Dekapannya nyaman dan hangat, wangi lelaki itu benar-benar melekat, sungguh.

"Zel.. kamu itu obat, jangan pergi"

Ohh, sungguh Hazel haru pertama kali mendengar Kennand bersuara lirih seperti itu. Ia harap ini bukan sebuah pencitraan.

"Aku harus pergi" Hazel berusaha melepaskan dekapan itu, walau ia masih menginginkannya.

Mau sekeras apapun usaha Hazel untuk melepaskan dekapan itu, akan sia-sia sepertinya.

"Yang aku mau, yang aku pilih, cuma kamu, kalau kamu pergi aku ikut kemanapun itu" lirih Kennand.

Kennand tak mau kehilangan untuk kesekian kalinya. Apalagi Hazel, ia sangat tak mau kehilangan gadisnya itu.


Hazel mengelap wajahnya dengan tissue. Ia menyesal sekali, apa yang dilakukannya hari ini benar-benar berlebihan.

Mungkin Kennand memang salah disini, tapi ini baru sekali, dan Hazel sudah bereaksi seperti itu. Ia menganggap dirinya gila.

"Hmmhh," gadis itu menghela nafasnya. "Lo gila Hazel!" Makinya pada diri sendiri.

"Lo berlebihan, nyesel kan lo bilang itu tadi?!" Ia memaki-maki dirinya sendiri. "Untung Kennand gak mau putus sama lo, coba kalau tadi dia mau putus sama lo gitu aja"

"Lain kali pikir pake otak sebelum ngomong itu!"

Hazel seperti tidak akan habis memaki-maki dirinya sendiri. Entahlah, semakin dekat waktu pemberangkatannya ke Amerika. Dirinya benar-benar kacau.

Seakan-akan semuanya tak merestui kepergiannya, termasuk dirinya sendiri yang sebenarnya tak mau pergi ke Amerika. Tapi ini mungkin yang terbaik.

Setelah memastikan dirinya sudah benar-benar tenang, ia memutuskan untuk kembali ke dalam kelas. Jam pelajaran pertamanya ia lewatkan begitu saja.

Tapi Qila bilang, jam pelajaran pertamanya kosong. Alias gurunya tidak hadir, Hazel sedikit bersyukur.

Ia melangkah dengan cepat, sedikit berlari, ia tak ingin kehilangan jam pelajaran keduanya. Karena meladeni otaknya yang sedang kacau.

"Tumben lo bolos jam pertama Cel? Darimana?" Cecar Qila begitu Hazel sampai di kelasnya.

Nafas gadis di depannya itu masih memburu. "Abis maraton, apa habis dihukum?" Tanyanya lagi.

"Enggak," Hazel menggeleng cepat. Tangannya terurai menarik kursi dibelakangnya.

"Cel--"

"Sebentar, kepala gue pusing" timpal Hazel yang kini sudah menelungkupkan kepalanya pada meja dengan kedua tangan yang ikut menutupi wajahnya.

Mungkin Azlan lupa memberi tahu soal ini. Abhi pernah bilang kalau Hazel akan mengalami anemia secara tiba-tiba. Karena kondisinya yang semakin menurun.

Hazel terlalu stress akhir-akhir ini. Sampai ia kurang memperhatikan keadaannya. Atau mungkin ia lupa soal sakitnya?.

"Cel," panggil Lia pelan karena ia paham keadaan. "Darah" ucapnya pelan, ia tak mau siswa lain mendengarkannya.

Kennand Perfect BoyfriendWhere stories live. Discover now