27. Gibran [revisi]

1.1K 209 11
                                    

Langsung vote yahh....

.......

Matanya melotot setelah membuka surat yang dia dapat di depan pintu rumah Arga.

"Sialan!" Maki Bella

Di dalam surat tersebut ada beberapa kalimat yang membuat Bella murka ditambah lagi dengan satu foto yang terselip di sana menunjukkan objek dirinya bersama Kevin.

Pikirannya berkecamuk, andai saja yang mengambil surat tersebut bukan dirinya melainkan Arga? Mungkin hubungan mereka akan bertambah renggang atau kemungkinan buruknya hubungan mereka akan berakhir.

Malam ini Bella tidak bisa tidur dengan tenang, memikirkan siapa pelakunya.

...

"Alen," gumam gibran dalam tidurnya.

"Maaf, abang minta maaf, Tolong jangan lompat." Rancaunya

Napasnya memburu, keringat dingin mengucur dari pelipis.

"AAAAkhhh," gibran terduduk si kasusnya, kepalanya pusing karena terbangun dari tidur langsung duduk.

Mimpinya malam ini benar-benar buruk, tangannya memijit keningnya pelan bermaksud meredakan pusing di kepalanya.

"Alen?" Lirihnya, dan pikiranya berkelana memutar kembali adegan di mimpinya.

Di mimpinya alen terlihat putus asa terlihat dari raut wajahnya yang berantakan, tatapan kosong namun air matanya mengalir deras.

Berdiri di atas gedung tinggi lebih tepatnya gedung di tempat perusahaan Gibran. Dirinya disana meraung-raung histeris sambil mengucapkan kata maaf, bermaksud untuk mengagalkan aksi gila Alen.

Apa lagi kalau bukan melompat dari atas gedung tinggi, yang bisa membuat kepala pecah atau bahkan buruknya anggota badan terpisah-pisah akibat hantaman kuat.

Terus meminta maaf dan berjanji akan selalu menyayanginya, tidak lagi membeda-bedakan apalagi menyalahkan Alen atas kematian orang tua mereka.

Karena pada dasarnya memang tidak ada yang perlu disalahkan. Kematian orang tua mereka merupakan takdir yang di tulis tuhan.

Namun di mimpinya Alen tidak mengindahkan maaf Gibran, seakan-akan semuanya sudah terlambat dan itu keputusan bulat untuk Alen. Gibran berteriak histeris sebelum bangun dari mimpinya, gibran menyaksikan Alen terjun bebas ke bawah.

Benar-benar membuat jantung gibran berdegub keras padahal hanya mimpi, bagaimana jika memang terjadi?

memulai kembali dari awal adalah keputusan terbaik,  sebelum kejadian yang tak di inginkan akan berakibat fatal.

Tapi yang namanya Gibran yang sudah mendapat mimpi buruk seperti itu gengsinya masih saja dikedepankan.

Jujur Gibran ingin sekali memeluk tubuh adik perempuannya yang satu itu, mengusap kepalanya sayang. Tapi ego selalu menguasainya di tambah dengan kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Leo maupun Kevin. Membuat ego nya untuk membeci Alen semakin besar.

Gibran mengusap wajahnya kasar, beranjak dari tempat tidur pergi ke kamar mandi. Membasuh mukanya yang terlihat kusam.

Jam 03:00 menunjukkan bahwa masih pagi sekali untuk seorang Gibran bangun.

Keluar dari kamar mandi kemudian duduk di depan lemari. Menarik handle lemarinya pelan, disitu terlihat beberapa barang kenangan dari orang tuanya. Di ambilnya sebuah photo keluarga yang menampakkan senyuman bahagia dari mereka, membuat Gibran tanpa sadar ikut tersenyum.

Mengambil lagi sebuah hadiah dari mendiang ibunya, sebuah sapu tangan yang di jahit ibunya sendiri. Jahitanya sangatlah indah dan rapi di tengah-tengahnya terdapat jahitan wajah yang mirip dengan wajahnya ketika masih remaja.

Huh! Ibunya sangat mengagumkan untuk urusan seni, membuat gejolak rindu Gibran pada ibunya membuncah keluar. Menangis pelan tanpa suara.

Kini tangannya beralih memegang sebuah photo kedua adik manisnya yang masih bocah sedang merangkul satu sama lain.

Manik matanya fokus di wajah Alen kecil, senyumanya terlihat sangat manis. Tatapan kebahagian terpancar dari photo tersebut sebelum kejadian buruk terjadi. Dirinya dengan mudah membuat senyuman dan tatapannya yang cerah dulu meredup seketika. Bagaimana dirinya mencaci maki dan memperlakukan Alen berbeda dari adiknya yang lain.

Bagaimana perasaan Alen dulu?

"Maafin abang len, mulai sekarang abang lo ini bakalan berubah. Bawa kamu pulang kerumah lalu memulai dari awal." lirihnya.

.....
TBC

Minggu, 04 juli 2021
Revisi: Kamis, 19 Agustus 2021

ARLEN Where stories live. Discover now