Part 25 : Garwa

2K 168 3
                                    

Setelah kematian nyai Batari, Nirmala menjadi satu-satunya orang yang menjadi pemimpin dirumah keluarga Catra. Nyai Widuri kini tinggal dirumah kedua orangtuanya. Kondisinya sangat memprihatinkan tubuhnya hanya tinggal tulang terbungkus kulit. Bayuaji meminta tolong kepada kerabat jauhnya untuk membantu keluarganya. Namun semua sudah terlambat nyawa nyai widuri tidak bisa diselamatkan.

Wahyu yang diam-diam mencuri dengar percakapan antara ayahnya dan pamannya, bersimpati dengan musibah yang tengah dialami pamannya. Wahyu adalah seorang pemuda yang tampan dan agamis, dia adalah putra tunggal pemilik pondok pesantren kyai H. Hamsyah yang masih kerabat jauh dengan dengan Bayuaji ayah nyai Widuri.

Wahyu meminta ijin kepada ayahnya untuk ikut pulang kerumah Bayuaji, namun tujuan Wahyu sebenarnya bukanlah itu. Wahyu sangat penasaran dengan sosok Nirmala yang membuat Widuri bernasib tragis. Setelah bernegosiasi cukup lama dengan ayahnya akhirnya wahyu diijinkan untuk ikut bersama Bayuaji.
“nak, paman ora pengin kowe terseret njero masalah iki”( nak, paman tidak ingin kamu terseret kedalam masalah ini)
“tenang wae paman aku mung pengin meluruskan apa-apa kang salah, awake dhewe dadi manungsa kudu padha-padha ngelingake”( tenang saja paman aku hanya ingin meluruskan sesuatu yang salah, kita sebagai manusia harus saling mengingatkan).

Tak ada yang aneh sepanjang perjalanan, semuanya baik-baik saja. Sesampainya dirumah Bayuaji , wahyu meminta ijin untuk kerumah Catra. Awalnya Bayuaji menolak takut jika keponakannya kenapa-kenapa namun Wahyu meyakinkan bahwa dirinya akan baik-baik saja.
“ati-ati ya nak”
“iya paman, assalammualaiku”
“wallaikumsalam”
Untuk pertama kalinya Wahyu menginjakkan kaki di desa pamannya, tak ada yang menarik perhatian wahyu dari desa ini, semua nampak biasa seperti desa kebanyakan. Sampai wahyu berhenti disebuah warung kopi.
“Buk kopinya segelas ya”
Saat sedang menikmati kopinya, beberapa pria yang ngopi diwarung itu tengah asik mengobrol. Wahyu hanya mendengarkan obrolan mereka sampai obrolan itu membuat Wahyu tertarik mendengarkannya. Ya…salah satu pria tersebut menyebut nama Nirmala.
“Husttt kowe-kowe iki wes duwe bojo iseh wae ngomongna wadoan liyane”(kamu-kamu ini sudah punya istri masih saja membicarakan wanita lain)
“opo salahe tah mbok?”jawab salah satu pria
“yo ora salah, yen kowe-kowe iki kepelet lagi ngerti”(ya gak salah, jika kamu-kamu ini kepelet baru tahu rasa)
“yo ora opo-opo mbok, aku malah pengen”(ya gak apa-apa mbok, aku malah mau)
“ckckckckck” mereka tertawa

Pucuk dicinta ulam pun tiba, gadis yang tengah mereka perbincangkan lewat dihadapan mereka. Semua mata tak berkedip menatap wajah Nirmala, tak terkecuali Wahyu. Kecantikan Nirmala telah membuat imannya sedikit goyah.
“Astagfirullahaladzim” Ucap Wahyu sembari mengusap wajahnya, ketika sosok hitam besar melotot kearah Wahyu.
“Onok opo mas?”(Ada apa mas?)
“Ndak ada apa-apa buk”
“aja dideleng mas mripate wadon iku mengko kepelet”( jangan dilihat mas matanya wanita itu nanti kepelet)
Wahyu hanya melemparkan senyuman mendengar ucapan ibuk pemilik warung, dibalik sosok menyeramkan yang ada di belakang Nirmala, sebenarnya Nirmala adalah gadis yang cantik dimata Wahyu.
“Buk pinten kopine?”(Buk berapa kopinya)
“lima ngewu mas”(Lima ribu mas)

Setelah melihat langsung Nirmala, keingan wahyu untuk mengenal seorang Nirmala semakin besar. Meski wahyu tahu resiko apa yang harus dirinya hadapi nantinya.Namun itu semua tak mengurungkan niatnya. Wahyu melangkahkan kaki kearah rumah Nirmala, saat seorang pemuda meneriaki Wahyu.
“Mas, arep ngopo sampeyan?”(Mas, mau apa kamu?)
“saya ndak niat jahat kok mas, saya hanya ingin bertamu dirumah ini”
“Sampeyan uduk wong kene ya mas?”(Kamu bukan orang sini ya mas)
“Bukan mas, saya dari luar kota”
“Ohhh makane”(Oh makanya)
“Memange geneya mas karo sing duwe omah ini?”(Memangnya kenapa mas sama yang punya rumah ini)
“Tak kandani ya mas, mending urungno wae niatmu yen awakmu sih eman nyowo mas, wes akeh korbane”(Tak bilangin ya mas, mending urungkan saja niatmu jika kamu masih sayang nyawa mas, sudah banyak korbannya)
“Gak ada yang lebih besar dari kuasa Allah mas, kita gak perlu takut”
“Yasudah mas kalau sampeyan ngeyel, aku rak iso mekso. Ati-ati wae ya mas”(Yasudah mas kalau kamu ngeyel, aku gak bisa maksa. Hati-hati saja ya mas)

Pemuda itu pun pergi, meninggalkan Wahyu. Sebelum memukul lonceng gerbang wahyu melafalkan doa. Seorang penjaga membukaan gerbang untuk Wahyu dan mengantarkan Wahyu sampai kepelataran rumah. Gelagat penjaga gerbang sangat aneh, wajahnya memandang Wahyu dengan wajah khawatir. Wahyu mengetuk pintu dan seorang wanita membukaan pintu. Wahyu diminta untuk menunggu, wahyu melihat keseliling ruangan banyak sekali makhluk yang menghuni rumah itu. Namun wahyu mencoba abai dengan mereka semua, tujuan Wahyu kerumah ini adalah Nirmala. Setelah menunggu beberapa lama Nirmala keluar dengan baju khas wanita jawa dengan rambut disanggul. Namun Wahyu tidak melihat makhluk yang tadi menjaga Nirmala.
“pangapunten mbak bilih dugi  kula ngganggu wekdal sampeyan”( maaf mbak jika kedatangan saya mengganggu waktu kamu)
“Kehormatan kangge kula dugi dayoh kados sampeyan”(Kehormatan untuk saya kedatangan tamu seperti anda)
Seorang abdi memberikan secangkir minuman untuk Wahyu.
“Monggo mas disambi”(Silahkan mas diminum)
“Matursuwun”(Terimakasih)
“Tenang wae mas, iku mong toyo mboten wonten jampi-jampine”(Tenang saja mas, itu hanya air tidak ada jampi-jampinya)
Ya minuman itu memang tidak ada apa-apanya wahyu bisa tahu dari baunya. Ternyata Nirmala pintar juga menghadapi orang seperti Wahyu.

“Kok sampeyan wani mas, bertamu nang omah iki”(kok kamu berani mas, bertamu dirumah ini)
“Amargo ayumu sing narik aku, teko maring omah iki”(Karena kecantikanmu yang menarik aku , datang kerumah ini)
“Uduk mergo liyane mas?”(Bukan karena hal lain mas)
Wahyu menjawab dengan senyuman, tanpa disadari Nirmala juga terpikat dengan ketampanan Wahyu. Wahyu tak berhenti melafalkan doa didalam hatinya, lengah sedikit Wahyu akan mati konyol. Semua pemuda yang datang kerumah ini tidak pernah kembali karena rumah ini memelihara sesuatu yang hitam, kalaupun bisa kembali hanya raganya saja dan itupun hanya bisa bertahan beberapa hari saja sebelum sampai keajalnya.

Gelapnya rumah ini membuat Wahyu tak bisa berlama-lama berada dirumah ini, dia tahu apa yang dihadapinya bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh.
“Mbak ayu, kulo nuwun pamit. Matursuwun wedange”(Mbak cantik, saya mohon pamit. Terimakasih minumnya)
“Tapi mas Wahyu dugi mriki meleh nggeh”(Tapi mas wahyu datang kesini lagi ya)
“insyaallah kita akan bertemu lagi”
Baru kali ini Nirmala merasakan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang membuat bunga dihatinya mekar. Nirmala jatuh cinta dengan Wahyu, pemuda asing yang tiba-tiba datang kerumahnya.

KANTIL IRENG NIRMALAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt