Mengerti situasi, Alsa membawa Darren ke dalam meninggalkan Alderian yang masih berada disana. Pria itu membungkuk didepan Kana yang masih terlelap lalu mengusap pipi Kana.

"Kana," panggil Alderian pelan, matanya terpaku pada sudut bibir gadis itu, disana ada sobekan kecil. Alderian baru bisa melihatnya dalam jarak sedekat ini. Entah kenapa darahnya mendidih, sebenarnya perlakuan seperti apa yang Kana dapatkan di pesta tadi? Apakah keputusan Alderian sudah benar untuk tidak memberi pelajaran pada mereka?

Tanpa sadar Alderian mengusap luka itu membuat Kana meringis, Alderian mengerjap. Sadar bahwa Kana terbangun dia langsung menjauhkan wajahnya.

Sedikit linglung, Kana melihat Alderian berdiri didepan pintu mobil yang terbuka "Eh udah nyampe, loh Darren mana?"

"Udah dibawa masuk sama Alsa, kamu bisa jalan?"

Kana mengangguk pelan, ia keluar dari mobil sambil meringis memegang kepalanya, wajahnya juga mulai terasa berkedut lagi.

Melihat hal itu Alderian mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Kana hati-hati sembari merapikan rambut gadis itu "Sakit?"

Kana terpaku untuk sejenak kemudian menggeleng, dia menunduk ketika sebelah tangan Alderian tampak menunggu. Tersenyum kecil, Kana memegang tangan itu dan langsung saja Alderian merangkul bahu Kana, menuntunnya jalan ke dalam Mansion dengan hati-hati.

***

"KANA BRENGSEKK!!!"

Saat masuk ke kamarnya Aletta langsung melempar semua kado-kado yang tersusun rapih diatas tempat tidurnya, wajah gadis itu memerah menahan amarah yang sedari tadi ingin meledak didepan semua orang.

Dengan nafas memburu Aletta duduk diujung kasurnya, pestanya kacau. Sejujurnya, Aletta memang menginginkan pestanya kacau seperti yang sudah-sudah tapi bukan kekacauan yang seperti ini.

Harusnya rencananya berjalan dengan lancar, seharusnya Kana tetap berada disana dipukuli oleh Andira di depan semua orang, tapi kenapa? Kenapa Alderian harus datang, padahal Aletta sudah menyuruh orang untuk berjaga didepan pintu agar orang yang tidak ada dalam undangan tidak bisa masuk ke pesta.

"KANAAAA!!!!" Aletta menjerit penuh emosi

Tok tok tok

Aletta menahan nafas ketika suara ketukan pintu kamarnya terdengar, dia menatap kado-kado yang berserakan dilantai. Dengan cepat Aletta berdiri dan memungut semuanya, dia menyusun kado-kado itu diatas tempat tidur secepat mungkin.

Orang-orang tidak boleh melihatnya seperti ini, dia harus terlihat seperti biasa, menjadi gadis lembut dan rapuh.

"Dek, ini kakak"

Mendengar suara Ren, Aletta yang tadinya ingin merapikan make up nya yang tampak acak-acakan langsung terhenti. Dia menyeringai ketika satu ide muncul dikepalanya.

Aletta merapikan sedikit rambutnya, maskara nya yang sudah luntur dia biarkan, justru Aletta semakin melunturkan maskara itu dengan airmata. Merasa sudah puas dengan penampilannya, Aletta berjalan kedepan pintu sambil memasang wajah sesedih mungkin.

"Kak Ren, maaf ya kak aku lama bukainnya" ujar Aletta dengan nada lemah

Ren memperhatikan adik perempuannya itu dengan prihatin, dia baru saja pulang dari acara kampusnya, Ren berniat menyempatkan diri hadir di pesta ulang tahun Aletta meski terlambat tapi saat dia pulang ternyata pestanya selesai lebih cepat dari yang seharusnya.

Ren tau ada yang tidak beres apalagi ketika dia bertemu Arsa didepan gerbang, wajah pemuda itu sangat lesu. Saat Ren bertanya, Arsa hanya menghela nafas dan menyuruhnya agar menemani Aletta malam ini karena Arsa tiba-tiba mendapat panggilan mendadak dari rumah sakit.

REBIRTH : ALDANA [AGRIENT STORY KE-1]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang