Dari beberapa komen di atas, kalian bisa mengenali mana yang namanya plagiat, dan mana yang namanya kebetulan kan?

Jadi saya harap bijak dalam membaca ya pren😉

Dan masalah ini udah clear ya, aku juga udah bicara sama authornya, dan pasukan MGMH gak boleh marah-marah lagi ya🥰

Luv banyak-banyak deh sama pasukan MGMH 🥰❤

{HAPPY READING}

🌹🌹🌹

"Cambuk seratus kali, atau menikahi Diana," ujar Abi Hasan.

Ummi Latifah pun membulatkan matanya, ia ingin tidak setuju. Namun memang itu sudah peraturan di pesantren. Jadilah ia hanya bisa berdoa supaya anaknya bisa mendapatkan semua bukti itu.

"Diana, kamu bisa kembali ke kamar kamu," ujar Ning Huda.

Diana pun berdiri dan berpamitan kembali ke kamar. Saat ia sudah di luar, Diana pun menghapus air matanya dan tersenyum tipis.

Tanpa ia sadari, ada seseorang yang memperhatikannya. Diana pun segera pergi menuju kamarnya. Setelah kepergian Diana, seseorang itu pun langsung menghampiri Kang Adam untuk mencari info tentang kasus tadi malam.

"Bunda, ayo beresin barang-barang Nazwa, setelah itu jemput dia," ujar Ayah Aldi.

Bunda Fatimah hanya menganggukkan kepalanya, ia pun berpamitan kepada Ummi Latifah untuk masuk ke kamar Gus Maulana. Ummi Latifah pun memutuskan untuk membantu Bunda Fatimah membereskan barang-barang Nazwa.

Setelah selesai Bunda Fatimah pun pergi ke rumah Nazwa untuk mengajaknya pulang, sebenarnya Bunda Fatimah tak tega memisahkan anaknya. Tapi ia pun tidak bisa berbuat apa-apa.

"Assalamu'alaikum," ucap Bunda Fatimah seraya memencet bel rumah anaknya itu.

Gus Maulana yang sedang asik mengusap perut istrinya sambil duduk disofa pun menghentikan kegiatannya, ia berdiri dan menuju luar untuk membuka pintu.

"Wa'alaikumussalam warohmatuloh, Bunda," jawab Gus Maulana.

"Nak, Nazwa ada?" tanya Bunda Fatimah.

"Ada didalam Bunda, Bunda masuk aja," ujar Gus Maulana.

Bunda Fatimah pun menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan kedalam menemui sang anak. Saat ia melihat anaknya yang sedang duduk sambil mengusap perutnya, hati Bunda Fatimah sedikit nyeri. Dengan langkah berat, Bunda Fatimah menghampiri anaknya.

"Nak," panggil Bunda Fatimah.

"Eh, Bunda," ujar Nazwa.

"Ikut Bunda pulang ya," ajak Bunda Fatimah dengan hati-hati.

Nazwa menatap kearah sang suami, Gus Maulana pun menganggukkan kepalanya pelan. Nazwa tidak ingin berpisah dengan sang suami saat ia sedang hamil, namun ia juga tidak bisa membantah permintaan suaminya.

Nazwa pun menghela napas pelan, "iya Bunda," ucap pelan Nazwa.

Bunda Fatimah tersenyum tipis, ia pun mengusap pucuk kepala anaknya itu dengan lembut. Setelah itu ia mengajak Nazwa untuk segera mendatangi Ayah Aldi yang sudah menunggu mereka.

Nazwa pun berpamitan kepada suaminya, "Mas, Nazwa ikut Bunda pulang ya, kamu jaga kesehatan, jangan lupa makan," ujar Nazwa sambil mengusap rahang tegas sang suami.

"Iya sayang, kamu kalau mau apa-apa, kabarin Mas aja ya, nanti Mas beliin," ujar Gus Maulana seraya tersenyum manis.

"Iya Mas, Nazwa pamit ya, assalamu'alaikum," ucap Nazwa seraya menyalami tangan sang suami.

My Gus My Husband [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang