35. Teror

637 176 44
                                    

Votement!

***

"Bella, gue suka sama lo."

"Huh! a-apa?"

"Gue tau ini terlalu mendadak, tapi gue gak bisa nahan perasaan ini lebih lama."

"..."

Menghela nafas lalu mengacak rambutnya. "Jangan di jawab sekarang, semisal lo udah ada jawaban tolong bilang nanti sama gue. Gue harap ini gak akan ngebebanin lo." Lalu pergi menjauh dari hadapan Bella.

....

Bella tersentak kaget kala merasakan elusan di atas kepalanya.

"Melamun? Lagi ada masalah?"

Bella menggeleng. "Gak kok,"

Arga mengangguk mengerti. "Kalo mau cerita, cerita aja aku dengerin."

Bella menatap Arga tepat di matanya.

Arga yang merasa di tatap mengernyit. "Mau cerita?"

Bella menggeleng. "Bukan mau cerita, tapi aku mau nanya sama kamu."

"Nanya apa?"

"Kamu masih cinta kan sama aku?"

Telapak tangan Arga terangkat lalu di letakkan di dahi Bella. "Gak panas, kamu kenapa nanya itu?"

"Cuman mau mastiin."

"Tentu aku masih cinta sama kamu, kalau ngak ngapain aku pacaran sama kamu sampe sekarang." Walaupun gue sekarang masih ragu Bella, maaf.

"Makasih," kata Bella sambil tersenyum, melihat itu Arga juga ikut tersenyum.

Tiba-tiba suara panggilan telpon masuk dari gawai Arga.

Arga langsung mengangkat panggilan tersebut.

...

Arga sudah pulang kerumah setelah di telpon ayahnya dan kini Bella sendirian di dalam apartemen nya.

Bella tau sekarang Arga ragu dengan perasaannya terlihat jelas di manik matanya. Tapi Bella diam, membiarkan Arga sendiri nantinya yang akan mengakatakannya.

Hatinya belum siap untuk itu

Dia juga merasa bersalah akhir-akhir ini sering berbohong dengan Arga lalu memenuhi permintaan Kevan untuk menemaninya entah itu jalan-jalan atau hanya sekedar menemani makan.

Bella menganggap Kevan sudah seperti kakak untuknya jadi ketika Kevan meminta sesuatu Bella tidak enak untuk menolak.

Namun semuanya sudah terasa canggung ketika bertemu dan sekarangpun Kevan tidak lagi mengajaknya jalan-jalan seperti biasa. Dan rasa bersalah muncul setelah beberapa minggu ini Bella belum juga menjawab pertanyaan Kevan, masalahnya Bella belum sempat berkata kalau dirinya sudah memiliki kekasih.

Ting tong

Bella mengernyit, siapa yang bertamu di apartemennya? Bella tidak pernah mengatakan pada siapapun kalau dirinya punya apartemen bahkan orangtuanya kecuali Arga, pacarnya.

Membuka pintunya. "Ck, siapa sih iseng banget."

Suasana apartemennya sekarang sepi, agak creppy ada yang mencet bell apart-nya.

Ketika ingin menutup pintunya kembali Bella mendapati sebuah kotak. "Perasaan gak ada mesen apa-apa? Kenapa ada kotak di sini? Paket siapa yang nyasar?" Tanya nya pada diri sendiri.

Mengangkat kedua bahunya tidak peduli, Bella mengambil kotak tersebut dan membawa masuk kedalam tidak lupa menutup kembali pintunya.

Duduk di sofa lalu menatap kotak tersebut yang tertera tulisan kecil. "Untuk Bella?" Gumamnya

"Mungkin Arga yang ngirim karena mau bikin suprise."

"AAAAAAAA!"

Bella memekik kaget ketika membuka kotak tersebut yang isinya adalah bangkai tikus dan juga cairan kental berwarna merah yang bercecer.

Nafasnya memburu masih shock mendapati teror seperti ini.

Dengan hati-hati tangannya terulur mengambil kertas yang ada di dalam kotak tersebut.

"Permaianan di mulai," gumamnya setelah membaca tulisan di kertas dengan cairan tinta berwarna merah darah.

"Siapa yang neror gue?" Lirihnya sambil meneguk saliva susah payah.

Selama hidup dia tidak pernah mengalami teror-teror seperti ini.

Apa gue punya masalah sama orang lain? Batinnya

"Sialan! Lo cari gara-gara sama gue." Desisnya tajam ketika sudah menebak siapa dalang di balik pengirim kotak isi bangkai tersebut.

...

TBC

Selasa, 14 september 2021

ARLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang