20. Mabuk

76 10 3
                                    

Kepergian Arga secara tiba-tiba membuat gadis itu pun merasa sedih ketika menyadari perlakuan Arga yang berbeda dengan dulunya. Gadis itu hanya bisa menatap punggung Arga dengan nanar yang kini mulai menjauh. Air matanya terus saja menetes membasahi pipinya itu, dadanya juga terasa sesak ketika mengingat perlakuan Arga yang kini berbeda padanya.

Pria itu telah berubah sepenuhnya menjadi seperti monster tak berperasaan, tak ada lagi tatapan lembut yang selalu ia lihat pada sorotan mata Arga, semuanya telah berubah. Pria itu bukanlah Arganya, pria itu kini berbeda dengan pria yang ia kenal.

Memikirkan itu semua membuat Lu Si hanya bisa tertunduk sedih ketika mengingat perlakuan Arga, gadis itu tampak melamun memikirkan apa kesalahannya sehingga membuat pria itu berubah. Tiba-tiba di tengah kesedihan gadis cantik itu, datanglah Sany sang sahabat yang kini menatap gadis itu sedih sembari memeluknya erat dan berkata

"ayolah aku tak ingin kau seperti ini Lu Si hanya karena pria itu, untuk apa kau menangisi pria brengsek yang tak punya hati itu, baru kali ini aku menemui pria seperti itu" omel Sany dengan nada kesal sembari menatap kepergian Arga.

Mendengar suara Sany sontak membuyarkan lamunan gadis cantik itu, gadis itu pun menatap sahabatnya itu sembari tersenyum dan mengangguk, tanda mengiyakan ucapan sang sahabat. Lu Si pun diam-diam memalingkan wajahnya ke samping dan menghapus air matanya menggunakan tangannya lalu kemudian kembali menatap sang sahabat dan tersenyum

"aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kok" ucap Lu Si lembut dengan nada serak sehingga membuat Sany hanya terdiam ketika mendengar ucapan gadis itu. Sany pun dengan antusias menggenggam tangan Lu Si erat lalu mengajak gadis itu pergi.

Disisi lain terlihat seorang pemuda dengan rambutnya yang terlihat acak-acakannya itu sedang berjalan sempoyongan sembari tangannya kanannya yang menggenggam sebotol arak, wajah pria itu semua terlihat memerah akibat meminum terlalu banyak anggur tersebut. Kemudian saat berada di jalan yang sepi, pemuda itu pun memutuskan untuk beristirahat sejenak ketika melihat bangku taman yang tersedia di sisi jalan.

Pria itu kemudian dengan perlahan menduduki bangku tersebut, mata pria itu terlihat memerah membengkak yang di penuhi oleh air mata sedangkan hidung pria itu pun ternyata bernasib sama. Pria itu hanya bisa menatap kosong ke arah jalan yang terlihat sepi dan hanya terdengar suara angin yang sedari tadi menerpa pembut wajahnya.

Pria itu kemudian melempar botol arak yang rupanya telah kosong itu ke tanah sehingga botol kaca itu pun  telah berubah menjadi serpihan kaca yang siap melukai siapa saja yang menyentuhnya. Pria itu terlihat menatap nanar ke arah tangannya sendiri sembari memukul kepalanya menggunakan tangannya

"apa yang sudah ku lakukan" ucap pemuda itu yang rupanya adalah Arga yang tampaknya menyesali apa yang telah ia perbuat tadi kepada Lu Si

"mengapa aku melukainya" ucap Arga dengan nada marah dan kesal sembari menatap kedua tangannya sendiri yang tadi menyakiti gadis yang selama ini ia puja-puja. Bayangan dimana ketika menyakiti Lu Si tampak terus mengganggu pikiran pria tersebut sehingga pria itu tampak kesal karena di hantui oleh perasaan bersalah karena biar bagaimanapun kenyataannya, ia tetap mencintai gadis tersebut.

"Dasar bodoh, apa yang telah kau lakukan Arga" ucap pria itu yang kelihatannya mulai mabuk sembari terus bergumam tak jelas dan melihat ke arah tangannya sendiri yang telah menyakiti Lu Si dengan mencekik  leher gadis tersebut.

Tampak pria itu terlihat asik dengan dunianya sendiri lalu tanpa sadar pria itu kemudian menunduk dan mengambil serpihan botol kaca itu yang tadinya berserakan di tanah lalu menatap kosong ke arah serpihan kaca itu. Matanya berulang kali menatap nanar ke arah tangan yang tadi melukai Lu Si lalu tanpa rasa takut kemudian menggores serpihan kaca itu ke tangannya sendiri hingga menimbulkan goresan-goresan panjang di tangannya yang dibuat oleh dirinya sendiri.

Pria itu tampak tak terlihat puas karena pria itu kini terlihat berulang kali terus menggores tangannya itu hingga tangannya yang tadinya baik-baik saja kini berlumuran darah namun tak menghentikan aksinya. Pria itu terus saja menggila dan melukai tangannya sendiri sembari bergumam tak jelas dan menyebut nama Lu Si

"ini pelajaran untuk kau yang berulang kali sudah melukai Lu Si" gumam Arga kesal sembari menatap tangannya sendiri dan ketika sudah mulai merasa lelah akhirnya pria itu pun mau menghentikan aksinya tersebut

"Lu Si maafkan aku" gumam Arga sembari meneteskan air matanya dan menatap ke arah langit malam yang berhamburan akan banyaknya bintang-bintang yang terlihat indah di atas sana. Tak lama kemudian pria itu pun akhirnya tertidur pulas dibawah sinar bulan terang yang menerpanya itu.

Ketika hari sudah pagi, terdengar suara siulan burung-burung yang beterbangan di atas pohon. Hal itu membuat pria yang tadinya tertidur pulas itu kemudian akhirnya terbangun dan perlahan mulai membuka kedua matanya tersebut dan yang ia rasakan ketika pertama kali membuka matanya itu adalah rasa sakit.

Kemudian hal itu membuatnya sadar akan apa yang telah ia lakukan sendiri ketika tanpa sengaja menatap ke arah tangannya yang terlihat terluka parah sehingga pria itu pun hanya terdiam dan tak berniat mengobati tangannya itu

"apa yang sudah ku lakukan semalam" ucap Arga kebingungan sembari mengacak-acakan rambutnya itu, rupanya pria itu lupa dengan kejadian semalam sehingga tampak pria itu hanya menatap diam ke arah lukanya sendiri.

Setelah beberapa saat akhirnya pria itu pun mulai bangun dan kembali berjalan tanpa tujuan lalu tanpa sengaja lagi-lagi mereka kembali di pertemukan, rupanya takdir sangat senang mempermainkannya.

Arga yang melihat keberadaan Lu Si yang berada di depannya pun akhirnya berniat menghindar dari gadis tersebut namun rupanya rencananya tersebut gagal total ketika Lu Si yang menyadari keberadaan pria dihadapannya itu. Tampak Lu Si yang berjalan pelan sembari memanggil nama pria itu dengan nada lembut

"Arga, kaukah itu?" tanya Lu Si sehingga Arga hanya terdiam dengan posisi yang membelakangi gadis itu sehingga Lu Si tak melihat wajah pria itu.

Mendengar suara Lu Si membuat Arga berdebar tak karuan dan merasa gugup ketika di temui oleh gadis pujaan hatinya itu, pria itu hanya bisa menundukan kepalanya dan menghindar dari tatapan intens gadis tersebut

"Arga" ucap Lu Si ketika yakin bahwa sosok di hadapannya merupakan Arga sehingga gadis itu hanya bisa terdiam ketika melihat kembali ke arah penampilan Arga dan pandangannya teralih ke arah luka di tangan Arga

"kau terluka Arga" ucap Lu Si dengan nada khawatir saat melihat luka goresan yang dibuat oleh pria itu sendiri. Mendengar nada khawatir itu membuat perasaan Arga menjadi kalut akan rasa bersalahnya sehingga pria itu hanya terdiam dan tak berniat menjawab pertanyaan gadis itu namun satu pertanyaan yang ada di benaknya adalah mengapakah Lu Si masih mau mempedulikannya padahal ia sudah menyakiti gadis tersebut?.

1 Maret 2022

Cold Blooded Killer Where stories live. Discover now