9. Burung yang Terkurung

48 8 9
                                    

"Terbang dan pergi ke manapun. Tidak ada tugas, atau kewajiban lain yang membuat perasaan tak nyaman dan ingin menghilang. Tetapi kapan? Kapan dapat terbang dan pergi ke mana saja? Nyatanya, aku adalah burung yang sengaja dikurung dalam sangkar besi dan tak pernah dibiarkan terbang walau cuma satu detik."

6 Tahun Lalu.

Malam itu entah mengapa udara terasa lebih pengap dari biasanya. Dari balik buku yan terbuka dalam posisi berdiri, lelaki bernama Lentera tersebut tengah mencoret-coret halaman dari buku tulisnya yang terbuka dan awalnya menuliskan 1 kalimat dari soal IPS sebagai tugasnya untuk minggu depan. Lelaki itu mengela napas, menatap rintik hujan yang sedikit demi sedikit mulai deras dan menimbulkan bunyi berisik dari benturan tetesan air bersama genting. Bola mata kecilnya bergulir kembali pada ponsel yang layarnya menyala dan menampilkan bubble pesan yang tampak berisik, pun juga suara dari luar sana yang berasal dari ruang di seberang kamarnya. Ruang kamar Zidan yang kini sedang ada Sam menginap dan dua bocah laki-laki itu sepertinya asik bermain tamiya.

Lelaki itu memutuskan berdiri, menyibak hordeng dan membuka jendelanya sedikit membuat udara kamarnya yang terasa pengap kini mulai dingin meskipun sebetulnya pendingin ruangan di kamarnya sudah jelas menyala dan berada di suhu rendah memberikan udara yang harusnya cukup membuat kamar itu lebih dingin dari pada pengap dan sesak. Tapi Tera tahu, dia sangat tahu penyebab kamarnya tetap terasa pengap, karena apa yang dikatakan Mama sore tadi membuat hidup Lentera yang harusnya sedikit lebih bebas malah semakin terkurung.

Dia mungkin tak lagi bertemu dengan les Matematika untuk anak kelas 10, tetapi jadwal kegiatan belajarnya bertambah. Kalau dihitung-hitung lagi, ujian nasional masih tahun depan. Tetapi Lentera sudah berada pada kesibukan siswa kelas 9 disaat mereka masih pada semester ganjil dan hanya ada ujian akhir semester yang menanti di akhir tahun.

"Kamu berhenti dulu ekskulnya Ter. Kan, di SMA nanti bisa gabung ekskul lagi. Gapapa, kan?"

Penyataan beserta pertanyaan Mama masih mengalun dalam pikiran Lentera. Lelaki itu awalnya menggeleng dan menjawab. "Ma, dua minggu lagi ada pentas seni dan aku turut serta di dalamnya. Kenapa nggak nunggu pentas itu selesai?"

Sebelum Mama menjawab, Papa masuk ke dalam kamarnya dengan langkah pelan namun Lentera tahu pria paro baya itu akan berkata penuh diktatkor sampai Tera tak akan mampu menolak. "Dua minggi itu kelamaan, Lentera. Inget, kamu adalah aset keluaraga Aldebaran. Kemarin try out bahasa Indonesia saja kamu dapat 50. Gimana jika besok, try out Matematika kamu yang dapat 50? Malu saya, Lentera!" omelan Papa seperti mesin pemotong rumput yang bila terkena kaki akan sangat mematikan.

Lentera merunduk, tubuhnya bergetar selagi Papanya membungkuk dan menangkup wajah anak sulungnya itu agar dapat menatap mata nya alih-alih mengabaikan orangtuanya sendiri. "Lentera, semua ini demi kebaikan kamu. Papa nggak mungkin lakuin ini kalau kamu nya tidak membuat kesalahan di awal, Tera. Coba ingat, waktu itu kamu mendapat Matematika 0 di SD kelas 2, para saudara menertawakan mu! Malu Papa, MALU!" setiap kalimat diktaktor yang dikeluarkan Papanya seakan mesin motor yang distarter sebelum akhirnya kendaraan roda dua itu melesat keluar dengan kecepatan tinggi.

Lelaki berumur 14 tahun itu lagi-lagi mengangguk. "Iya, Pa."

"Nah, bagus. Jangan lupa hubungi Bu Yuli, dia pembimbing ekskul musik, kan? Bilang dia untuk mencari pengganti mu sekalian," setelah mengatakan itu, Papa pun keluar. Mama masih menenangkan Lentera, mengusap punggung anak sulungnya dengan lembut dan mengatakan bahwa ini adalah pilihan terbaik untuk dirinya, sebelum akhirnya wanita itu keluar dan menutup pintu kamar Lentera rapat.

Meninggalkan si sulung yang menatap kosong langit malam dengan dada yang seperti tercabik-cabik. Dia berdecak, memukul udara kosong dan tidak peduli meskipun ponselnya terus berdering dengan berisik sampai-sampai dia tahu bahwa Wira atau Jodi meneleponnya untuk memastikan alasan Lentera keluar di tengah jadwal latihan mereka yang sangat padat dan begitu mendesak.

GlowWhere stories live. Discover now