35

1.2K 182 34
                                    

Bagai disambar petir, tubuh Pooja menggigil. Matanya menatap nanar pada naskah miliknya yang baru saja dilempar dengan kasar. Ada tangis bercampur emosi, yang coba ia tahan. Ini hal baru bagi Pooja. Ditolak dan dihina sedemikian rupa. Jika bukan Wang Yibo lawannya. Pooja pasti sudah mengadukan ini pada Vikram, dan membuat rencana untuk balas dendam. Sayangnya Yibo bukan tandingan mereka.

Daripada Pooja semakin hancur, akan lebih baik baginya. Untuk mengalah saja, dan mencoba menarik simpati Yibo agar mendapat kesempatan kedua.

"Anda bahkan belum membaca keseluruhan isinya. Bagaimana anda bisa memutuskan seenaknya? Coba katakan di mana salahnya, beri saya kesempatan untuk memperbaiki semua!"

Yibo mengadahkan wajahnya, netra hitam kelam itu menatap Pooja seperti ancaman.
"Kau ingin tahu letak kesalahanmu di mana?"

Nanako menarik napas, membetulkan letak duduknya. Menunggu Yibo memberikan ultimatum dalam suasana menegangkan ini.

"Kau bukan penulis novel asli Kamasutra!"

"Jadi Nanako. Silakan antar Nona ini ke pintu ke luar. Pastikan kesepakatan kami dibatalkan, dan siapkan tiket untuk kepulangannya ke Delhi!"

Yibo menyatukan dua tangan sejajar mulutnya, lalu menunjukkan arah pintu ke luar pada Pooja.

Wajah wanita itu sudah merah padam oleh kemarahan. Tapi tentu saja ini akan berbeda jika ia berada di perusahaan bos besar, bukan di kantor pamannya Vikram. Yang dengan mudah ia akan berteriak, memaki, menghina, bahkan tak jarang menyakiti secara verbal pada orang-orang yang tidak sejalan dengan dirinya.

Setelah mempersilakan Pooja ke luar dari ruangannya. Yibo tak lagi menoleh padanya, atau sekedar mengucapkan salam perpisahan. Yibo kembali duduk di depan komputer. Secara tergesa-gesa mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang.

"Kita pakai penulis naskah yang lama. Tolong hubungi lagi dia!" ujar Yibo pada seseorang di seberang.

.
.

Xiao Zhan menatap dokumen yang baru saja dilempar Yibo ke sofa. Sementara Yibo sudah menghilang dari balik pintu kamar, tanpa melakukan pemijatan kaki seperti biasa.

Dari raut wajahnya, terlihat jelas suasana hati Yibo sedang tidak baik-baik saja. Para maid juga tak berani mengganggu. Mereka hanya menunggu Yibo memanggil atau menyuruh mereka melakukan sesuatu.

Xiao Zhan sangat bosan seharian ini. Ia ingin membatu para pelayan memasak, atau membersihkan kamar tuan mereka. Tapi kedua maid perempuan itu bersikeras melarang Zhan melakukannya. Sebab tidak ada perintah dari Yibo untuk memperlakukan Zhan seperti pelayan.

Seharian ini, yang pemuda itu lakukan hanyalah menonton televisi, youtube, membuka ig dan facebook. Kemudian mencoba menghubungi Taehyung untuk bertukar informasi. Tapi pria itu sepertinya sedang sibuk. Sehingga pesan yang Zhan kirim masih berstatus centang satu.

Keberadaan naskah terbengkalai di sofa. Membuat Zhan amat sangat penasaran. Ia melihat ke kanan dan ke kiri, sepi. Para maid sudah kembali ke dapur.

Xiao Zhan mencoba berjalan pelan, untuk memeriksa sekitar. Karena tak ada kemungkinan Yibo ke luar dari kamar. Xiao Zhan akhirnya mengambil dokumen itu dan mendekapnya di lengan. Membawanya ke kamar yang ia tempati.

Xiao Zhan duduk di kursi dekat jendela. Dengan dokumen di tangan, berjudul Hard Kamasutra by Pooja Sharma. Xiao Zhan bisa menebak ini adalah naskah buatan Pooja. Dadanya tiba-tiba berdegup kencang saat membuka halaman pertama.

Ada perasaan kesal saat ia semakin membaca hingga halaman kedua dan ketiga. Keseluruhan konsep di awal naskah ini adalah ide milik Xiao Zhan. Di mana outline-nya sudah Zhan tulis di laptop, dan berhasil dicuri oleh suruhan Pooja.

Namun, naskah ini tetap berbeda. Ada beberapa bagian yang tidak seperti Zhan bayangkan. Cara penyampaian yang beda juga menjadi alasan, bahwa naskah ini tidak lebih baik daripada buatan Zhan.

Nalurinya sebagai penulis, otomatis membuat sendiri beberapa catatan. Juga perbaikan adegan dan sudut pandang. Zhan sangat berterima kasih, karena di laci nakasnya ada alat tulis yang tersedia.

Xiao Zhan kini bisa membayar kebosanan pagi tadi dengan melakukan hal yang lebih produktif. Yakni menulis.

Karena sangat bersemangat, waktu terasa bergulir sangat cepat. Langit yang tadinya masih kekuningan, sudah berganti warna senja yang kemerahan. Rupanya matahari sudah pamit pulang. Tapi Xiao Zhan belum selesai dengan tulisan yang ia buat berdasarkan kekurangan di naskah Pooja.

Matahari sudah tenggelam sepenuhnya. Rembulan kini menggantikan posisinya, bersama bintang-bintang yang berkedip manja. Mencoba menarik perhatian manusia dengan cahaya kecilnya.

Xiao Zhan barulah sadar sudah berapa jam berkutat dengan tulisan. Saat ketukan terdengar di pintu kamarnya.

"Tuan, waktunya makan malam!"

"Baik!" jawabnya singkat. Lalu melihat ke jendela. Cahaya matahari sudah benar-benar pergi.

Ia berjalan kembali ke nakas, meletakkan dokumen di atasnya, berikut catatan dan alat tulis yang sudah ia pakai.

Jam weker digital menunjukkan jam 7 malam. Dua jam lebih Xiao Zhan berkutat dengan imajinasinya sendiri. Ternyata cukup menyenangkan mengasah lagi kemampuan kita, setelah vakum berhari-hari akibat keterbatasan materi, dan tekanan lain yang membuat mood Zhan tak karuan.

Zhan melangkah ke luar kamar, menuju meja makan yang sudah tertata dengan begitu banyak hidangan. Tapi tak ada siapapun di sana, kecuali dua maid yang berdiri di belakang kursi.

"Di mana Tuan Wang?"

"Tuan sedang ada urusan di luar, Anda diminta untuk makan malam sendiri!" sahut salah satu pelayan.

Ragu-ragu Xiao Zhan menarik kursi itu. Ini terlalu spesial untuknya yang sangat biasa saja. Ia tak habis pikir kenapa calon pelayan sepertinya harus menerima perlakuan seperti ini.

"Kalian tidak ikut makan bersamaku?" ajak Zhan sembari mengambil nasi dan meletakkan beberapa lauk di atasnya.

Ini adalah hidangan universal, yang bisa dinikmati lidah Zhan yang terbiasa makan makanan pedas ala-ala india. Tapi tidak semua makanan Zhan cicipi, karena terlalu banyak dan terlalu kenyang untuk mencoba semua.

Zhan menyelesaikan makan malamnya, dan lekas pergi ke dapur membawa piring yang sudah ia pakai. Lalu mencucinya di wastafel.

"Anda tidak perlu melakukan itu!" seru seorang pelayan.

"Tidak apa-apa. Aku di sini kan, sama seperti kalian!"

Setelahnya Zhan kembali ke kamar, untuk melanjutkan tulisan yang tertunda. Hasratnya kembali membara. Ia menjadi bersemangat lagi, karena bisa melakukan hal yang ia sukai.

.
.

Menit demi menit berlalu dengan cepat. Tujuh puluh menit yang lalu, Zhan masih sibuk merangkai kata, menyalin imajinasi yang ada di kepala. Menjadi sebuah karya. Jari jemari itu kini terkulai lemas, seiring mata yang mulai terpejam.

Xiao Zhan tertidur setelah menyelesaikan separuh dari hasil imajinasi berkolaborasi dengan beberapa catatan naskah.

Pintu kamar dibuka perlahan, sesosok pria tampan pemilik dari ruangan tampak memasuki kamar dengan langkah konstan. Hampir tanpa suara.

Ia melihat wajah Xiao Zhan yang terlelap, dengan kepala diletakkan di nakas, dan tangan masih memegang alat tulis, berikut lembaran kertas yang berserakan, bersama dokumen yang Yibo lempar siang tadi.

Yibo mengamati dengan seksama, tangan kirinya ada di dalam saku celana. Sedang tangan kanan ia gunakan untuk mengambil selembar kertas yang kebetulan tidak ditindih oleh lengan Xiao Zhan.

Ia membaca dalam hati setiap rangkaian kata yang ditulis Xiao Zhan di sana. Dengan pengalaman tahunan sebagai produser, yang telah membaca puluhan naskah film dan ratusan novel dewasa. Yibo dengan mudah bisa menebak siapa Xiao Zhan sebenarnya.

Tulisan itu adalah cerminan dari sang penulis, ada ciri khas yang tak bisa lepas. Yibo menemukan itu dalam rentetan kalimat yang ditulis Zhan.

Tak salah lagi!

Xiao Zhan adalah ...









Tbc

Hard Kamasutra (Tamat Di Pdf)Where stories live. Discover now