Zhan

2.2K 254 34
                                    

Menulis kembali apa yang pernah kita tulis ternyata sulit. Itu yang dialami Zhan. Susunan kata dan alur jadi amburadul. Cerita yang ia tulis lagi tak sama seperti tulisan yang ia buat di awal, bahkan tak ada nyawa dalam narasi yang ia buat.

Ini adalah kesempatan terakhir yang diberikan paman Pooja selaku pemimpin redaksi. Zhan sudah di ambang kehancuran karena Pooja emosi. Nona Gauri yang terlihat galak itu ternyata memiliki nurani. Ia yang telah membujuk tuan Vikram untuk memberikan Zhan kesempatan.

Tak ada bedanya tulisan dan pengalaman. Jika sebuah perjalanan cinta pernah kandas, untuk memulai kembali memang mudah. Tapi kesannya akan berbeda, serupa patung yang patah kemudian disambung lagi. Sudah berkurang nilai sebuah seni.

"Ish, kenapa jadi buntu begini? Sudah tinggal dua hari lagi waktu yang diberikan Pooja!!" teriak Zhan pada dirinya sendiri. Ia meletakkan kepalanya di sandaran kursi. Mengingat lagi rangkaian kata yang pernah ia buat.

Hampir putus asa, tapi teringat lagi wajah adik-adiknya saat berangkat ke sekolah.

Ia kembali menegakkan badan untuk melanjutkan tulisan.
"Mungkin segelas susu bisa menyegarkan pikiranku," gumamnya.

.
.

Sementara itu masih di gedung percetakan milik Vikram Sharma. Seseorang sedang membaca novel buatan Pooja dan melihat foto Pooja dengan seksama.

"Sungguh liar pikiranmu, apa otakmu akan sama dengan isi celana dalammu, Pooja?"

Wang Yibo menutup buku tebal dengan sampul yang didominasi warna merah dan hitam, dengan gambar pelengkap serupa lukisan. Gambar yang menampilkan dua kaki terbuka, dan punggung tegap yang berada di antara keduanya.

Jika dilihat dari sampulnya. Akan timbul banyak macam penafsiran, sebab kedua kaki itu tidak terlihat jelas rupa wajahnya. Jika orang straight melihat itu, bisa dikatakan itu adalah wanita yang mengangkang. Tapi jika itu yang melihat adalah orang yang condong pada lgbt. Pastilah dia mengimajinasikan bahwa orang yang berada di bawah adalah pria.

Sebagaimana sampulnya yang kaya akan imajinasi, isi dalam buku tersebut juga memiliki tulisan yang tidak jauh dari apa yang tersirat di luar. Penulis mencampur seni adegan ranjang, yang bisa dinikmati orang yang lurus maupun orang yang punya pemikiran belok.

Suara pintu yang dibuka dari luar, membuat Yibo menoleh ke arah pintu masuk yang tertutup oleh kaca tebal dengan tulisan direktur utama.

Pria berhidung besar dan mancung, rambut tebal bergelombang, kulit sawo matang, memakai jas yang tak mampu menyembunyikan perut buncitnya. Tersenyum dengan kedua tangan yang ia satukan di depan muka.

"Salam!" ucapnya ramah.

Yibo membalasnya dengan cara mengangguk, dengan senyum datar khas dirinya.

"Maaf, membuat anda menunggu, Tuan Wang!"

"Anda mau minum susu atau teh?" tawarnya dengan wajah sumringah.

"Tidak usah, kita langsung ke pambahasan saja." Kedua tangan Yibo bersedikap, melirik ke arah direktur untuk segera duduk.

"Tuan Vikram, bisakah saya bertemu penulisnya hari ini?"

Wajah pria itu memucat, pupil matanya melebar dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Eum ... begini Tuan. Pooja masih sibuk menulis, sebenarnya cerita yang anda minta sudah selesai. Laptopnya rusak, dan file cerita yang tersimpan di sana, hilang."

Setetes keringat mengalir di pelipis kiri Vikram. Jari-jari kakinya gemetar di balik sepatu kulitnya.

"Jadi?" Yibo menoleh ke arah Vikram. Wajah mereka kini berhadapan, dengan mata tajam Yibo yang menelisik lawan bicara.

Hard Kamasutra (Tamat Di Pdf)Where stories live. Discover now