Bertemu

1.4K 214 32
                                    

Bandara internasional India Gandhi adalah bandara pertama yang dimasuki Xiao Zhan, sejak ia mengerti tentang perhitungan hutang piutang, kerja keras dan penghasilan. Sebelumnya, Zhan pernah menggunakan bandara di saat ia masih bersepatu ukuran 35. Belum paham apa itu masa depan, dan bagaimana menciptakannya.

Saat itu ia ikut ayahnya yang merupakan keturunan Tionghua. Pergi ke Shanghai menghadiri pemakaman sang kakek. Kala itu kedua adik Zhan masih balita. Mereka tak ikut dan tinggal dengan ibunya di desa.

Seorang wanita dari kasta dangli, yang dianggap tidak layak dinikahi. Siapa sangka bawah jodoh itu memang Tuhan yang menentukan. Saat semua pria dari kasta sudra dan brahma menolak ibu Zhan yang bernama Saraswati. Pria asing yang kebetulan datang untuk meneliti kebudayaan di Calcutta, jatuh hati pada Saraswati. Pemuda itu adalah Xiao Feng, ayah dari Xiao Zhan.

Xiao Zhan telah mendapat tiket yang dikirimkan secara online oleh Tuan Wang tempo hari atas nama Lady X. Zhan cukup menunjukkan kebenaran alamat email-nya yang selalu ia gunakan untuk berikirim pesan dengan Tuan Wang, untuk mengkonfirmasi kebenaran data.

Xiao Zhan tak menyangka, tiket yang dibelikan pemilik rumah produksi itu adalah tiket kelas vip.

Xiao Zhan dituntun oleh seorang pramugari dengan barisan gigi yang putih dan rapi saat tersenyum, menuju kabinnya. Ia berjalan melewati kabin kelas ekonomi, saat matanya tak sengaja mengkap sosok perempuan yang pernah menampar wajahnya. Pooja Sharma.

Wanita itu tak menyadari keberadaan Zhan. Rupanya ia sedang sibuk berbincang dengan kekasihnya yang duduk di kursi samping Pooja, sambil merangkul lengannya.

Xiao Zhan pura-pura tak melihat mereka. Ia sebisa mungkin menghindar dari berurusan dengan wanita tanpa etika.

Xiao Zhan duduk di kursinya yang empuk, diiringi senyum manis dari pramugari sambil menanyakan sesuatu yang dibutuhkan Zhan selama perjalanan.

Zhan menggeleng. Ini sudah cukup baginya. Sandaran yang nyaman, layar kecil yang berada di depannya lengkap dengan headphone untuk menemaninya mendengarkan musik favorit. Mungkin mendengar beberapa lagu Arijit Sigh dan suara mendayu Neha Kakkar bisa membuatnya rileks dan tenang.

Saat Zhan berkata tidak ada, lalu pramugari berpindah ke penumpang lain. Zhan menyadari sesuatu. Ia lupa meminta beberapa camilan dan minuman.

Pramugari cantik itu kembali, masih dengan senyum ramah mengatakan, " Semua sudah disiapkan untuk anda."

Xiao Zhan membalasnya dengan senyum tak kalah manis. Ia tak sangka duduk di kursi vip akan senyaman ini.

.
.

Wang Yibo meletakkan buku Alan Weisman yang baru ia baca ke dalam rak. Berdempetan dengan buku-buku yang lain. Tangannya menyentuh sampul buku milik Pooja Sharma yang berjudul Libido.

Isi dalam buku itu tidak membuat Yibo bosan, untuk terus mengulang. Ia membayangkan pertemuan macam apa yang akan terjadi antara dia dan Pooja.

Pikiran wanita itu terlalu ekstrim soal persetubuhan. Yibo sungguh memiliki ekspetasi tinggi, akan timbulnya obrolan yang dinamis sekaligus erotis.

Yah, tapi kau tidak tahu Wang Yibo. Penulis buku itu bukan Pooja, melainkan orang lain.

.
.

Senja di Bandara Kansai menyambut Xiao Zhan. Tepat jam empat sore ia tiba di sana. Berjalan dengan penuh semangat ke pintu keluar, sambil menyeret kopernya yang berukuran sedang. Koper yang dibeli dengan uang Raj. Alih-alih akan diganti dengan uang, Raj malah mengambil hal lain yang lebih berharga. Yakni sebuah karya.

Zhan tidak begitu khawatir, ia bisa menulis lagi. Yang ia khawatirkan, apakah Tuan Wang ini bisa menunggu lebih lama. Jika tidak, maka Zhan akan kembali dengan tangan hampa. Pulang ke desa, lalu melamar jadi penjaga toko kain di dekat rumah bordir. Di sanalah pusat dari segala bisnis berjalan.

Hard Kamasutra (Tamat Di Pdf)Where stories live. Discover now