37. penyelidikan

616 132 4
                                    

Votement!

***

Leo berjalan cepat menuju ruangan Gibran, menggebrak pintu ruangan membuat orang yang di dalam ruangan tersebut terkejut.

"Leo!" Peringat gibran yang kini tengah mengelus dadanya menetralkan detak jantung akibat terkejut. "Kalau gue punya penyakit jantung terus mati gimana? kalau buka pintu jangan kayak gitu lagi."

"Maaf bang," dengan santainya Leo masuk dan duduk di single sofa.

"Tumben kesini?" Tanya gibran yang kini kembali berkutat dengan berkas-berkas di atas meja kerjanya.

Leo mengangkat bahu. "Gabut." Jawabnya

Gibran menatap adiknya itu dengan sebelah alis terangkat. "Gue gak yakin lo kesini cuman karena gabut doang, pasti ada apa-apanya ini."

"Debest dah lo bang ngerti banget sama gue."

Gibran mengangguk mengiyakan. "Ada apa?"

"Gue mau minta bantuan bang,"

"Bantu apa dulu? Jangan yang aneh-aneh lho,"

Leo mendengus kesal. "Ini masalah Alen,"

Dahinya mengerut heran, tumben sekali Leo membahas Alen apalagi sampai meminta bantuan.

"Alen kenapa?"

Leo mengambil gawai-nya dari kantong celana. "Tapi lo jangan ngambil pendapat yang buruk dulu habis lo liat sesuatu di dalam sini."

Gibran mengangguk paham.

...

Luna dan Andini sekarang berada di pekarangan rumah seseorang.

"Kayaknya gak ada orang deh," kata Andin yang di angguki Luna.

Mereka menatap kesana-kemari melihat-lihat sekitar. "Pulang atau gimana?" Tanya Andini

Menghela nafas kecewa karena tidak mendapati sang tuan rumah. "Ya udah ay-"

"Kalian siapa?"

Mereka berdua berbalik badan kebelakang dimana ada seorang perempuan yang menatap mereka dengan pandangan bingung.

"Lo Hana kan?" Tanya Andin

"Iya gue Hana, kenapa? Kalian siapa?"

"Oh...gue Luna ini temen gue Andin. Bisa kita ngobrol sebentar sambil duduk gitu? gak enakan kalo ngobrol berdiri begini."

"O-ouh maaf, ayok masuk kedalam dulu."

Luna tersenyum. "Makasih,"

Langkah mereka berdua mengikuti Hana dari belakang memasuki rumah minimalis sederhana namun terkesan mewah.

"Maaf ya kalo rumahnya masih berantakan, tadi gue tinggal ke rumah nenek jadi belum sempet bersin." Katanya

"Ngak berantakan kok rumahnya malahan rapi."

Hana tersenyum menanggapi perkataan Luna. "Kalau gitu gue tinggal sebentar dulu mau bikin minuman."

"Ehhh! gak usah repot gitu, kita cuman ngobrol sebentar aja kok." Cegah Luna

"Tap-"

"Bener kata Luna kita cuman sebentar doang."

Hana menuruti permintaan mereka lalu ikut duduk di kursi tamu.

Setelah melihat Hana yang sudah duduk nyaman, Luna bertanya langsung ingin mengetahui kebenarannya.

"Lo kenal Nadia anak Tanuwijaya kelas XI Ips 1 kan?"

"Iya gue kenal, emang kenapa?"

"Dia bilang kalo lo yang ngasih pertama video ini ke dia  sebelum kesebar luas." Luna memberikan gawai-nya pada Hana.

Luna dan Andin terkejut ketika mendapati senyum miring walaupun samar-samar. "Ouhh pantesan muka Lo agak familiar, ternyata orang yang didalam video ini sekarang ada di hadapan gue." Remehnya

Andin yang paham akan kendali emosi Luna membisikkan sesuatu.

Luna menghela nafas mencoba menetralkan emosional nya. "Dari sikap lo, berarti bener kalo lo yang nyebarin ini video?"

Hana tertawa geli. "Kalau iya gimana? Kalau enggak gimana?"

"Jawab yang bener!" Timpal Andin yang mulai sedikit emosi.

"Iya gue yang nyebarin video nya," jawabnya dengan santai. "Lagian lo itu malu-maluin nama sekolah! lo kalau mau jadi jalang gak usah sekolah lagi."

Brakk

Luna menggebrak meja dan menataolp tajam yang jelas mengarah pada Hana. "Untung lo buat nyebarin video itu apa huh? dilihat kayaknya kita bahkan gak saling kenal waktu lo bilang baru tau kalau di video itu gue orangnya."

Hana terdiam namun tidak lama karena senyum miring yang terlihat menyebalkan di mata Luna dan Andin kembali terlihat.

"Apa ya?" Katanya dengan nada main-main



***

TBC

Besok mau gak ARLEN up lagi?

Minggu, 03 oktober 2021


ARLEN Where stories live. Discover now