36. Dia memang jahil.

55 3 0
                                    

Beberapa hari kemudian ....

Beberapa menit lagi, kelas akan segera di mulai. Namun, dirinya malah baru selesai ganti pakaian.

Dalam keadaan tergesa, Arasya menuruni anak tangga dari lantai dua. Dia menatap jangan tangan dengan perasaan tidak tenang.

Gadis itu melihat orang tuanya sedang sarapan. Mami Hanum membantu Papi Levi untuk meraih lauk-pauk, seperti hari-hari biasa.

"Dibilangin jangan gadang, ngeyel!" dumel Mami Hanum dengan wajah merah padam.

Papi Levi segera memegangi tangan istri tercinta. "Jangan marah gitu! Arasya telat karena semalam dangdutan sama Papi," ucapnya.

"Papi, sih! Aneh banget. Udah tahu anaknya ada kelas, bukannya disuruh belajar ... malah diajak dangdutan." Mami Hanum masih tersungut-sungut.

Arasya berusaha menahan tawa karena Papi Levi terlihat sangat memelas. Ini masih pagi, tetapi drama di rumah ini hampir tamat.

Gadis berpakaian hitam mulai mendekati Mami Hanum. Dia mengecup pipi ibunda, dengan lemah lembut. Tidak lupa memeluk perut sang Ibu sambil tersenyum hangat.

"Jangan ngomel-ngomel terus, ya? Nanti cantiknya luntur," pinta Arasya.

Mami Hanum pun menoleh. Dia sudah menahan tawa karena tingkah Arasya sangat menggemaskan kalau sudah membujuk seseorang.

"Bisa aja luluhin amarah Ibunya!" ungkap Mami Hanum sambil tersenyum kecil.

"Apa sih yang enggak buat wanita secantik Mami," goda Arasya.

Mami Hanum mencubit pelan pipi sang putri. "Mau makan dulu, Sayang?" tanya Mami Hanum.

"Lihatin Mami aja udah kenyang." Arasya menaruh tangannya di atas dagu.

"Oh, okay!" balas Mami Hanum, "nanti Papi gak usah beli beras lagi. Kata Arasya, lihat wajah Mami aja udah kenyang."

"Lho? Yang ngomong kenyang itu Arasya," omel Papi Levi, "kenapa malah Papi yang harus puasa dadakan?"

"Hahaha ... bercanda, Pi," celoteh Mami Hanum. Tangannya kembali menaruh makanan favorit di hadapan Papi Levi.

Papi levi tersenyum hangat. Di hari ini, tidak ada kejadian macam-macam. Arasya bahkan terlihat sangat bahagia dan seperti tidak memiliki masalah. Beliau senang kalau melihat buah hatinya berbahagia.

"Bahagia terus, ya?" perintah Papi Levi, "jauhi orang-orang yang ingin menjatuhkan kamu!"

Arasya mengangguk pertanda setuju. Dia tidak tahu, setan apa yang merasuki Papi Levi sampai menjadi orang bijak seperti itu.

Biasanya, Papi Levi akan berebut makanan dengannya lalu membahas film-film lawas bersama Mami Hanum. Dia juga sering mendengar bunyi 'ntak-ndut, ntak-ndut' dari bibir Papi Levi saat meniru suara gendang alias lagu dangdut.

"Jangan dengarkan Papi, Sya!" sela Mami Hanum, "manusia itu diciptakan untuk saling melengkapi dan memberi hikmah."

"Ngapain memberi hikmah? Lebih enak memberi sembako," celetuk Papi Levi sambil mencomot makanan Arasya.

"Barusan bijak, sekarang malah kumat," gerutu Arasya sambil menjauhkan makanan dari Papi Levi.

Papi Levi tidak menjawab dan hanya terkekeh saat melihat kelucuan Arasya.

"Orang baik akan memberitahu kita bahwa dunia masih belum kehilangan malaikat, orang jahat akan memberi tahu kita agar selalu waspada. Itu yang dinamakan berbagi hikmah."

Mami Hanum terlihat begitu tenang, meskipun Papi Levi terus usil pada istri dan sang buah hati.

"Kalau ada yang berusaha menjatuhkan kamu, jangan takut! Hadapi aja," usul Mami Hanum.

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang