"Dia hanya anak jalanan! Untuk apa aku minta maaf pada anak rendahan sepertinya?!" balas si pemilik toko dengan nada tak terima.

"Mau anak jalanan atau bos besar sekalipun, permintaan maaf tidak akan membuat harga dirimu jatuh, Tuan! Tidak ada salahnya meminta maaf dengan tulus saat kau melakukan kesalahan. Kita semua manusia, tidak luput dari kesalahan. Aku seorang guru, aku bahkan minta maaf pada muridku jika aku melakukan kesalahan."

Nada suara Beomgyu yang menaik membuat mereka menjadi bahan tontonan orang-orang yang berada dalam toko tersebut, bahkan beberapa di antaranya ada yang berbisik-bisik dengan lirikan sinis terhadap si pemilik toko. Dengan terpaksa, pria itu mengembuskan napas panjang kemudian berlutut, berhadapan dengan sang anak. "Aku minta maaf karena sudah mendorongmu."

Anak itu mendongak, meminta penjelasan pada pemuda di sisinya. Beomgyu tersenyum seraya mengusap kepalanya dengan halus. "Dia minta maaf padamu." Anak kecil itu pun menganggukan kepalanya dan tersenyum kecil.

Nah, masalah sudah selesai, pikirnya. "Ayo, sayang. Mau beli roti apa?"

Karyawan pun melayani Beomgyu dan anak kecil itu dengan baik. Setelah membeli beberapa potong roti, mereka berdua lantas keluar dari toko tersebut.

Karena sudah terlanjur lapar, Beomgyu akhirnya mengajak anak itu untuk duduk bersama di bangku taman. Ia membelikannya sebotol susu lalu sama-sama menyantap roti daging tersebut dengan khidmat. Anak kecil itu tersenyum, berterima kasih banyak pada Beomgyu karena sudah banyak membantunya, membelikan roti daging dan juga susu untuk adiknya. Anak itu akhirnya bercerita kalau dirinya besar di Panti Asuhan yang hampir ingin digusur karena kekurangan biaya. Untuk menyelamatkan tempat tinggal, mereka pun memutuskan membuat gelang dan menjualnya secara berpencar.

Mendengar cerita anak itu, Beomgyu jadi teringat pada Felix yang harus berjuang di usia muda agar bisa membayar uang sewa apartemen, tempat tinggalnya dulu.

"Kau menjual gelang?" tanya Beomgyu.

Sambil mengunyah, anak manis itu menganggukan kepalanya. "Aku juga menjual bahan-bahan untuk membuat gelangnya."

Beomgyu gemas. Ia membersihkan sudut pipi anak tersebut dengan sapu tangan dan melihat beberapa pasang gelang yang ditunjukkannya. "Manis sekali," pujinya tulus. "Bisa tunjukkan padaku bagaimana cara membuatnya?"

Dengan senang hati, anak itu menunjukkan pada Beomgyu bagaimana cara membuat gelang tersebut dari manik-manik yang ia jual. Usai membuatnya satu, Beomgyu tersenyum puas kemudian mengenakannya di pergelangan sebelah kiri.

"Siapa namamu?" tanya Beomgyu lagi.

Anak itu membalas, "Orang-orang memanggilku Jeongmin."

"Tunjukkan tempat tinggalmu, ya? Aku akan mengantarmu pulang."

Selesai makan, Beomgyu menggandeng tangan Jeongmin, membiarkan anak itu memimpin jalan. Tas yang berisikan gelang dan manik-manik itu, Beomgyu sampirkan di bahunya. Jarak dari taman ke tempat tinggal anak itu tampaknya masih cukup jauh, Beomgyu khawatir kalau anak manis itu akan kelelahan, tapi Jeongmin masih setia menunjukkan wajahnya yang ceria tanda masih semangat.

 Jarak dari taman ke tempat tinggal anak itu tampaknya masih cukup jauh, Beomgyu khawatir kalau anak manis itu akan kelelahan, tapi Jeongmin masih setia menunjukkan wajahnya yang ceria tanda masih semangat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
『 Secret Admirer 』 ― Taegyu ✅Where stories live. Discover now