kesepakatan

2.5K 240 13
                                    

"Ada pertemuan dengan klien dari Swedia hari ini jam sebelas siang. Sekalian anda menentukan tempat untuk makan siang." Nanako mensejajarkan langkahnya mengikuti kaki Yibo yang bergerak dengan kecepatan konstan.

Wang Yibo berhenti tepat di depan lift menuju ruangannya. Ia memasukkan tangan kirinya ke saku jas.
"Bagaimana pertemuan dengan perwakilan dari Delhi?"

"Aku belum menerima kabar lagi."
Nanako kembali memeriksa tabletnya, sembari memasuki lift yang terbuka. Memang tak ada balasan lagi dari Delhi, setelah rencana pertemuan tiga minggu lalu.

"Aku akan menghubungi mereka hari ini." Nanako berujar dari samping Wang Yibo.

Wajah Yibo masih datar, "Jika mereka tidak begitu antusias, kita batalkan saja. Dan cari penerbit lain yang memiliki penulis handal."

"Baik." Nanako menundukkan kepala.

Bersamaan dengan itu, pintu lift terbuka. Ruangan luas dengan jendela lebar menyambut mereka. Yibo membuka jas luarnya, ini sedikit gerah. Setelah tadi terburu mandi dan berangkat dari hotel sebelum permainan dengan Taehyung dan Jungkook selesai. Membuat Yibo sedikit tak nyaman, ia melonggarkan dasinya sambil membaca beberapa dokumen yang disodorkan Nanako.

"Pooja Sharma? Apakah dia penulis kamasutra terbaru dan terkenal dari Mumbai itu?" Yibo bertanya setelah melihat file dari Delhi tentang rangkuman novel yang akan menjadi titik pembahasan mereka.

"Benar Tuan, baru-baru ini ia meluncurkan buku kedua yang tak kalah panas dari yang pertama."

"Menarik." Yibo menarik sudut bibirnya, lalu membuka profil penulis di bagian belakang.

"Masih muda, dia juga anak dari novelis terkenal India," sambung Nanako.

Yibo tampak berpikir setelah membaca barisan kalimat yang menceritakan tentang sosok Pooja Sharma, puteri dari novelis terkenal Sanjana Sharma.

Rencana yang ada di kepala Yibo adalah meminta Pooja menulis naskah untuk proyek terbarunya yang bertema BDSM, serta meminta Jungkook untuk segera menandatangani kontrak sebagai pemeran utama. Sebelum ia sempat berkata pada sekretarisnya. Telepon di meja kerjanya berdering. Nanako segera mengangkat gagang telepon untuk menjawab panggilan orang dari seberang.

"Dengan sekretaris Tuan Yibo di sini." ucap Nanako ramah.

"...."

"Baik, tentu, akan saya sampaikan."

Nanako meletakkan gagang telepon kembali, raut wajahnya berubah sedikit kecewa.

"Tuan, perusahaan dari Delhi menelepon. Mereka meminta perpanjangan waktu."

Yibo terdiam sejenak, ia menyatukan kedua tangannya dan meletakkannya di dagu. 'Batalkan saja' itu yang biasa Yibo katakan, jika menyangkut kesepakatan yang tertunda. Karena baginya waktu adalah uang.

"Bawakan aku contoh novel milik Pooja!" titahnya. Mengabaikan kerutan di dahi Nanako, yang tentu saja terkejut melihat bagaimana reaksi atasannya yang tidak pernah sekalipun melunak terhadap kolega yang tidak konsisten.

.
.
.

Xiao Zhan hampir menangis, profesi itu satu-satunya yang bisa ia tekuni. Sekarang ia telah menghancurkan mimpinya sendiri hanya gara-gara rusaknya sebuah ponsel. Ia menyesal kenapa sangat terbelakang dan tidak bisa mengetik di laptop dengan cepat.

Setiap cerita yang Zhan buat, ia tulis di ponsel, kemudian menyalinnya ke laptop satu persatu. Barulah ia kirim dokumen yang sudah ia edit di laptop kepada redaktur pelaksana. Xiao Zhan baru saja menyalin beberapa bagian dari ceritanya, berniat melanjutkan kegiatan seusai istirahat dan sarapan. Apa daya kecerobohannya tadi pagi malah membuat ponsel--tempat ia menyimpan file rusak. Ia tak memiliki kartu sd, sementara semua tulisannya ia simpan di memori telepon. Miris sekali.

Hard Kamasutra (Tamat Di Pdf)Where stories live. Discover now