49. I love you [End]

396 55 4
                                    

HAPPY READING
____________________/

Semua orang yang berada di sana terlihat gusar. Pasalnya mereka tengah berharap menunggu kabar baik dari dokter yang belum juga keluar dari ruang operasi.

Arga pergi ketempat sepi lalu duduk di kursi yang kosong sambil menggigit bibirnya gemetar, orang yang baru-baru ini mengisi hatinya sekarang sedang terbaring tak sadarkan diri di bangsal rumah sakit.

Sekarang ia sadar ternyata selama ini orang yang membuatnya nyaman hingga tak sadar telah menyukainya adalah dia.

"Alen ternyata selama ini gue salah, orang yang gue suka bukan dia tapi lo." gumamnya dengan mata berkaca-kaca.

Tangan kekar itu mengepal meluapkan rasa khawatir dan gelisah. Rasa ingin menerobos masuk kedalam ruangan membludak. Pikirnya para pekerja rumah sakit itu terasa lamban.

"Arga,"

Suara lembut mengintrupsi pendengaran Arga membuat ia menoleh ke samping.

"Bella?"

Bella mendekat dan duduk di samping Arga. "Alen-? alen kenapa?"

Arga menatap sendu Bella lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Alen, bel. Dia ditusuk sama orang dan hampir kehabisan darah." ucapnya gemetar.

Bella menepuk pelan pundak mantannya itu. "Gue yakin Alen pasti bisa laluin semuanya. Dan...."

Tangan yang tadi menepuk pundak itu ia tarik kembali. Matanya menyorot Arga dengan perasaan sedih, entah sedih karena perasaanya yang belum bisa hilang atau sedih karena melihat keadaannya sekarang. Karena semuanya menjadi satu.

Arga yang terlihat kacau karena Alen membuat Bella yakin bahwa saatnya ia mengungkapkan semuanya disini.

"Arga gue minta maaf sebelumnya."

Dengan mata merah karena menahan tangis, Arga menatap Bella bingung. "Minta maaf buat apa?"

"Gue masih belum relain lo." Bella menundukkan kepalanya tidak berani menatap bola mata Arga langsung. "Tapi gue bisa apa? Kalau hati lo sekarang sebenarnya bukan buat gue tapi buat Alen."

Arga terdiam saat mendengar isakan kecil dari orang di sampingnya.

"Gue yang seharusnya minta maaf." Arga terkekeh. "Gue keliatan banget brengseknya ya?"

"Iya," jawab Bella terkekeh dengan air mata mengalir.

Arga mengusap lembut pipi Bella yang basah. "Jangan nangis, gue minta maaf. Tapi ucapan lo tadi gak bisa gue elak."

"Walau kita udah jadi mantan, tapi masih bisa kan kita temanan?"  ucap Bella dengan raut berharap.

Arga mengangguk mengiyakan.

"Makasih." ucapnya sambil tersenyum.

.
.
.

"Dengan keluarga Alenna?"

"Iya, iya saya kakak kandungnya Alenna. Gimana dokter? Adik saya gimana?" tanya Gibran tidak sabaran.

Dokter tersebut tersenyum. "Saudari Alenna sekarang kondisinya sudah membaik dan akan segera di antar ke ruang rawat."

Gibran menghela nafas lega dan setitik air matanya jatuh. Senang dengan kabar yang di bawa dokter setelah keluar dari ruang operasi.

Bukan Gibran saja yang merasa bersyukur dan senang yang lain pun tidak berhenti mengucap syukur kecuali Arga yang masih belum kembali.

Setelah Alen di pindahkan gibran terlebih dahulu mengunjungi kedalam.

Tangan kecil adiknya ia genggam sambil menatap mata cantik itu yang masih tertutup damai.

"Abang bersyukur kamu bisa laluin semuanya Alen." ucapnya sambil menangis pelan.

"Setelah Kamu bangun nanti kita sekeluarga pergi bareng-bareng ke pasar malam kayak yang kamu pengen. Jadi jangan lama-lama ya tidurnya." cicitnya di akhir kalimat.

"Kita semua sayang Alen."

Gibran beranjak dari kursi lalu keluar tanpa tau bahwa setetes air mata jatuh dari kelopak mata yang terpejam itu.

.
.
.

Arga berlari kencang di sepanjang karidor rumah sakit setelah mendengar kabar bahwa alen telah di pindahkan ke ruang rawat yang berarti Alen sudah melalui masa-masa kritisnya.

Saat tadi asik berbicara dengan Bella tiba-tiba ada telpon masuk dan itu adalah Leo yang tidak tau sejak kapan punya nomornya.

Ketika mendengar kabar baik itu tanpa babibu Arga berlari kencang meninggalkan Bella.

"Makasih tuhan." ucapnya dalam hati

Saat sudah sampai di depan pintu, tiba-tiba pintu terbuka menampakkan seseorang yang tak lain kembaran Alen, Luna.

Luna tersenyum tipis. "Mau nengok Alen ya?"

Arga mengangguk semangat.

"Alen belum sadar sekarang. Kalau mau masuk gue harap lo gak ganggu istirahatnya ya." canda Luna.

"Siap."

Luna mempersilahkan Arga masuk kedalam. "Dia sayang lo len."

Arga duduk di samping brankar sambil memainkan jari-jari kecil Alen.

"Seneng dengernya lo bisa bertahan."

Suasana hening cukup lama setelah Arga mengucapkan kalimat itu pasalnya dirinya sendiri bingung ingin berbicara apa.

"Bella tadi bilang dia minta maaf sama lo selama ini len, dia nyesel nikung lo waktu itu katanya dia bodoh mau-mau aja kemakan rayuan Zevan."

"Dan sekarang gue sama Bella cuman sekedar teman. Karena kata-kata yang tadi di ucapin bener, sekarang hati gue bukan lagi buat dia tapi buat lo, dan..."

"Dan gue suka sama lo len."

"Maaf kalau selama ini gue nyakitin perasaan lo gara-gara gue gak peka. Tapi tenang sekarang lo gak perlu sakit hati lagi karena sebisa mungkin dari sekarang gue bakalan buat lo bahagia dengan cara gue sendiri."

"I love you." dengan mata terpejam tangan itu ia kecup lembut.

"I love you too."

Arga membuka matanya kaget. "Alen?"

"I love you too Arga. Makasih udah balas perasaan gue." air mata mengalir dari pelupuk cantik itu.




***

[Selesai]

Jum'at, 22 April 2022

Makasih banyak buat semuanya yang udah vote, komen dan baca cerita abal-abal aku 😭

Aku tau kalian gak puas sama endingnya.(maybe)

Tapi kalo semisal mau ekstra part kalian komen aja ya, nanti ku usahain bikin ekstra partnya.










ARLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang