42. Penenang dari pihak kampus.

72 6 0
                                    

"Pipi kamu mulus. Saya ingin mengelusnya, seumur hidup."

Keduanya saling melirik. Sang primadona terus memberi ancaman lewat tatapannya. Sedangkan, sang pengajar terus menggigit bibirnya sendiri.

Arasya melotot tajam dan tidak pernah berpikir kalau dirinya akan terjebak dalam situasi seperti ini. Setelah meneteskan air mata, tangan kanannya mendadak sudah mengepal hebat dan akan menonjok wajah Bapak Roni.

Sebelum mengangkat tangannya ke udara, Bapak Roni langsung mencengkeram kedua tangan Arasya dengan sekuat tenaga.

Sekarang gadis itu sudah tidak bersaya. Seribu perlawanan pun terasa percuma. Sekuat apapun tenaga perempuan, pasti tidak akan bisa mengalahkan orang tua bertenaga super seperti Bapak Roni.

"Aaaaaa ... berhenti mencengkram tangan saya, Pak!"

"Saya sudah bilang, jangan melawan ...."

"Pak, saya ingin pulang. Lepas, Pak!"

"Diam! Nanti akan semakin sakit."

"Saya dosa apa, Pak? Kenapa diperlakukan seperti ini?"

"Salah sendiri cantik dari lahir."

"BAPAAKKKKKKK!"

"Hahaha ... jangan berteriak!"

"LEPAS, PAK! Saya mau pulang!"

"Ssstttt ... diamlah!"

"TOLONGGGG! SIAPA PUN, TOLONG!"

"JANGAN BERTERIAK!"

"TOLONGGGGG! SIAPA PUN, TOLONGGG!"

"KAMU AKAN SEMAKIN KESAKITAN KALAU TERUS MEMBERONTAK!"

Suara itu terdengar menyeramkan, Arasya semakin ketakutan dan panik. Ketika panik, seseorang tidak akan bisa berpikir jernih.

Gadis cantik itu menarik kedua kaki dan meringkuk. Dia sudah putus asa karena tidak bisa melakukan perlawanan.

Semua ilmu beladiri seakan sulit dilakukan kalau sudah berada di ruangan sempit dan licin seperti ini. Mau berteriak pun rasanya percuma karena ruangan Bapak Roni ada pere

Saat semakin mendekati wajah Arasya, Pak Roni semakin tersenyum renyah seakan sudah siap menyantap sesuatu.

Tap!

Tiba-tiba, seseorang menarik baju belakang Bapak Roni lalu diseret keluar dari toilet. Arasya mendongak ketika wajahnya tidak lagi merasakan deru napas Bapak Roni.

Sang primadona terkejut setengah mati ketika melihat sang dosen meronta-ronta. Meskipun sudah memberontak, Bapak Roni masih tidak mampu lepas dari cengkraman orang tersebut.

"Alvarios!" teriak Arasya sambil berderai air mata.

Gadis itu segera berdiri, kemudian berjalan keluar kamar mandi. Dia melihat Alvarios duduk di dada Pak Roni sambil memberi tonjokan kencang.

Buk!

Suara itu berasal dari gesekan tangan dan kulit dada, terdengar menggelegar seolah memberitahu semua orang bahwa Alvarios sedang murka.

Mulut Alvarios tertutup rapat, tatapi mata yang tajam itu memperlihatkan kebencian. Tubuh gagahnya tidak berhenti memberi pukulan telak.

"Alvarios, kamu kenapa?" Bapak Roni masih pura-pura polos.

"Jangan menganggap dia gadis murah!" geram Alvarios sambil melotot tajam.

"Kamu pasti salah paham! Alvarios, saya bisa jelaskan!"

"Anda akan membayar semua yang sudah disentuh!"

"Heh, berhenti menonjok wajah saya! Jaga batasan kamu, Alvarios!"

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Where stories live. Discover now