10 | video masa lalu

Mulai dari awal
                                    

Iren membuka mata, menoleh pada Dewa untuk memastikan keresahannya.

"Kenapa natap aku kayak gitu?" ujar Dewa heran, Iren menatapnya lama. "Kamu nggak kesurupan setan di rumah Dikta, kan?"

Wanita itu mengibas tangan dengan malas. Iren mengikuti langkah Dewa yang lebih dulu masuk ke lift hotel menuju kamar yang Dewa pesan.

Setelah sampai di kamar, Dewa langsung duduk di tepi ranjang.

"Sini," kata Dewa sembari menepuk paha. Pria itu langsung menarik Iren duduk di pangkuannya.

Iren menuruti saja kemauan Dewa sekaligus untuk mengetes sesuatu dalam jiwanya. Dewa mencium bibir Iren sambil menjamah beberapa titik di tubuh Iren. Wanita itu meringis kesakitan.

"Dewa."

Iren menahan tangan Dewa di bawah sana. Dewa menatap Iren dengan tatapan yang sudah di atas awan.

"Sekali ini aja, Ren, sebelum kita nikah."

Iren menghembuskan napas lelah.

"Aku bawa pengaman kok, sebelum jemput kamu aku sempat singgah di supermarket." Dewa merogoh saku celananya. "Nih."

Iren merebut benda itu dan melemparnya.

"Hei." Dewa menarik wajah Iren agar segera menatapnya. "Kamu nggak mau?"

Iren menghempas kedua tangan Dewa di wajahnya. Wanita itu turun dari pangkuan Dewa dan memperbaiki pakaiannya yang berantakan.

"Maaf," kata Iren yang kini tak mau mempertemukan pandangan dengan Dewa.

"Nggak apa-apa." Namun, setelah itu terdengar decakan pria itu. "Nggak malasah, Ren. Aku siap nunggu kamu pisah dari Dikta."

Iren mengusap muka dengan frustasi, pantulan wajahnya di dalam cermin juga berkata demikian, seperti wanita yang sedang putus harapan.

"Kita akhiri aja semua ini."

"Apa?!" Dewa melongo tak menyangka. "Maksud kamu apa ngomong gitu? Kamu sama Dikta nggak jadi pisah?"

Iren menggeleng. "Keputusan aku nggak ada hubungannya sama Dikta."

"Lalu kenapa kamu ngomong gitu? Kamu pengin kita putus?"

Iren mengangguk samar.

"Kamu kenapa sih?" Dewa masih tak percaya Iren tiba-tiba meminta putus.

"Aku merasa udah nggak punya alasan untuk tetap sama kamu."

"Ren, aku tahu kamu cinta sama aku. Apa ada yang ngedesak kamu biar kita putus?"

Dengan berat, Iren berucap, "Karena itu, aku udah nggak nemuin cinta itu sama kamu. Maaf kalau keputusanku buat kamu terluka, tapi aku memang udah capek, hubungan kita bikin beban aku dua kali lebih berat. Sama Dikta aja itu udah sangat berat."

Dewa tak berbicara lagi, bahkan setelah Iren keluar kamar lebih dulu.

Saat perjalanan kembali ke kantornya menggunakan taksi online, Iren menemukan pesan yang membuatnya membeku.

Dewa:

Yakin mau putus?Coba lihat video itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yakin mau putus?
Coba lihat video itu.

Ingat nggak kita
ngelakuin itu di mana?

Muka kamu kelihatan
banget horny-nya.

Aku tahu kamu nggak
nikmatin permainanku
tadi.

Apa Dikta udah nyentuh
lubang kamu lagi?

Wkwk, udah longgar
pasti. Bekasku bertahun-tahun sih.

Makasih udah pernah
jadi pelacurku. Kamu
murahan banget sumpah.
Mau aja disentuh-sentuh.

Iren meremas kepala dan menarik rambut sekuat-kuatnya, berharap video itu hanyalah mimpi semata.

Namun, tidak. Itu memang wajahnya, Iren pun ingat betul bentuk dan isi kamar di apartemen lama pria itu. Iren menggeleng-geleng tak menyangka pada Dewa yang ternyata pernah mengambil video mereka saat tengah berhubungan badan.

"Kenapa, Mbak? Lagi sakit, ya?" tanya si pengemudi di depan.

Iren menggeleng.

"Pak, tolong putar balik, ya." Kemudian, Iren menyebutkan alamat perumahan yang ditujunya. Iren tak mau pulang ke apartemennya saat ini, tempat itu hampir dipenuhi kenangan bersama Dewa. Iren tak mau mengingatnya lagi.

"Bu Iren ternyata, saya kira siapa yang datang naik taksi."

Wanita itu tak sanggup berbicara banyak, hanya senyumnya yang tersungging menyapa Mang Sudirman.

"Pak Dikta udah pulang loh, Bu, sekitar satu jam yang lalu. Pak Dikta bawa oleh-oleh tuh kayaknya, mintain buat saya ya, Bu," canda pria tua itu.

Lagi-lagi Iren hanya mengangguk, kini tanpa dibarengi senyum yang langsung membuat Mang Sudirman tidak enak hati.

"Saya bercanda, Bu. Hehe. Silakan masuk, Bu."

Dengan langkah berat Iren masuk ke rumah itu. Benar saja, di ruang tengah ada Dikta yang sedang memangku Una. Tak jauh dari sana ada dus terbuka yang memperlihatkan banyak oleh-oleh yang Dikta bawa.

"Una, coba lihat siapa yang datang," ujar Dikta setelah menyadari kehadiran Iren. Namun, Una tetap saja sibuk pada mainan baru yang papanya bawakan hari ini, sedikit pun tak menengok pada maminya.

"Maklum, mainan baru," kata Dikta agar Iren tak kecewa. "Ada oleh-oleh tuh, siapa tahu ada makanan yang kamu suka."

"Nanti aku ambil."

"Kamu kenapa? Duduk aja." Dikta sedikit menyingkir ke ujung sofa.

"Nggak usah." Sungguh, Iren tak menyangka Dikta pulang secepat ini. "Hm, malam ini aku boleh nginap di sini?"

Dikta mengerutkan kening. "Kenapa mesti izin? Ini rumah kamu juga. Oh iya, makasih ya udah mau jaga Una." Dikta tersenyum.

"Aku ke kamar ya," pamit Iren menuju kamar.

"Ren, tunggu!"

Iren menoleh. "Aku cuma mau ambil koper kok, nanti aku tidur di kamar sebelah. Kamu sama Una aja."

Dikta dibuat bingung, apalagi Iren terlihat tidak seperti biasanya, tatapannya begitu kosong, Iren tampak seperti manusia tak bergairah hidup.

"Bukan, aku cuma mau minta izin bawa Una jalan-jalan sama Luna besok. Nggak apa-apa aku bawa?"

Iren terdiam sejenak. "Terserah kamu." Lalu kembali melanjutkan langkah menuju kamar utama untuk mengambil koper sebelum ke kamar satunya lagi. Iren mengunci kamar, melempar tas ke tempat tidur, setelah itu ia masuk ke kamar mandi untuk meluapkan tangis di bawah pancuran air yang membasahi tubuhnya.

Aku harus apa sekarang?

***

Masih pengen next nggak? Komen yg banyak duluuu, spam juga gpp✌️

Aku tahu kalian kesel sama Dewa. Cepat hujat diaaa wkwkwkw. Btw, komen part sebelumnya nggak rame ih, coba dong ramein🧚

Kolom komen hujatan dibuka👇

1. Iren Yasmin

2. Pradikta Putra Darmawan

4. Aluna Purwanto

5. Dewa Andreano

Part ini bikin emosi nggakkkk??? Wkwkwkwkw, kesan pesannya boleh dong🙆🏻‍♀️

GESSS, FOLLOW TIKTOK AKU YAA👇@ceritadarifulv❤️🧚

Berpisah Itu Mudah (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang