22. Kelemahan Arga

67 6 0
                                    

Terlihat air mata Arga yang terus mengalir membasahi pipi pria tersebut lalu tampak pria itu yang memejamkan matanya sembari menempelkan pipinya itu di tangan gadis itu dan tak lama kemudian dengan perlahan pria itu mencium telapak tangan Lu Si dengan lembut sembari tersenyum sendu menatap wajah gadis yang selalu membuatnya tergila-gila itu.

Tampak Lu Si yang dibuat terpaku akibat ulah Arga yang secara tiba-tiba itu mencium telapak tangannya dengan lembut sehingga Lu Si dibuat bingung dengan sifat pria itu yang terus berubah-ubah sejak terakhir mereka bertemu.

"aku sangat....sangat mencintainya namun seolah takdir tak pernah mau mempersatukan kita berdua, takdir tak pernah mengijinkan ku untuk bersamamu Lu Si ku" batin Arga dengan tatapan sendu dan tatapan yang kosong.

Melihat Arga yang menatapnya dengan tatapan kosong membuat tangan Lu Si bergerak dengan sendirinya mengusap pipi Arga yang terlihat bekas goresan yang belum sepenuhnya menghilang itu terpampang di wajah pria itu. Arga yang merasa sentuhan tangan Lu Si di wajahnya pun hanya terdiam dengan tatapannya yang terus tertuju pada gadis cantik tersebut.

Melihat Arga yang terus menatapnya membuat gadis cantik itu tersenyum sembari mengacak rambut pria itu. Gerakan tangan Lu Si yang mengusap rambutnya itu terasa sangat menenangkan hatinya yang kalut hingga tanpa sadar Arga pun merengkuh tubuh gadis itu dan membawanya ke dalam pelukan hangatnya itu dan tercium aroma harum yang menguar dari rambut panjang indah gadis cantik itu.

Arga tau betapa berharganya sosok Lu Si di hatinya itu dan betapa pentingnya kehadiran gadis itu untuk terus disisinya karena dengan hanya bersama gadis itu ia bisa merasa bahagia untuk terus hidup bersama orang yang selama ini ia cintai. Arga sangat sadar pengaruh gadis cantik itu di dalam hidupnya yang sangatlah besar karena tanpa kehadiran gadis cantik itu pasti ia hanya merasa kesepian.

Lalu mata Arga melirik pada tangannya itu yang kini telah di balut dengan perban yang dibuat oleh gadis itu. Terlihat wajah Arga yang tadinya terlihat datar tak berekspresi itu kini terlihat tersenyum ke arah Lu Si dan membuat gadis itu menahan nafas sesaat. Jantung gadis itu malah kembali berdebar-debar tak karuan hingga takut jika saja pria itu akan mendengarnya dan dalam waktu singkat pipi gadis itu pun merona malu.

Arga yang melihat rona merah di wajah gadis itu hanya menatap lekat ke arah gadis itu, menatap dalam diam mengingat bayangan wajah cantik inilah yang selalu mengganggu dan mengusik pikirannya selama ini, yang selalu mengusik tidurnya lewat mimpi hingga membuat pria itu harus terjaga semalam karenanya.

Mata pria itu tampak terus mengamati gadis dan tak penah sekalipun beralih ke yang lain sehingga Lu Si yang di tatap seperti itupun hanya tersenyum gugup melihat pandangan mata Arga yang terus saja tertuju ke arahnya dan membuat gadis itu berpikiran negatif dengan wajahnya sendiri

"ada apa dengan wajahku sehingga ia terus melihatku seperti itu" batin Lu Si yang penasaran karena tatapan pria itu yang tak sedikitpun beralih.

Melihat Lu Si yang balik menatapnya dengan rona merah di wajahnya itu sukses membuat pria muda itu kembali merasakan hal yang sama yang mengusiknya. Rasa debaran yang aneh yang kini selalu mengganggunya saat berdekatan dengan gadis itu.

Rasa yang tak pernah bisa ia bohongi, rasa yang tak pernah bisa ia hilangkan sampai kapanpun dan sekaligus rasa yang ia benci karena ia belum bisa menerima Lu Si seutuhnya ketika mengingat kembali kebejatan ayah gadis itu yang telah menghancurkan keluarganya dan hidupnya

Arga pastinya tak akan menjadi seperti ini jika saja ayah gadis itu tak membunuh seluruh keluarganya dan mungkin saja ia bisa dengan leluasa hidup dengan gadis yang selama ini ia impikan, dengan gadis yang selalu menjadi pujaan hatinya dan hanya gadis itu yang mampu membuatnya berdebar tak karuan jika mengingat gadis cantik dan polos itu, gadis itu berbeda dari yang lain.

Walaupun sensasi debaran itu pernah ia rasakan sebelumnya namun sekarang berbeda saat ia kembali merasakan rasa debaran itu, entah mengapa pikirannya selalu menolak kehadiran gadis itu dihidupnya, pikirannya seolah-olah selalu menyuruhnya untuk membenci gadis itu namun saat berada di hadapan gadis itu ia selalu goyah karena biar bagaimanapun pikiran dan hatinya tak sejalan.

Hatinya seolah mengizinkannya untuk tetap hidup bahagia bersama gadis itu namun pikirannya selalu saja menyudutkannya dengan fakta-fakta yang menyakitkan yang tak pernah bisa ia sangkal. Namun untuk kali ini Arga hanya menikmati rasa debaran itu sembari menatap wajah gadis itu dengan mata tajamnya yang tak sedikitpun beralih dari gadis di depannya tersebut.

Arga tampak menikmati desiran hangat dan juga debaran jantung yang terus saja berdetak keras di dadanya tersebut. Perasaan sama inilah yang persis ia rasakan saat pertama kali ia bertemu dengan gadis cantik itu. Arga dibuat berulang kali jatuh ke dalam pesona gadis cantik itu dan pria itu menyadari betul bahwa sampai kapanpun ia takkan pernah bisa membenci gadis itu justru malahan semakin dalam perasaan cintanya pada gadis itu.

Perasaan itu kian bertumbuh terus seiring berjalannya waktu saat dirinya kembali menatap wajah cantik itu dihadapannya dan ia akui bahwa walaupun takdir tak mengizinkannya mereka untuk bersama namun perasaannya itu sampai kapanpun tetaplah sama dan tak akan pernah berubah.

Padahal pria itu sudah menguatkan hatinya untuk tidak goyah jika bertemu gadis itu sehingga ia bisa dengan leluasa untuk melupakan gadis itu dan menyakitinya namun sayangnya itu semua hanyalah sebatas pemikirannya saja yang tak bisa ia lakukan. Pria itu sadar jika ia tak mungkin bisa menyakiti gadis itu mengingat gadis itu masih mengisi hatinya apalagi saat menatap wajah Lu Si sehingga pria itu hanya bisa terdiam tak mampu melakukan apa yang ada di pikirannya tersebut.

Arga terlihat kalut dengan pemikirannya sendiri dan pria itu sama sekali tak sadar jika ekspresinya itu membawa tanda tanya yang besar pada Lu Si yang melihat wajah Arga seperti itu. Apalagi wajah Arga terlihat pucat dengan keringat dingin di sekitar wajahnya itu, pria itu tampak seperti sedang memikirkan sesuatu yang tak diketahui oleh gadis itu. Melihat Arga yang seperti itu tanpa sadar membuat hati gadis itu juga merasa sakit.

Terlihat gadis itu yang mencoba mendekati pria itu sembari mengusap wajah pria itu yang dibanjiri dengan keringat dingin lalu gadis itu berkata

"Arga sebenarnya apa yang kau sembunyikan dariku sehingga kau menjadi seperti ini, kau pasti memiliki masalah kan? kumohon ceritakan padaku biar aku mengetahui apa yang kau rasakan, jangan seperti ini. Aku tidak ingin kau seperti ini Arga" ucap Lu Si dengan mata berkaca-kaca menatap pria itu yang seperti tak nyaman dengan pertanyaannya tersebut

"aku tak apa-apa, aku baik-baik saja dan mungkin itu hanya perasaanmu saja Lu Si" ucap pria itu sembari tersenyum lembut walaupun matanya tak bisa dibohongi karena terlihat mata pria itu yang terlihat berkaca-kaca dengan wajah yang tetap tersenyum lembut pada gadis tersebut

"jangan seperti ini, aku tau ada yang kau sembunyikan dariku Arga, katakan padaku mungkin aku bisa membantumu, aku hanya tak ingin kau memendam perasaanmu sendiri karena itu menyakitkan" ucap gadis itu lembut mencoba membujuk pria itu untuk mengatakan yang sebenarnya

"aku sudah bilang aku baik-baik saja, jangan memikirkan yang tidak penting Lu Si" ucap Arga sembari memeluk gadis itu erat, sembari menyembunyikan pandangannya yang mengabur akibat air matanya yang bergenang. Nafas pria itu tersendat-sendat karena mencoba menahan tangisnya dan inilah satu kelemahannya yaitu gadis itu Lu Si

6 Maret 2022

Cold Blooded Killer Where stories live. Discover now