44. Tersangka 2

369 101 13
                                    

Selamat membaca
______________________

Flasback on

Terlihat kakak dan adik yang asik mengobrol di kursi taman sambil memakan es creamnya masing-masing membuat kedua orang tua mereka tersenyum hangat.

Umur dua bersaudari ini tidak beda jauh, Sila indramayu yang berumur 10 tahun dan Adira indramayu yang berumur 7 tahun.

"Adira," panggil oleh si kakak

"Eung..." adira menoleh mengerjabkan mata bulatnya menatap sang kakak.

"Kak sila mau minta es cream Dira, boleh?" Ucap sila penuh harap karena es cream dia sudah habis sedangkan punya adiknya masih terlihat banyak.

Dira menyodorkan es creamnya pada sila. "Jangan banyak-banyak ya?" Jawab dira dengan tampang seolah mengancam.

"Iya, dikit aja kok."

Sila memakan satu gigitan. "Makasih dira," ucap sila yang terdengar senang.

"Sama-sama." Dira tersenyum lucu.

"Sila, Adira ayo ikut mama kesana." Ajak sang mama sambil menunjuk ayahnya yang di seberang jalan.

Sila dan Adira yang melihat ayahnya yang tengah melambai. "Ayok ma," jawab mereka semangat.

Jalanan sepi, karena memang taman ini tidak terlalu ramai dan juga jalanan selalu lenggang dan aman. Jadi, orang tua yang disebut mama itu membiarkan kedua anaknya berjalan duluan sambil bergandengan tangan.

Tanpa tahu dari arah kiri ada mobil yang melaju kencang dan....

Brak

Genangan darah berceceran kemana-mana, korban yang tertabrak terpental, sedangkan yang menabrak sudah melarikan diri.

"Sila, dira!" Ibu itu terdiam kaku mencerna kejadian yang baru terjadi.

Ayahnya yang berada di seberang jalan dengan cepat berlari mendatangi kedua anaknya.

"Dira, Sila!" Panik ayahnya sambil menepuk pelan pipi kedua anaknya.

"Pak, ayok pak saya antar ke rumah sakit."

Ayah si korban mengangguk dan membawa kedua anaknya masuk kedalam mobil orang yang kebetulan juga di lokasi kejadian.

Sedangkan si ibu tertinggal masih di pinggir jalan taman terisak menyesali kecerobohannya.

***

Tiga bulan setelah kejadian tersebut berlalu, Sila salah satu korban tabrak lari itu siuman dari komanya.

"Ma, Adira mana?" itu pertanyaan kali pertama dirinya bangun.

Mendengar peetanyaan anak pertamanya membuat orang tua itu menangis.

Sila kebingungan kenapa mama-nya ini menangis?

"Mama jangan nangis," ucap sang anak mencoba menenangkan mama-nya.

"Maafin mama Sila," ucap mama-nya lirih.

"Mama kenapa minta maaf?" Tanyanya polos ikut sedih ketika mama-nya menangis di depan matanya.

"Gara-gara mama adik kamu Adira meninggal."

Setalah mendengar kabar itu Sila mematung, untuk anak 10 tahun sepertinya paham dari kata 'meninggal'.

Sejak saat itulah Sila tidak pernah menyinggung nama Adiknya di depan mama, takut jika mama-nya akan kambuh yang terus menerus menyalahkan dirinya hingga bisa melakukan hal yang tak terduga.

Pihak keluarga Sila sudah melaporkan ke pihak berwajib atas kejadian itu, tapi tidak membuahkan hasil yang adil untuk keluarga Sila.

Ayah Sila sempat mengalami depresi saat berjuang untuk mendapatkan keadilan.

Tapi sekali lagi, keluarga Sila hanyalah keluarga dari kalangan ekonomi bawah tidak mampu untuk melawan pelaku yang notabenya adalah orang yang berduit dan bisa menipulasi fakta.

Itu yang Sila curi-curi dengar dari pembicaraan ayahnya pada sang kerabat.

Ingatan Sila masih bagus walaupun sempat koma dalam 3 bulan, sedikit terbesit rupa salah satu penumpang yang menabrak dirinya dan juga adiknya.

Hingga saat dia mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di sekolah yang bagus, Sila tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Sila yang riang karena hari itu hari pertama sekolah di jenjang SMA membuat senyuman itu terus tercetak di bibir tipisnya.

Tepat ketika di depan gerbang sekolah, Sila melunturkan senyumnya saat melihat jelas sekali sosok pelaku yang tidak bertanggung jawab itu tengah mengusap kepala seorang anak yang Sila tebak adalah anaknya.

Walau rupanya sekarang tidak seperti dahulu karena kerutan-kerutan di wajah orang tua itu, tapi Sila yakin jika mereka yang Sila cari selama ini.

Flasback off

Alen terdiam setelah selesai mendengar cerita Sila dengan air mata mengalir.

"Gimana posisi lo saat ada di situasi gue?" tanya Sila tajam.

"Apa lo juga bakal ngelakuin hal yang sama kayak gue? hancurin keluarga lo?"

"Keluarga gue udah hancur sil," jawab Alen pelan.

"Maaf atas kesalahan orang tua gue dulu,"

Sila tertawa

"Suruh nyokap bokap lo minta maaf langsung di hadapan keluaga gue, bertanggung jawab sama kesalahannya dulu."

Alen menatap sendu Sila. "Mereka udah gak ada."

"Gue bakalan minta maaf langsung di hadapan keluarga lo atas nama orang tua gue."

Sila terdiam tidak menjawab apapun.

***

TBC

Minggu, 09 Januari 2022

Maaf kalo gaje haha...otak aku udah buntu mikirin alur ceritanya 🙂



















ARLEN Where stories live. Discover now