7. Sweet Family.

198 11 66
                                    

Keesokan harinya ....

"Arasya, bangun, Sayang!"

Seorang wanita menggoyangkan tangan Arasya dengan lemah lembut. Wajahnya yang terlihat keibuan membuat Arasya langsung merasa tenang. Malam ini, Arasya tidur nyenyak.

Dia tidak meneteskan air mata seperti hari-hari sebelumnya. Tidak banyak kejadian yang terjadi saat malam tadi. Mimpi buruk yang selalu mengintai seakan lenyap dimakan rayap. Arasya membuka mata dan menatap Mami Hanum dengan senyum manis.

"Mami udah lama di sini?" tanya gadis cantik ini dengan suara serak.

Mami Hanum menggeleng pelan. "Enggak, Mami baru duduk, eh, kamu udah bangun."

"Mami?"

"Iya, Sayang?"

"Kok, Mami cantik terus? Apa gak bosan?"

"Kamu setiap hari pun cantik, apa nggak bosan?"

"Ya ampun, Mami bisa aja." Arasya tertawa kecil.

Mami Hanum mengusap rambut sang putri. "Hehehe ... cepat mandi! Nanti kita sarapan sama Papi."

"Siap, komandan!" ujar Arasya sampai membuat Mami Hanum terkekeh.

Sejak kecil, Arasya sudah diperintah untuk membereskan kasur sendiri. Dia dilarang untuk bergantung pada pembantu. Setelah membereskan kasurnya, Arasya pun pergi menuju kamar mandi.

Gadis itu membiarkan air bersih jatuh membasahi rambutnya. Arasya mendongak, lalu tersenyum kecil. Dia bersyukur karena malam ini, tidak ada yang mengganggu lewat MEDSOS.

Beberapa menit berlalu. Arasya sudah memakai pakaian rapi dan sedang asyik duduk di meja makan. Papi Levi sedang duduk di depannya. Mata tajam dan kulit wajah yang masih muda membuat Arasya lupa bahwa beliau adalah ayah kandungnya.

"Kata Arasya, Mami cantik," sela Mami Hanum sambil menepuk pundak suaminya.

Papi Levi menoleh, lalu menjawab, "Iya, malah cantik banget, Arasya aja kalah."

"Lho? Arasya masih gadis! Kenapa Papi banding-bandingkan sama Mami? Mami kan udah bolong," gumam Arasya dengan begitu asal.

"Bolong apanya, tuh?" goda Papi Levi dengan ekspresi tegas.

"Bolong lobang hidungnya atuh, Papi. Arasya juga bolong kok hidungnya," balas Arasya dengan senyuman jahil.

"Kebiasaan! Anak gadis gak boleh ngomong yang aneh-aneh," protes Mami Hanum dengan wajah memerah, "sudah, cepat makan! Kamu harus gemuk, ya? Dari kemarin, tubuhnya kecil terus."

"Tubuh Mami juga kecil," gerutu Arasya sambil mencomot makanan milik Papi Levi.

Mami Hanum menoleh, kemudian berkata, "Hey, itu makanan milik Papi!"

"Udah, biarkan aja!" balas Papi Levi sambil terkekeh.

"Dimarahin Papi. Kasihan," ejek Arasya dengan senyum jahilnya.

Benar kata orang, Ayah adalah orang paling baik sekaligus cinta pertama untuk anak perempuannya. Arasya pun menyetujui kalimat itu. Papi Levi menyayangi keluarga kecil ini tanpa jeda dan bahkan tidak marah saat anaknya mengatakan hal-hal aneh.

Untuk menebus perasaan bersalah, Mami Hanum mengecup kening sang putri lalu ikut makan bersama dua orang paling tersayang. Keluarga kecil ini memang selalu begitu, harmonis dan terhindar dari gibahan tetangga. Dalam segi keluarga, Arasya termasuk anak yang beruntung.

***

Pada pukul 10.15, Arasya melihat Papi Levi sedang menyendiri dan asyik membaca lembaran koran. Koran itu terlihat usang, beberapa lembarnya saja sudah berwarna kecoklatan, ada juga yang sobek karena dimakan oleh rayap.

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Where stories live. Discover now