"Hm." jawab Mita berdehem. Membuat Ana bersorak senang di dalam hati.

Lalu setelah perdebatan kecil mereka selesai, Mereka kembali melanjutkan jalan nya menuju lapangan.

***

"Lah? si Ara mana?" Tanya Mita ketika menyadari kalau Ara tidak ada di sampingnya.

Ana mengerutkan dahinya bingung.

"Bukan nya tadi ada di samping lo ya?" Tanya balik Ana.

"Tadi sih iya, tapi sekarang gak ada." Jawab Mita. Lalu ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan sahabatnya itu.

Ana juga ikut mengalihkan pandangannya mencari sahabatnya, siapa tau kan mencil gitu di tubuh orang.

puk!

puk!

"Kenapa cik?" Tanya Ana kepada Cika yang barusan menepuk bahunya.

Fyi, Cika itu sekretaris kelas XII IPS 1.

"Itu bukannya si Ara ya? Ngapain dia di sana?" Tunjuk Cika dengan dagunya.

"Astagfirallah... Tuh anak ngapain juga di sana." Ana mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Benar-Benar anak IPS 1, tingkah nya pada aneh-aneh semua." Gumam Cika, menatap prihatin ke arah Ara.

"Kecuali gua." Lanjutnya dalam hati.

"Mita!" Panggil Ana kepada Mita.

"Apaan?"

"Noh, lo liat sendiri!" Tunjuk Ana.

Mita mengalihkan pandangan nya mengikuti telunjuk Ana. Dan dari sini, ia bisa melihat Ara yang sedang berdiri di barisan cowok kelas IPS 1. Lebih tepatnya berdiri di sebelah Zayn, di barisan paling akhir bersama Adit, Kevan, Andrew, Dirga, dan Devin.

"Bodo amatlah! Depresi gua lama-lama!" Pasrah Mita dengam kesal.

Disisi lain, tepatnya di barisan kelas IPS 1 paling akhir, nampak Ara sedang merecoki Zayn. Seolah-olah tak ingin Zayn hidup dengan tenang.

"Ra, kamu ngapain disini?" Tanya Zayn heran ketika melihat Ara berdiri di sebelahnya.

Ara menatap Zayn sambil tersenyum lebar memperlihatkan gigi rapihnya.

"Pengen di sini, sama Bang Zayn Ganteng."

Zayn celingak-celinguk melihat keadaan di sekelilingnya yang ramai oleh murid-murid yang sedang merapihkan barisannya, di pandu oleh anggota OSIS.

"Nanti kalau OSIS liat kamu, gimana?"  Tanya Zayn nampak gelisah.

Adit menepuk bahu Zayn pelan, sembari tersenyum.

"Lo tenang aja bro, temen gua yang cantik jelita ini gak bakal di apa-apain. Percaya sama gua." Ujar Adit sambil melirik Ara dengan senyuman tengilnya.

"Bener banget apa yang di bilang sama asisten gua." Timpal Kevan sambil merangkul Adit erat.

"Enak aja! Yang ada lo yang asisten gua! Bukan gua!" Ujar Adit sewot, tak lupa tatapan tajamnya yang siap menghunus Kevan.

Cupu Tampan Pemikat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang