16

1.5K 219 15
                                    

"Santai, jangan tegang!" Taehyung mendorong bahu Zhan ke kursi. Dengan lembut menarik dagunya agar mendongak ke arah Jungkook.

"Untuk bertemu Yibo kau harus dirias dulu!" ucap pria bermarga Kim.

Zhan menatap penuh tanda tanya, bergantian melihat Taehyung yang memasang wajah serius dan Jungkook yang mengedipkan mata.

Tas coklat berbentuk segi empat diletakkan di atas meja. Jungkook mengeluarkan beberapa isi di dalamnya. Ada barang-barang yang Zhan kenali, ada juga yang tidak pernah ia lihat.

"Tunggu, apa maksudnya ini?" Zhan masih heran. Tak siap untuk semua hal yang serba dadakan.

Datang ke negara asing, bertemu orang asing, mandi di rumah orang asing, lalu diminta untuk diam di kursi dengan orang asing lain yang memegang alat make up.

"Yibo memiliki standar yang tinggi. Jika ingin bekerja padanya kau harus memenuhi kriteria," sahut Taehyung. Sembari menuang wine putih, menyodorkan gelas berisi wine itu kepada Zhan.

"Agar kau merasa rileks!"

Jungkook merebut gelas yang disodorkan Taehyung.

"Jangan buat dia mabuk. Aku ingin memolesnya secara alami."

"Tidak, tidak ...." Zhan memotong dengan cepat.

"Kalian pasti salah paham. Aku ingin berdiskusi soal cerita dengan Tuan Wang." Zhan berusaha bangkit, tanpa tangan Taehyung di bahunya ia kini bisa berdiri sejajar dengan mereka.

"Iya, kami mengerti." Taehyung dan Jungkook menyahut hampir bersamaan. Lantas kembali menenangkan Zhan dengan menepuk-nepuk bahunya lembut. Mencoba membuat pria polos itu duduk kembali di kursi yang telah disiapkan.

"Di luaran sana banyak yang ingin bekerja sama dengan Yibo. Kau harus tampil lebih memikat, agar Yibo tak perlu berpikir dua kali untuk memilihmu." Taehyung mengedipkan sebelah matanya, meyakinkan dengan retorasi suara dan wajah yang dibuat sedemikian rupa.

Zhan menjatuhkan kembali tubuhnya ke sofa. Kemudian berpikir tentang apa yang Taehyung sampaikan barusan. Semua yang pria itu katakan ada benarnya. Jika hanya mengandalkan tulisan tidak akan membuat produser Wang langsung terkesan. Zhan harus tampil menarik agar produser itu langsung menyukai Zhan di perjumpaan pertama.

"Baiklah. Tolong lakukan dengan baik!" pinta Zhan dengan bola mata sayu.

"Tentu saja," Taehyung menjawab dengan pasti. Lantas memberi kode pada Jungkook untuk memulai.

.
.

Secangkir tequila disajikan oleh Nanako untuk Pooja. Wanita india itu duduk tepat di samping kiri Yibo. Bergerak dengan gelisah, sesekali melempar senyum yang tidak dibutuhkan.

"Langsung saja, Nona Pooja. Bisakah Anda perlihatkan cerita yang sudah Anda buat?" Nanako membuka obrolan setelah menyodorkan gelas ke depan Pooja.

Pooja merogoh tas selempangnya yang berhias manik-manik putih. Mengambil sesuatu yang bentuknya kecil bernama kartu sd.

"Eum ... kami tidak membawa laptop sekarang. Jika Anda berkenan, tolong tunjukkan oret-oretan yang Anda buat."

Pooja terdiam, tatapannya tiba-tiba kosong. Ia menyadari kurangnya persiapan yang matang.

Yibo menuang tequila ke dalam gelasnya untuk yang ketiga kali. Bosan menunggu Pooja yang masih bingung untuk menjawab pertanyaan Nanako. Yibo menyesap minuman itu, sembari mengamati raut wajah Pooja yang terlihat masih menyusun kata-kata.

"Nanako, ambil kartu sd-nya. Aku akan cek sendiri, jika Nona Pooja tidak keberatan. Tentu jika ceritamu bagus kami akan membelinya, tapi jika tidak. Kami akan mengembalikannya." Yibo menjelaskan tanpa sedikit pun garis senyum di bibirnya.

Pooja mengangguk patuh. Ia bisa bernapas lega. Sebab Yibo tidak menanyakan secara detail isi dalam cerita tersebut. Pooja tidak akan hapal. Karena bukan dia yang menulis, Pooja pun tak sempat untuk membaca cerita itu hingga tamat.

"Kita sudah selesai, Tuan?" Nanako bertanya seraya menunggu Yibo menghabiskan minuman di gelasnya.

"Tunggu!" Yibo mencegah Pooja yang sudah bersiap merapikan tasnya.

"Berikan asistenku alamat email, yang kau gunakan untuk mengirim kutipan cerita padaku!"

Pooja mengerutkan kedua alisnya.

.
.

"Pakai baju ini!" Taehyung menyodorkan satu setel pakaian yang sudah dibawa Jungkook.

Xiao Zhan melihat bagaimana jari-jari pemuda bermarga Jeon. Memoles wajahnya dengan cairan dan bedak tabur berwarna transparan. Menepuk-nepuk pipi Zhan dengan blush on warna peach. Lantas memberikan lip balm berwarna senada di bibir tipisnya.

"You look so beautiful!" Jungkook menyerukan kekagumannya.

Ia sering bertemu dengan para pria penari di bar, yang memiliki tubuh ramping dan wajah yang menarik. Namun Zhan, lebih dari sekedar menarik.

Setelah beberapa sentuhan make up di wajahnya. Zhan bagai permata yang baru saja ditempa. Bening, berkilau, memancarkan pesona. Seandainya Jungkook adalah manajer bar, sudah pasti ia akan melelang Zhan di hari spesial. Dan mengambil harga tertinggi untuk bisa menjadi tamu Zhan yang pertama.

Wajah Zhan yang polos, menyatu dengan make up natural yang Jungkook bubuhkan. Dengan sedikit sentuhan perona pipi yang lembut. Seolah Zhan adalah pria lugu yang mudah dirayu. Menyerahkan diri dengan pasrah. Dengan keahlian menerima cumbuan sambil mendesah. Imajinasi Jungkook jadi kemana-mana.

Zhan mendongak ke arah Taehyung. Lalu melihat pada pakaian yang ia terima dari pria Kim itu. Pakaian yang sebenarnya bukan model yang aneh. Hanya saja, Zhan merasa ada yang aneh. Kenapa ia dirias seolah akan melakukan pemotretan majalah, dan memakai pakaian tradisional Jepang seakan ada acara sakral.

Melihat wajah kebingungan Zhan. Taehyung berupaya meluruskan semuanya, dengan bakatnya yang mampu mempengaruhi lawan bicara.

Menepuk pundak Zhan sekali lagi, sambil tersenyum penuh arti.
"Wang Yibo adalah orang yang sibuk. Butuh membuat janji jauh-jauh hari untuk bertemu dengannya. Jika aku kirimkan fotomu terlebih dulu, dia akan langsung mengosongkan jadwal jika setuju bertemu denganmu."

Semudah itu membuat Zhan percaya tanpa menaruh rasa curiga. Tanpa perlawanan. Ia masuk sendiri ke kamar Taehyung untuk berganti pakaian sekali lagi.

Begitu ia ke luar dari ruangan itu. Memperlihatkan tubuh rampingnya berbalut kimono biru, dengan wajah cantik alami yang dipoles sedemikian rupa. Juga rambut yang ditata tidak seperti biasa. Zhan bukan lagi terlihat seperti pemuda tamil, kombinasi Calcutta-Tionghua. Ia menjelma bagai geisha pria, yang menarik hati mata sipapun yang memandangnya.

"Waowwww!" Taehyung berseru penuh kekaguman.

Jungkook terpaksa menyenggol lengan Taehyung yang mulutnya menganga lebar demi melihat tampilan Xiao Zhan.

Langkah berikutnya. Xiao Zhan dibawa ke ruang kerja Taehyung yang berbeda dengan ruang kerja pada umumnya. Tidak ada lemari besar berisi dokumen. Tidak ada rak buku berisi ensiklopedia. Tidak ada komputer, laptop dan sejenisnya. Pun tidak ditemukan bagan, diagram atau apapun yang berkaitan dengan perbisnisan.

Ruang kerja Taehyung begitu terbuka, jendela besar yang bisa digeser terhubung langsung dengan balkon. Ada beberapa tanaman hijau dalam pot, juga bunga-bunga yang ada di dekat jendela. Untuk menangkap cahaya matahari.

Tidak ada kursi putar seperti di kantor perusahaan, atau meja kerja penuh laci dan map warna warni. Hanya ada hamparan karpet tebal terbentang. Juga lemari kecil berisi banyak botol kecil dengan isinya yang tidak penuh.

Saat Zhan memasuki ruangan itu. Ia menghirup banyak aroma yang masuk berebut ke dalam hidungnya. Aroma bunga yang manis, buah yang segar, dan aroma rempah yang menenangkan. Saat itulah ia bisa menebak jika botol-botol kecil di lemari itu adalah parfum.

Tapi yang tidak ia ketahui adalah. Siapa sebenarnya Kim Taehyung ini. Pekerjaan apa yang ia tekuni. Dan apa hubungan pria tampan tanpa pertentangan ini dengan produser film porno, bernama Wang Yibo?










Tbc

Hard Kamasutra (Tamat Di Pdf)Where stories live. Discover now