「 33 : One More Step 」

Mulai dari awal
                                        

Hangyu menatap penuh perhitungan pada Jeno, yang berdiri di depannya sambil menunjukkan ekspresi kelewat datar yang mengintimidasi. Tatapan mata pemuda bersurai hitam legam itu masih berkilat merah, namun anehnya seolah Hangyu tak menemukan cahaya kehidupan dalam sorot mata yang menusuk itu.

‘Jika kita nekat, aku tidak tahu apa yang akan dilakukan anak sialan itu. Aku harus lebih berhati-hati.’ Hangyu membatin dalam hati. Insting wolfnya sudah memberinya peringatan untuk menjaga jarak amannya dari Jeno.

“Hei, bung. Tidak perlu takut, ini hanya 'obat' biasa yang akan memberikanmu ketenangan batin serta pikiran. Aku tahu hidupmu pasti mengalami banyak kesulitan, jadi aku ingin merekomendasikan ‘benda’ ini padamu, supaya kau bisa sedikit merasakan kebahagiaan melalui ‘benda’ ini,” ujar Hangyu sambil mengangkat tangan kanannya yang mengepal. Ia tidak mungkin menunjukkan alat suntik yang sudah patah menjadi dua pada Jeno.

King justru terkekeh sinis. “How funny. Bahkan sampai detik inipun, kau masih menganggapku sebagai orang bodoh yang tidak tahu apa-apa.” Seringaian kecil tersungging dibibir tipis milik Jeno.

“Kenapa pula kau menyembunyikan jati dirimu yang sebenarnya? Jangan memandang rendah kami, dasar anak culun!” seru salah seorang dari kawanan Hangyu yang Jeno tidak ketahui namanya. 

‘Ternyata cukup banyak anak yang mau-mau saja menjadi pengikut Hangyu. Hahahaha, menyedihkan sekali.’ King tertawa meledek dalam hati.

“Tidak. Sebenarnya aku tidak berniat menyembunyikan jati diriku, ataupun berusaha menunjukkan diriku yang sebenarnya. Bukankah seharusnya kalian senang baru mengetahui ini menjelang kelulusan sekolah? Dengan begitu tidak ada yang bisa menggeser reputasi kalian sebagai ‘anak-anak paling berkuasa dan berpengaruh’ di sekolah ini. Benar begitu?” King membuat tanda kutip menggunakan jari-jari tangan Jeno. Agaknya King senang ketika mengambil alih tubuh inangnya, dia jadi bisa leluasa bergerak layaknya manusia pada umumnya dan menggunakan anggota tubuh Jeno lainnya yang tidak dia miliki dalam wujud wolfnya.

Senyuman remeh yang ditampilkan King menggunakan wajah Jeno cukup membuat harga diri Hangyu tersentil dan membuat emosinya mendidih.

“Apa maksudmu?! Jangan berlagak tinggi hanya karena kau juga seorang Alpha! Kau ingin menantangku, hah?!” Iris mata Hangyu sontak menyala merah, yang menunjukkan betapa tersinggungnya pemuda itu atas perkataan yang keluar dari mulut Jeno.

“Hm...Jika itu yang kau tangkap dari perkataanku, ayo saja. Siapa takut?” King justru memprovokasi Hangyu.

“Gyu, kau yakin akan melawannya di sini?” Taehan bertanya sebelum Hangyu benar-benar melawan Jeno di dalam sekolah.

“Si brengsek ini sudah merendahkan harga diriku. Aku tidak boleh membiarkan dia pergi tanpa mendapat ganjaran atas ucapannya tadi.” Hangyu menjawab dengan Alpha tone yang rendah.

Taehan tidak berani membantah. Hangyu lebih dominan darinya, salah-salah bisa dirinya yang menjadi korban emosi Hangyu. Lantas pemuda itu memberi jarak antara dirinya dan Hangyu, begitu pula ke-empat kawan mereka yang berstatus Beta. Tak ada yang berani membawa diri mereka maju menahan Hangyu.

Kini kedua Alpha muda itu saling berhadapan dengan aura yang mencekam. Hangyu yang diselimuti emosi dan Jeno yang tampak tenang namun aura intimidasi masih terpancar kuat dari tubuh pemuda bersurai gelap itu.

“Kalau aku tidak sengaja menghabisi mereka, apa kau akan menerima hukuman berat?” King bertanya terlebih dulu, sekedar memastikan. Takutnya Jeno akan menerima sanksi berat jika dia kelewatan batas membalas perbuatan anak-anak itu nantinya.

Didalam, Jeno termenung seraya berpikir. “Mungkin. Tergantung siapa dulu yang maju memulai pertikaian. Akan lebih baik lagi jika ada seseorang yang bisa menjadi saksi perkelahian nanti,” ujar Jeno.

Our Fate 「 The Jung 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang