0. awal yang orang-orang lihat

234 18 9
                                    

"Coba tebak, apa memang keluarga ini adalah keluarga bahagia?"

P r o l o g

Di dunia ini, orang-orang mengenal bahwa hidup yang tidak mereka jalani selalu terlihat sempurna dan menyenangkan.

Ketika pesta di aula Hotel Resmana itu begitu ramai dan meriah, di sisi lain lelaki berumur 16 tahun itu tampak bosan dan ingin cepat-cepat pulang. Berkali-kali dia harus memasang senyum lebar dan wajah secerah mentari pagi alih-alih muram dan jutek.

Sembari membawa ponselnya yang terus bergetar karena pesan masuk dari grup yang dibuat Heri 1 setengah tahun lalu, Zidan berjalan ke sudut aula yang lebih sepi dan mengeluarkan puntung rokok. Tetapi cowok itu tidak menyalakan apinya, dia hanya bersikap seolah-olah tengah menyesap sebatang nikotin itu sembari menatap sederet pesan masuk dari ketiga sahabatnya yang berisik kalau Zidan bilang bahwa cowok itu akan pergi ke pesta bisnis bersama Papa dan Mamanya.

*grup F4 kw*

Januhari : Gk gtu anjir

Samudera : apanya? Lo emg bakal kena semprot bu sukma klo kagak potong rambut

Januhari : Bu sukma itu gk tau style bgt
Januhari : Pdhl rambut gue cuma gondrong dikitt

Felixian : Dikit2 lama2 jd bukit btw

Samudera : Bukan jd bukit lix, tp jd rambut kunti

Januhari : Ntar gua potong rambut abis uas sih
Januhari : Santai
Januhari : Eh bsk belajar enaknya dimana lg?

Samudera : Rumah zidan aja

Felixian : Bknnya bang tera bsk pulang ke rumah zidan?

Samudera : Oh iya 😁
Samudera : Ok rumah heri👌

Januhari : APAAN
Januhari : GAK

Felixian : Ydh rumah gue lg 😇
Felixian : Ini zidan baca doang? Sawan lo?

Zidan : Jari gue td kepentok, jd sakit kalo dibuat ngetik hehe
Zidan : Canda
Zidan : WOI BALES SU😡

Januhari : Bales

Zidan : Bukan gtu maemunah😱

Felixian : Lo sendiri? Tumben gk bareng lia

Zidan : Lia ada kok, tp dia lg ditarik bokap nyokapnya
Zidan : Eh itu dia cewek gue dateng wkwk canda cewek😛
Zidan : LAH KOK CUMA DIREAD SU?

Samudera : Agak kasian kejebak prenjon

Januhari : Mending minum mizone

Felixian : Enakan pocari sweat kalii

Samudera : Gue lebih suka teh pucuk sih

"Masih aja mainin puntung rokok! Untung,  nggak ada tamu yang dateng ke area sini."

Ketika puntung rokok yang tadi masih dia pegang telah direbut paksa oleh Lia, cowok itu mendongak lalu tersenyum lebar. "Hai, Milea," panggilnya meledek lalu mendapatkan jitakan dari sahabatnya itu.

Lia segera menarik Zidan untuk berdiri lantas keduanya berjalan ke deretan kue kering dan minuman. Sayup-sayup, dari tempat mereka berdiri memakan kue yang disajikan, Zidan dan Lia dapat mendengar percakapan antara kedua orangtua mereka dengan beberapa kolega bisnis yang tidak mereka pahami.

"Udah dua tahun Tera nggak pernah ikut acara gini, Ted. Emang kuliahnya sibuk banget, ya?"

Melirik ke arah Papanya, pria itu terlihat tertawa ringan lalu membalas. "Tera itu emang ambisius banget. Jadi saya juga nggak bisa maksa dia buat sering pulang ke rumah. Biar aja dia belajar di sana, sekalian sesekali mengurus perusahaan cabang."

Para kumpulan orang dewasa itu terlihat tertawa.

"Memang, ya. Tedi dan Wulan itu hebat banget punya dua anak jenius. Rahasianya apa, sih?"

Papa dan Mama saling menatap lalu tersenyum simpul. "Kita juga nggak tahu, karena Tuhan yang kasih semuanya. Sebagai orangtua, kita cuma bisa menjaga dan merawat mereka, kan?"

Lalu kumpulan itu lagi-lagi tertawa ringan dan meninggalkan topik soal anak dan beralih pada topik lain.

Di sisi lain, Zidan hanya menatap potongan kue di hadapannya sambil terkekeh pelan. Lia yang sejak tadi mendengarkan cuma bisa menunduk sembari menggenggam tangan sahabatnya itu, memberi lelaki berumur 16 tahun tersebut kekuatan alih-alih menanyakan apakah Zidan baik-baik saja atau tidak sama sekali. Karena mengenal Zidan dari umur 5 tahun, Lia sangat tahu seperti apa sikap cowok itu dan bagaimana perubahan moodnya.

"Mereka yang bilang bahwa orangtua tugasnya tinggal merawat apa yang diberikan Tuhan, tapi mereka yang merusak apa yang telah diberikan Tuhan. Konyol banget. Rasanya gue pengin ikut ketawa bareng mereka, Li," cowok itu pun menggeleng, wajahnya tampak sedih. "Tapi gue nggak bisa kayak gitu."

"I know, Dan. Udah, ya. Apa kita keluar dari ballroom sekarang?"

Mendengar tawaran Lia, Zidan lantas mengangguk lalu dua orang itu pun keluar. Dimana tangan Lia masih menggenggam tangan lelaki itu, sedangkan Zidan yang hanya ingin menemukan tempat untuk menyembuhkan lukanya.

a.n

Apakah kalian sudah menebak cerita ini akan seperti apa? Btw temanya agak angst ya (bukan agak lagi sih tapi emang gitu wkwk) aku mau buat kisah melodrama dan cerita Glow ini merupakan cerita melodrama kedua ku ehehe. Kalo tanya yang pertama, ceritanya ada di akun FF ku judulnya Hello Stranger (lah kok promosi?!)

Udah ah kebanyakan omong kita. Sampai jumpa di bagian selanjutnya!

GlowWhere stories live. Discover now