PART 30

61.4K 6.3K 413
                                    

.
.
.

Roan mematung, tangannya bergetar tanpa sadar selagi matanya menatap TV. Suara bising disekitar tidak lagi terdengar karena telinganya sudah terfokus pada sang penyiar berita. Berita yang melaporkan tentang ditemukannya sosok mayat berjenis kelamin perempuan, tergantung tepat diatas sebuah patung yang berada di tengah-tengah kota.

Begitu kamera menyorot sosok itu, Roan seketika mengejang. Dia tau perempuan itu, meski wajah dan beberapa bagian tubuhnya disensor, Roan masih bisa mengenalinya.

"Dia mati?" Roan berbisik, wajahnya pucat pasi

Apa mereka mengetahui bahwa perempuan itulah yang telah membantunya keluar dari ruang bawah tanah itu?

Roan refleks memegang kepalanya, membayangkan jika kepalanya juga akan pecah suatu hari nanti karena Alderian, wajah Roan semakin pucat.

"Kenapa?"

Roan tersentak, dia menoleh dan melihat Arsa yang memandangnya keheranan. Roan menghela nafas, ketakutannya beberapa saat lalu cukup membuatnya parno seketika.

"Sa, kita harus cepet-cepet pergi dari sini" ucap Roan

Arsa langsung melirik sekitarnya dengan panik lalu kembali melihat Roan "Apa bawahannya Alderian ada disini? Lo ketemu mereka?"

Roan menggeleng lemas "Kalau bisa kita jangan sampe ketemu mereka, bahkan setelah kita keluar dari kota ini"

Arsa mengangguk pelan, dia menghampiri wanita yang baru saja kembali dari toilet, Arsa segera menariknya lalu menutup kepala wanita itu dengan hoodie.

"Eh?" Wanita itu agak heran "Kenapa Sa?"

"Sayang, kita bakal pergi sekarang" kata Arsa serius

Aletta terdiam, dia menatap Arsa dengan dalam kemudian menunduk "Aku gamau lari, aku udah bilang bakal siap ngelawan Alderian kan? Lagian dengan lari dari sini bakal bikin hubungan aku dan Kana berubah? Enggak, dia pasti dendam, mungkin dia juga udah nyiapin senjata buat bales dendam ke aku."

"Kana ga mungkin nyakitin kamu, dia itu sayang sama kamu" ucap Arsa yakin

"Kalau kamu yakin banget dia ga bakal nyakitin aku, kenapa kita harus lari?" Tanya Aletta masih bersikeras ingin tinggal

Arsa memejamkan matanya lelah, dia dengan sabar memberi pengertian "Ta, ini semua demi kamu."

Hanya itu yang bisa Arsa katakan untuk saat ini. Sebenarnya alasan dia memilih untuk membawa Aletta pergi memang karena takut Alderian akan melakukan sesuatu pada Aletta. Tapi Arsa yakin Kana tidak akan setega itu membiarkan Alderian menyakiti Aletta.

Lalu kenapa Arsa tetap ngotot ingin pergi? Alasannya karena Arsa ingin menjauhkan Aletta dari segala yang berhubungan dengan traumanya di masa lalu. Arsa ingin memberikan hidup baru untuk Aletta hingga traumanya itu bisa hilang.

"Pokoknya aku gamau pergi." Aletta menggigit bibirnya dengan gemetar "Sa kamu ga lupakan? Siapa yang udah buat aku menderita selama ini?"

Aletta tersentak begitu Arsa mencengkram kedua bahunya dengan erat hingga membuatnya mendongak, Arsa tampak memandangnya dengan tatapan memohon.

"Ta, Please. Aku sayang sama kamu, aku gamau kamu kenapa-napa" sorot Arsa melembut "Aku tau kamu ga salah. Tapi dengan kejadian kemarin, bukannya itu udah cukup buat ngebayar semua kejahatan yang udah mereka lakuin ke kamu selama ini? Ta, Kana bahkan hampir mati"

Aletta diam, dia mengabaikan ucapan Arsa. Memang apa pedulinya jika Kana memang mati? Setelah semua, sudah seharusnya perempuan itu mati. Tangan Aletta terkepal seolah tak terima jika mereka memilih melarikan diri. Bukankah itu artinya mereka kalah? Aletta tidak suka ini, dia tidak suka kekalahan apalagi dikalahkan oleh Kana.

REBIRTH : ALDANA [AGRIENT STORY KE-1]✔️Where stories live. Discover now