05. Teman ribut

109 92 76
                                    

"Di Dunia ini memang harus ada yang menyebalkan agar hidup tidak begitu hampa bukan?"

•••

Sudah kedua hari sejak papa Khanza yaitu Nofan di rawat di rumah sakit, dan hari ini adalah hari terakhir ia di rawat, sore ini sudah di perbolehkan untuk pulang karena kondisinya sudah mulai membaik dari sebelumnya.

Khanza dan kakak-kakaknya masih setia menemani papa nya disana.

"mau berangkat jam berapa ma?" tanya Radit.

"selesai mama merapihkan pakaian papa dulu," jawab mamanya, Radit hanya mengangguk mengerti.

"oh iya za, kamu ikut pulang sama kak Abi aja ya, kasian dia pulang sendiri kalau kamu ikut bareng mama sama papa," ucap mamanya.

"ish gamau ma, kak Abi tuh ngeselin gamau pokoknya, yakali aku bareng dia," tolak Khanza

"kamu pikir kakak mau? kakak juga gamau kali pulang sama kamu, pede!" ucap Abi tidak mau kalah.

"lagi juga gapapa kali mah kalo Abi harus pulang sendirian, kan udah terbiasa," ucap Abi sembari melirik kearah Khanza yang sudah memasang wajah masamnya.

"gak, gaboleh! kalian harus pulang bareng, biar kalian tuh deket dan ga ribut terus, mama pengen deh sekali aja liat kalian akrab," ucap mamanya membuat Khanza menghela nafasnya panjang.

"ma, bukanya tambah deket malah tambah ribut yang ada, lagi juga kak Abi itu....." ucap Khanza terpotong.

"shutt udah gausah nolak, lagi pula kalau kamu ikut sama kita mobilnya ga muat" ucap Radit yang sudah pusing dengan perdebatan kedua manusia ini.

"kak Radit ih, muat lah kan badan aku kecil dan mungil, lagi juga kalian cuma bertiga aku bisa bisa duduk di belakang kok gapapa sumpah gapapa," bujuk Khanza karena ia benar benar tidak mau jika harus satu mobil dengan Abi.

"ngga, ga muat, di belakang penuh." tolak Radit.

"yaudah aku mau naik taksi aja, kalau gitu," putus Khanza.

"Khanza," panggil sang papa yang sedari tadi hanya melihat interaksi istri dan anak-anaknya itu.

"apa pa?" tanya khanza.

"pulang sama kak Abi ya?"

"tapi pa...kak Abi..." ucap Khanza terpotong.

"eish gaboleh nolak, kalian itu adik kakak jadi harus akrab dong, masa ribut terus," ucap papanya membuat Khanza kesal maksimal, tapi harus tetap di tahan, ia tidak bisa menolak jika papa nya yang meminta.

"tuh dengerin!" kata Abi membuat Khanza meliriknya sinis.

"ish kakak tuh yang dengerin, ngeselin banget si punya kakak kaya kak Abi, aku lebih milih kak Radit ada 10 daripada kak Abi ada 1!" balas Khanza membuat Abi terdiam.

"Khanza gaboleh ngomong kaya gitu, minta maap sama kakak kamu!" ucap papanya membuat Khanza menyesali perkataannya.

"e-ee iyaa pa, maap kak aku cuma becanda," ucap Khanza sedikit menyesal dengan ucapannya barusan apalagi melihat respon Abi yang hanya diam biasanya Abi akan membalas tapi tadi ia hanya diam.

"yaudah yuk pulang, mama sudah selesai," ucap mamanya karena sudah selesai merapihkan semua pakaian dan barang barang suaminya.

"ayo pa," ucap Radit sembari menuntun papanya untuk duduk di kursi roda karena masih sedikit lemas untuk berjalan.

"ayo Za, ko diem aja si," ajak mamanya.

Dengan malas Khanza pun mulai melangkahkan kakinya mengikuti keluarga nya dari belakang karena malas jika harus berjalan beriringan.

KHANZAWhere stories live. Discover now