anak panti melakukan kegiatan rutin yang sudah dijadwalkan ibu panti setiap harinya mereka kembali kekamar masing-masing.

Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras yang entah dari mana asalnya. Dengan cepat asap menyebar keseluruh ruang, karena rumah panti masih terbuat dari kayu menjadikan api dengan mudah merambat.

Bu Laksmi segera keluar dan memanggil semua anak pantinya untuk menyelamatkan diri. Syukurlah semua anak panti dan bu Laksmi bisa keluar rumah dengan cepat.

Diluar sudah ramai warga yang membantu memandamkan api. Desa dimana panti ini berada masih sangat terpencil sehingga fasilitas seperti damkar belum tersedia, sehingga warga memadamkan api dengan alat seadanya.

Hingga teriakan Dela membuat bu Laksmi dan semua warga yang berada disana panik.

“Bukkk…. Mala isih ning jeroooo….”(Buk, Mala masih didalam)
“Ya allah, Malaaaa”. Bu Laksmi yang panic segera berlari ke dalam rumah panti, sebelum sampai depan pintu pak RT segera menarik tangan bu Laksmi menjauh dari sana.

“Enten nopo bu?”(Ada apa bu?)
“Mala pak…Nirmala masih di dalam. Saya takut dia kenapa-kenapa pak”.

“Ning jero bahaya buk, genine wes mbulat-mbulat. Bu Laksmi ning kene wae jagani bocah liyane ben aku lan warga sing mlebu goleki Nirmala”.(Didalam berbahaya buk, apinya sudah membara. Bu Laksmi di sini saja jagain anak-anak biar aku dan warga yang masuk nyari Nirmala).

Hampir lebih dari satu jam warga dan pak RT yang masuk ke dalam untuk mencari Nirmala tak kunjung keluar, perasaan bu Laksmi semakin gelisah. Ia merasa sudah gagal menjaga anak-anak.

Dela, Nur dan Anggun tak henti-hentinya menangis sambil menyebut-nyebut nama Nirmala. Meski terkadang sikap Nirmala aneh tapi jauh di hati Dela, Nur dan Anggun mereka menyayangi Nirmala.

Mereka semua berdoa kepada Allah agar Nirmala bisa segera ditemukan dalam keadaan baik.

Maha baik Allah yang maha mendengar doa anak-anak yatim dan piatu, doa mereka terkabul. Salah seorang warga berhasil menemukan Nirmala, namun kondisi Nirmala kurang baik karena separuh wajahnya mengalami luka bakar yang cukup serius, sehingga bu Laksmi segera membawa Nirmala ke klinik desa agar segera di beri pertolongan.

Hampir tiga hari lamanya setelah kejadian itu Nirmala tidak sadarkan diri, untung saja pada saat kejadian di klinik sedang ada mahasiswa koas dari kota sehingga luka yang dialami
Nirmala dapat ditangani dengan baik.

“Dok, apa Nirmala bisa sembuh?”.
“Ibu tidak usah khawatir keadaan Nirmala sudah membaik tinggal menunggunya sadar, hanya saja luka diwajahnya tidak sepenuhnya bisa hilang bu.

Mungkin saat Nirmala terjebak dalam kebakaran itu, ada kaya yang jatuh mengenai wajahnya karena lukanya agak dalam sehingga harus dijahit.

Nah bekas jahitan itu yang nantinya akan menimbulkan bekas. Tapi selebihnya keadaan Nirmala baik-baik saja”.
“Baik bu Dokter, terimakasih”.
“Ya ibu, sama-sama”.

Terdengar suara tangisan dan teriakan dari Nirmala. Mala terus memanggil ibuk dan bapaknya.
Bu Dokter dan bu Laksmi segera keruangan Nirmala. Bu Laksmi mendekap Nirmala menenangkan Nirmala.

“Buk….sakit buk….sakit”.
Rintihan Nirmala membuat bu Laksmi tak kuasa menahan air matanya.
Nirmala merasakan luka yang begitu perih, panas dan perih di area wajahnya.

KANTIL IRENG NIRMALAWhere stories live. Discover now