11. Kita bisa saja tersesat di antara bait harapan yang punah

43 6 6
                                    

"Kata mu, semua orang bebas bersuara layaknya sila keempat pada Pancasila. Tetapi kenapa bibir ku selalu dipaksa tertutup tanpa boleh bersura untuk menuntut sedikit dari keadilanku sendiri?"

5 Tahun Lalu.

Mungkin orang-orang yang mengatakan masa SMA menyenangkan adalah orang-orang humble yang mudah mendapatkan teman dari mana saja. Coba bayangkan jika kamu seorang yang pendiam, bukan berarti introvert, hanya saja kamu memang pendiam akibat dari kecil selalu dibatasi untuk bergaul dengan orang lain. Sehingga ketika seluruh teman sekelas mu bisa saja sudah membentuk kelompok, kamu hanya duduk di kursi mu sembari menunggu dewi Fortuna datang memberi harapan.

Nyatanya tidak, tidak akan ada dewi Fortuna yang datang kalau kamu saja hanya diam di kursi seperti orang bodoh. Seperti misalnya Lentera, yang sudah dua minggu aktif bersekolah tetapi lingkaran pertemanannya hanya Wira, Jodi, beserta teman ekskul KIR maupun band seperti Bang Brian. Kadang Fika mengajaknya mengobrol di kelas, sekadar bertanya tentang materi yang tidak dipahami. Atau teman sebangkunya, Marko, yang kadang juga ikutan bertanya soal materi atau meminta contekan dan Lentera tidak sepelit itu untuk tidak memberikan Marko contekan tiap ada tugas.

Namun, tetap saja kehidupan SMA Lentera tidak semenyenangkan apa yang dikatakan orang-orang. Lelaki itu bahkan semakin sibuk oleh kegiatan les, dua ekskul dimana salah satunya merupakan ekskul pilihan Mama dan Lentera tak punya nyali untuk menolak.

Akan tetapi, mungkin, ya, mungkin. Kehadiran Fika di dalam kelasnya setiap hari, dapat menyembuhkan sedikit kegelisahan Lentera mengenai masa SMA yang tidak semenyenangkan itu. Gadis itu masih sama seperti dulu, mudah bergaul dengan siapa saja, mudah sekali tersenyum, dan tampak ceria di setiap saat. Meskipun ujian harian sekalipun, Fika dapat mengatasinya dengan senyum kecil. Coba bandingkan dengan Marko, teman sebangku Lentera yang sebelas dua belas dengan Wira, dengar salah seorang guru mereka mengumumkan akan memberikan soal dan dikumpul sebelum pulang sekolah saja, cowok itu sudah mendumal.

Contohnya saja hari ini.

"Duh, tugas lagi, tugas melulu. Kapan ya nggak ada tugas?" cowok dengan rambut jabrik itu tampak mengacak rambutnya yang selalu mencuat dan terlihat kering sembari cemberut. "Ter, muka lo emang nggak sepet. Tapi bisa nggak, sih, ngeluh aja sehari? Ini juga guru PKn, bisanya tiap hari ngasih tugas terus dikumpul sebelum pulang sekolah. Dikira gue Naruto!" gerutu Marko.

Lentera mendelik. "Kenapa Naruto?" cowok itu sebetulnya lebih heran bila Marko sudah mencerocos seperti tadi. Terkadang dia suka membuat kalimat yang perlu berpikir keras untuk memahaminya. Marko itu adalah Wira tapi lebih membuat letih.

Marko menoleh jengkel. "Tera, seriously, masa lo nggak tau? Naruto itu, kan, punya seribu bayangan! Coba lo punya seribu bayangan, lo suruh mereka kerjain tugas, pasti dalam satu detik selesai," dia tampak menggeleng heran. "Dasar, manusia perpustakaan," cibirnya.

"Pinter itu bukan berarti manusia perpustakaan, Ko," balas Lentera santai. "Daripada lo ngedumel terus, mending kerjain buru. Nanti Andi sebelum bel pulang bunyi, pasti izin ke ruang guru buat ngumpulin tugas PKn," katanya, seakan mengingatkan cowok berambut jabrik itu untuk segera menyelesaikan tugas dengan 5 soal di dalamnya tetapi memiliki jawaban berlembar-lembar.

Sedang Marko sudah fokus pada tugasnya, Lentera melirik Bu Tirta yang belum keluar setelah memberikan materi serta tugas yang membuat Marko menggerutu tiap minggunya. Bel istirahat kedua juga belum berdering, sehingga wanita itu sepertinya tengah menunggu bel berbunyi sambil memeriksa tugas dari kelas lain. Meninggalkan Bu Tirta yang tampak tak peduli meskipun anak muridnya ramai mengobrol atau menggerutu, lelaki itu pun mengalihkan pandangannya ke arah Rafika yang tengah mengobrol bersama teman sebangkunya, dengan wajah yang selalu cerah meskipun di luar sana matahari sedang terik dan membuat wajah kelelahan serta kepanasan.

GlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang