epilog. Mulai dari Awal dengan Cahaya Baru

113 12 12
                                    

"Apa yang terjadi hari ini merupakan awal baru dari kejadian kemarin, mengikuti cahaya yang lebih terang, juga harapan yang semakin melebar luas."

Hampir dua bulan semenjak keluarnya Lentera dari rumah perawatannya selama 3 tahun terakhir, dimana sekarang cowok itu akan fokus di rumah bersama pekerjaan barunya sebagai penulis lagu dibantu oleh Ami yang bertugas sebagai asistennya. Dengan terhubung bersama Om Thoriq—Kakak Ayahnya—yang sudah cukup terkenal dalam dunia musik Indonesia, Lentera memulai debutnya sebagai penulis lagu sebulan setelah keluarnya dari rumah rawat dengan lagu 'Lebih Dari Bintang' yang telah disempurnakan lagi olehnya.

Dapat bantuan pula dari Jordi.

Lentera yang mendatangi cowok itu awalnya, berbicara berdua dengan Jordi di apartemennya dan mereka dapat mengeluarkan amarah masing-masing sebelum saling merangkul seakan sebelumnya mereka tidak pernah saling mengumpat. Temannya itu ternyata lebih kekanakan dari yang Lentera pikiran, apalagi bagaimana Jordi menggambarkan Lentera yang seperti matahari. Sulit untuk cowok itu kejar bahkan melampauinya pun Jordi tidak sanggup. Sehingga cowok itu melakukan cara licik yang membuat hubungan keduanya merenggang.

Namun hal itu sudah berlalu, keduanya telah saling memaafkan dengan kepala yang lebih dingin dan sifat yang lebih dewasa.

"Selamat, ya, Kak!" Zidan memeluk cowok itu, bangga sekali karena lagu Kakaknya dinyanyikan oleh salah satu penyanyi solo Indonesia yang lumayan terkenal belakangan ini. Sosok yang bahkan tidak pernah Lentera bayangkan. "Mana yang nyanyiin Rafika, cewek yang pernah Kakak—umphhhhh!" cowok itu menoleh cepat karena Marko menahan mulutnya dan melirik Kak Ami yang sejak tadi memasang wajah kusut seakan-akan gadis itu sedang bad mood untuk beberapa hal.

"Tapi gue beneran amaze kalo Rafika jadi penyanyi baru, menang Indonesian Idol tahun ini. Wow.." racau Adnan, membayangkan perempuan bermata bulat yang selalu kejar-kejaran rangking dengan Lentera sewaktu SMA. "Beneran, loh, Rafika kan gak pernah nyanyi!"

"Atau mungkin, dia emang sembunyiin kemampuannya?" balas Wira menerka-terka. "Ah, pokoknya congrats ma bro! Akhirnya Lentera beneran jadi penulis lagu. Gue udah bilang, kan, kalau musik dan lo itu dua hal yang gak bisa dipisahin," ucapnya, penuh dengan penekanan.

Lentera hanya tertawa, memeluk karangan bunga yang diberikan Lia, sahabat dari Adiknya yang sedang berbicara dengan Ami. "Kalian mau makan apa? Gue traktir—"

"Pizza, Bang!" sahut Heri yang baru saja datang, disusul kepala Erina, Felix dan Salsa yang menyembul. Sebelum Jihan mendorong ketiga orang itu bersama Samudera di sampingnya karena gadis itu mau masuk membawa bunga lain untuk Tera. "Bang Ter, selamatt! Aku udah dengerin lagu yang dinyanyiin Rafika. Asli, sih, lagunya bikin baper banget, huhu."

Lentera menerima bunga dari gadis itu, mulai merabanya dan mencium harum dari bunga yang diberikan. "Mawar?"

"Betul! Pinter, pinter. Nggak kayak Adeknya—"

Zidan mendengkus. "Oke, makan mie ayam aja. Kane."

"Mie ayam muluu!" gerutu Heri lalu dua orang itu bergelut antara pizza atau mie ayam. Sampai akhirnya Ami memesan nasi padang saja biar lebih kenyang dan sehat daripada dua makanan itu.

Setelah keramaian yang disebabkan sahabatnya, akhirnya rumah Zidan dan Lentera perlahan sepi dimana sekarang hanya tersisa Zidan dan Lentera di ruang kamar yang sudah bergabung dengan ruang kerja Kakaknya—yang dulunya merupakan ruang belajar untuk mereka jika ruang belajar di bawah dipakai Papa untuk rapat bersama klien. Lelaki itu melirik Zidan melalui petikan gitar yang dimainkan Adiknya itu, tersenyum tipis.

"Kamu beneran mau lanjutin belajar ke IU? Padahal Papa udah kasih kebebasan buat kamu," tanya cowok itu heran. Teringat lagi saat dimana Zidan keluar dari rumah sakit dan berkata bahwa cowok itu akan tetap melanjutkan studinya untuk AI.

Zidan tersenyum tipis. "Kak, aku ke musik itu karena Kakak. Tapi sekarang, Kakak udah bisa jadi apa yang Kakak inginkan, dan aku ... mau lanjutin ini soalnya, ya, kerja di AI menjajikan," sadar bahwa jawabannya itu terkesan aneh, cowok itu tertawa pelan. "Maksudnya, ya, Kak Ter. Aku gapapa lanjut kuliah di sana, yang penting Papa gak maksa aku les sana-sini. Aku pengin punya waktu sendiri juga, gak cuma soal belajar dan belajar. Bagiku, yang salah dari Papa itu karena beliau nuntut aku buat jadi nomor 1 di sekolah dan dikasih belajar lebih dari yang seharusnya. Sekarang aku bebas, dan aku benar-benar bahagia," ia menjelaskan, membuat Kakaknya terlihat tertawa sebelum mengangguk paham.

"Kamu gak takut kalo misal Lia nanti diambil orang karena cowoknya malah kuliah di luar negeri?"

"Dih, emang ada yang mau sama Lia," balasnya, sebelum tersenyum kecut. "Kak, aku sama Lia cuma sahabatan. Friendzone, Kak, friendzone!" ia berkata ketus, agak mengomel karena Lentera masih saja meledeknya soal Lia. Padahal sudah jelas cewek itu akan selalu menolaknya jika Zidan menembaknya lagi.

Sudah cukup. Sekarang Zidan mau biasa saja—atau dia mencoba untuk biasa saja.

"Yaudah, intinya kalo kamu capek. Kamu tahu, kan, harus apa?" ia mengajukan pertanyaan, tersenyum kecil kepada Zidan meskipun tatapannya tampak kosong dan arahnya terlalu jauh dari seharusnya dimana Zidan berdiri.

Sedangkan Adiknya itu tertawa, merangkul Kakaknya, berkata lantang. "Istirahat, jangan maksain diri. Karena setiap manusia punya kapasitasnya masing-masing jadi jangan maksa!"

FIN

a.n

SUDAHHH YAYYY. Terima kasih buat kalian yang telah membaca cerita ini, menemani Zidan dan Lentera mencari cahaya mereka dan sekarang kalian pasti udah tahu jawaban siapa yang menginginkan kehidupan normal? Sudah jelas dua-duanya haha. Aku benar-benar gak nyangka bisa menyelesaikan Glow dengan ending yang menyenangkan dan aku harap kalian tidak kecewa mengenai keputusan Zidan untuk meneruskan buat kuliah bidang AI wkwk soalnya Zidan emang dari awal tuh sayanggg banget Abangnya, semua yang Lentera suka dia ikutin saking sukanya dia sama Tera, makanya musik itu bagian dari Lentera dan pas Tera udah dapetin bagian dia, Zidan juga udah gak lagi mikirin musik :D sekarang dia istilahnya remaja yang sedang mencari tujuan hidup dia yang dari awal berantakan (aduh bahas apaan sih)

Aku mau promosi series ketiga dan pertama dari brothership series! Kalau berkenan silakan baca, ya! Hehe terima kasihh sekali lagi!

Aku mau promosi series ketiga dan pertama dari brothership series! Kalau berkenan silakan baca, ya! Hehe terima kasihh sekali lagi!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

bye bye~

bye bye~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
GlowWhere stories live. Discover now