Dapat terlihat tatapan dalam dari lelaki itu, lelaki yang masih terlihat muda meskipun usianya sudah di kepala 4.

Lelaki itu mendekat, Kennand juga masih terdiam, ia tidak percaya saja. Sejak berbelas-belas tahun lalu ayahnya sama sekali tidak berubah.

"is he our boy? he's an adult."
(Dia anak laki-laki kita? Dia sudah dewasa)

Dengan segera lelaki itu memeluk anak laki-lakinya, yang kini lebih tinggi darinya.

"I used to have to bend down to hug him, now he has to bend down to hug me"
(Dulu aku yang harus membungkuk untuk memeluknya, sekarang dia yang harus membungkuk untuk memelukku)

Ayahnya sudah terbiasa menggunakan bahasa Inggris di Amerika, mungkin masih bisa berbicara dengan bahasa Indonesia meski tidak banyak.

"Look at him so handsome, is he really my son?"
(Lihat, dia sangat tampan, apa benar ia anakku?)

"That's right, he's your son, but he doesn't just look like you"
(Benar, dia anakmu, hanya saja dia tidak mirip denganmu)

"Kamu sudah sangat tinggi sekarang" ucap ayahnya. "Benar, dia tidak mirip denganku, hanya waktu kecil saja mungkin"

"Yaa, he even has a girlfriend now"
(Yaa, bahkan dia sudah punya pacar sekarang)

"Why don't you invite him to come here?"
(Kenapa kamu tidak mengajak nya ikut kesini?)

"That girl just got out of the hospital today"
Ucap Kennand dengan suara berat.
(Gadis itu baru keluar rumah sakit hari ini)

"really? Maybe we'll meet another time"
(Benarkah? Mungkin kita akan bertemu lain waktu)

Percakapan panjang bahkan terjadi, banyak hal yang ditanyakan Albern, ayah dari Kennand. Sangat banyak, yaa layaknya seorang ayah dan anak laki-lakinya yang tengah bertukar pikiran.

Setelah percakapan panjang yang memakan cukup waktu, ayahnya segera mengajak anaknya itu masuk ke dalam perusahaan besar itu.

Masih ingat Kennand dulu tak ingin tahu soal orangtuanya, bahkan tak ingin bertemu mereka lagi. Tapi setelah kejadian ini, ia benar-benar bersyukur masih bisa dipertemukan dengan orangtuanya.

Katanya... Kesempatan sebelum ia meninggalkan dunia ini.


Ayahnya lebih banyak berbicara bahasa Indonesia di dalam, mungkin kalau dengan Kennand, ia tau anak laki-lakinya ini pandai dalam berbahasa asing.

Ayahnya itu berjabat tangan dengan lelaki lain yang sepertinya seumuran, dengan seorang istri dan anak perempuan yang nampaknya seangkatan dengan Kennand.

Ayah dan bundanya nampak akrab dengan keluarga kecil itu. Kennand tak terlalu peduli, lagian ia tidak tau apa-apa soal keluarga itu.

Ia lebih memilih mementingkan rasa khawatirnya, tangannya bisa diumpamakan sangat gatal, ia ingin menelepon Hazel sedari tadi. Ia benar-benar khawatir.

"Ini Kennand, anak laki-laki saya, yang pernah saya ceritakan waktu itu" ucap Albern formal.

Kennand membungkuk, memberi hormat.

Kennand Perfect BoyfriendWhere stories live. Discover now