Part 8 : Kembang Turu

2.6K 184 2
                                    

Keesokan harinya nirmala bangun dengan keadaan tidak seperti biasanya, semua sendi ditubuhnya terasa pegal “rasane koyok remek balungku”(rasanya seperti remuk tulang-tulangku).

Nirmala memutuskan untuk mandi sebelum berangkat ke pasar. Ya mandi adalah salah satu cara agar tubuh terasa lebih sehat dan bugar, apalagi air sumur di pagi hari dinginnya seperti air es.

Disetiap kali guyuran air membasahi tubuh nirmala ia merasa ada yang berdiri dibelakangnya, seperti sedang ikut membasuh tubuhnya.

Nirmala mencoba tak menghiraukan hal itu , bukankah selama 10 tahun ia mandi ditempat ini dan tidak pernah terjadi apa-apa.

Kini usia nirmala sudah menginjak 17 tahun dan ia menjadi penghuni omah panti yang tertua, karena tak ada satupun keluarga yang mau mengadopsi nirmala.

Nirmala menyelesaikan aktivitas mandinya sesegera mungkin, ia tak ingin kesiangan sampai pasar sehingga ia tak kebagian bahan makanan.

Sesampainya dipasar nirmala memilih apa saja yang akan dirinya beli, karena sudah menjadi rutinitasnya nirmala sudah hafal apa-apa saja yang harus dirinya beli.

Nirmala tidak lagi bertemu orang asing itu, itu adalah pertemuan pertama dan terakhir nirmla dengan orang asing itu.

Tapi penjual bunga dipasar selalu memberikan satu kuncup bunga kantil kepada nirmala. Entah apa maksud penjual bunga itu, setiap kali nirmala tanya untuk apa? kata si penjual bunga kantil itu adalah titipan dari seseorang.

Tapi ketika nirmala bertanya siapa orang yang menitipkan bunga kantil ini, si penjual enggan untuk menjawab ia selalu berkata “ mengko lak awakmu ngerti dewe nok”(nanti kamu pasti tahu sendiri dek).

Awalnya Nirmala enggan untuk menerima bunga tersebut tapi ia selalu ingat pesan mendiang ibunya “jika ada orang yang memberi kepada kita, terima saja suka ataupun tidak suka jangan sampai kita menyakiti orang yang sudah berbaik hati kepada kita”.

Akhirnya nirmala menerima bunga kantil itu, hampir setiap hari si penjual bunga memberi titipan bunga kantil kepada nirmala, saking seringnya nirmala terkadang mengingatkan si penjual bunga.

Tapi dihari-hari tertentu orang misterius itu tidak menitipkan bunga kantil untuk nirmala. Jika nirmala ingat-ingat lagi bunga kantil tidak diberikan kepada nirmala di setiap dino weton nirmala (dino weton = hari lahir seseorang dengan pasarannya (Legi, Paing, Pon, Wage, Kliwon), dino weton nirmala jatuh pada jumat legi  banyak orang jawa bilang jumat legi adalah perwatakan yang bagus untuk ritual.

Tapi mengapa hanya di hari weton nirmala orang tersebut tidak menitipkan bunga kantil untuk nirmala, bagaimana orang tersebut tau dino weton nirmala atau ini hanya kebetulan semata.

Nirmala tak ingin mengambil pusing hal itu, karena rasa kantuk sudah menyelimuti dirinya. Nirmala memejamkan mata, tanpa sadar ia merasa dirinya berada dirumah gedong yang begitu besar.

Seperti bangunan belanda tetapi aksen jawanya sangat kental terlihat dari ukiran-ukiran yang terdapat disetiap pintu dan furniture yang berbahan dasar kayu jati.

Nirmala tak henti-hentinya berdecak kagum, mengagumi setiap arsitektur bangunan. Disetiap sudut ruangan terdapat nampan berisi kembang setaman dan satu bunga kantil yang masih kuncup, kantil tersebut berwarna hitam sama seperti bunga kantil yang selama ini nirmala terima dari si mbah penjual bunga.

“durung wayahe awakmu ngerti”.(belum saatnya kamu mengerti)
Seketika nirmala terperanjat kaget, seperti maling yang tertangkap basah oleh si pemilik rumah itulah yang nirmala rasakan sekarang.

“maaf buk, saya ndak bermaksud lancang sudah masuk dirumah ibuk tanpa ijin”.

Wajah wanita yang sedang berdiri dihadapan nirmala sangat familiar untuknya, ya benar wanita itu adalah wanita misterius yang bertemu dengannya dipasar.

“rausah wedi, mbesok bakale omah iki yo panggonanmu. Awakmu nerimo kembang kantil ireng sing tak titipke karo si mbah bakul kembang ning pasar? Kuwi ngono aku sing wenehi, lumpukke kembang kantil iku nganti cacahe ono patang puluh, mengko yen wes wayahe aku dewe sing bakal jemput awakmu”. (jangan takut, besok rumah ini akan jadi tempatmu.

Kamu nerima bunga kantil hitam yang aku titipkan sama nenek penjual bunga dipasar? Itu aku yang ngasih, kumpulkan bunga kantil itu sampai jumlahnya empat puluh, nanti jika sudah waktunya aku sendiri yang akan menjemputmu).

Nirmala terbangun dari tidurnya, nafasnya terengah-engah setiap kali mempikan hal aneh dada nirmala terasa sakit. Jam menunjukkan pukul 07:38 pagi nirmala terlambat untuk ke pasar, pasti bu laksmi yang menggantikannya pergi ke pasar.

Benar saja tak berapa lama bu laksmi datang dengan membawa beberapa barang belanjaan.

“ibuk kok ndak bangunin nirmala, kan jadi ibuk yang harus ke pasar”.
“wes ndak apa-apa ibuk ndak tega bangunin kamu, oh iyo mau ndek pasar ono si mbah bakul kembang nitipke iki kanggo awakmu”.(sudah tidak apa-apa ibu gak tega bangunin kamu, oh iya tadi di pasar ada nenek penjual bunga nitipin ini buat kamu).

“oh iya bu matursuwun”.
“yo opo to iku La”.(memangnya itu apa La)
“ndak apa-apa kok buk, mala bantuin ya buk”.
“mala, wes pirang-pirang dino iki ibuk ngonangi awakmu nglindur”(mala, udah beberapa hari ini ibuk gak sengaja liat kamu ngelindur)
“iya tah buk”.

“opo sing jane lagi mbok pikirke mala, ojo dipendem dewe kamu itu wes ibuk anggep anakke ibuk”.(apa yang sebenarnya lagi kamu pikirin mala, jangan dipendam sendiri kamu itu sudah ibuk anggap anak ibu sendiri)
“akhir-akhir iki mala sering banget mimpi aneh buk, tapi mala ndak tau opo arti mimpine mala”.

“mala mimpi kuwi lek wong jowo ngarani kembang turu, iso bener iso salah. Iso wae mimpi kuwi terwujud ning dunia nyata iso wae kuwi mor angen-angen. Makane ojo lali dungo karo sing gawe urip lek meh mapan turu, ben ruh iso mbalek ning rogo”.(mala mimpi itu kalo orang jawa bilang bunga tidur, bisa benar bisa salah. Bisa saja mimpi itu terjadi di dunia nyata bisa saja itu hanya angan-angan. Makanya jangan lupa berdoa sama yang maha kuasa sebelum tidur, biar ruh bisa kembali ke raga).

KANTIL IRENG NIRMALAWhere stories live. Discover now