PART 31

57.7K 6.3K 174
                                    

.
.
.

Pintu besi berbunyi, memecah keheningan yang menyelimuti ruang bawah tanah kala itu. Kana masuk bersama dua bodyguard dibelakangnya, matanya langsung tertuju pada satu-satunya orang yang ada dalam ruangan besar itu.

Suara langkah kaki Kana menggema saat dia berjalan mendekat, ruangan luas itu hanya mengandalkan penerangan dari 2 lampu remang-remang yang menempel di dinding batu.

Begitu Kana sudah sampai pada tujuannya, dia menatap dingin orang didepannya. Masih dalam posisi bersimpuh, dua tangan serta lehernya di rantai, kepala pria itu tertunduk dalam, kemeja yang awalnya berwarna putih itu sudah berubah.

"Kak Ren" panggil Kana pelan

Tanpa di duga kepala yang tadinya terkulai lemas itu mulai terangkat, menatap Kana dengan kosong.

"Ka..na?"

"Nyonya, silahkan" Ian membawa kursi kayu untuk Kana dan Kana tanpa ragu langsung duduk, tepat di depan Ren yang masih bersimpuh dilantai.

"Makasih Ian, bisa tolong kalian tinggalin saya disini? Saya pengen ngomong berdua aja sama kakak saya" pinta Kana yang langsung diangguki oleh Ian dan Noah.

Setelah dua bodyguard itu pergi, Kana kembali menatap Ren dengan serius. Terjadi keheningan untuk beberapa saat, Kana ingin tau apa yang sekarang tengah di pikirkan Ren.

Apakah seperti Kana dulu? Yang setiap detiknya hanya memikirkan kapan dia akan segera mati? Kana sangat tau bagaimana rasanya, pasti sangat menyiksa.

"Aku ketemu Kak Rega sama...Kak Clara" Kana membuka percakapan itu dengan sekali tembakan yang membuat Ren seketika langsung bereaksi hebat.

Pria itu mengangkat kepalanya, menatap Kana dengan sorot ketakutan. Jelas ketakutan itu bukan ditujukan untuk Kana, tapi pada apa yang baru saja Kana lontarkan.

"Kita berdua ngobrolin banyak hal waktu itu," ucap Kana dengan pandangan menerawang, dia tersenyum mengingat kembali moment saat dia bersama Clara.

"NGGA! GA MUNGKIN!"

Teriakan itu membuyarkan lamunan indah Kana, dia berdecak melihat Ren memberontak ditempatnya. Sepertinya nama Clara sangat mempengaruhi kakaknya itu.

Kana membungkuk untuk mendekat ke arah Ren, Kana akhirnya bisa melihat Ren dengan jelas. Beberapa luka lebam tampak di wajahnya, leher Ren juga memar akibat rantai yang mengikat lehernya. Kana tersenyum tipis

"Kak Ren jangan banyak gerak, aku tau banget rasanya jadi tahanan kayak gini, sakit kan? Saking sakitnya Kak Ren pasti mikir lebih baik mati daripada kayak gini terus" Bisik Kana pelan membuat Ren menatap Kana dengan raut ketakutan, kali ini ketakutan itu benar-benar untuk Kana.

Kana menarik nafas panjang, lalu kembali menegakkan posisi duduknya, pura-pura berpikir "Aku penasaran, dulu waktu kalian bunuh Kak Clara, apa ekspresinya kayak kakak sekarang?"

Kana melirik Ren yang gemetar hebat ditempatnya, senyum sinis Kana terbit "Ah pasti lebih menarik, soalnya kakak sampe ketawa lepas gitu di cctv. Aku jadi pengen liat juga, yah walaupun aku bukan psikopat kayak kakak sama Aletta sih"

Ren menatap lantai dengan ekspresi keras, tangannya terkepal, airmatanya mengalir. Bukan menangis karena menyesali semua perbuatannya, tapi Ren menangis karena ketakutan yang tak bisa dibendung lagi.

Ren melihat Kana sekali lagi, dan Ren seperti mendapat jumpscare begitu melihat Kana menatapnya dengan ekspresi menyeringai.

"Pfftt" Kana menahan tawanya " Ya ampun kak, ampe gemeteran gitu loh. Jangan takut, karena aku ga bakal bunuh kakak sekarang" ucapnya santai

REBIRTH : ALDANA [AGRIENT STORY KE-1]✔️Where stories live. Discover now