fiche ceann

2.7K 149 0
                                    

Thiyya's POV

Udah 2 minggu semenjak kejadian dinner bareng teman bisnisnya Mama a.k.a Tante Helena a.k.a Mamanya Dia. Tapi sumpah, sampai sekarang, aku masih belum mau manggil Dia dengan namanya sendiri. Aku takut, aku gak bisa move on dari dia. Dan, nyatanya, aku berhasil! Dua minggu aku gak mikirin si Dia lagi. Tapi, tetep aja, Mama masih ngungkit hal dinner itu. Kalau udah kayak gitu, aku akan terus kepikiran lagi. Sebenernya, Mama emang kayaknya pengen banget aku jadian sama Dia kali, ya?

"Halo anak Mama yang paling cantik! Mama pulang!" kata Mama yang membuka pintu rumah.

Aku pun yang lagi nonton di ruang TV pun berjalan menuju Mama dan memeluknya.

"Tumben pulang cepet!" kataku keheranan.

For your information nih ya, Mama tuh biasanya pulang jam 10 malam. Makanya sekarang aku bingung, tumben Mama pulang cepet.

"Ah, Mama kan pengen dinner berdua sama kamu, Thiy." kata Mama

"Mama bukan pedofil, kan?" tanyaku bercanda.

Mama pun menatapku dengan tatapan kurang-ajar-banget-sih-lo-jadi-anak.

Aku pun cengengesan tidak perduli.

"Mama ganti baju mandi dulu,gih! Bau!" ejekku.

Mama hanya mendengus. "Iya bawel. Eh, kan menurut pepatah, buah jatuh gak jauh dari pohonnya. Berarti, kamu juga bau sama kayak Mama, dong?" kata Mama

"Mama bau! Gece-gerak cepat- mandi!" kataku sambil mengusir Mama.

Sial, aku emang anak yang gak tau diri. Tapi, Mama biasa aja tuh sama kelakuanku yang 'agak' kelewatan ini. Kalau kata Mama sih, "Gak apa-apa. Kamu mah gak usah terlalu kaku sama Mama. Yang penting gak kelewat batas! Lagipula, kalau kamu ngelucu gini, Mama keinget Papa."

Saat aku ingin duduk lagi di ruang TV, Mama meneriaki-ku.

"THIYYAAAA!! KAMU DELIVERY PIZZA YAA!! MAMA LAGI MALES MASAAAAKKK!!"

"OKEEEE!! PIZZA PEPPERONI YA, MAAAAA"

"TERSERAHHHH KAMUU!!"

Yess!! Pizza for dinner is the best thing ever! Apalagi, makannya sama orang yang kamu sayang. Makin kerasa deh makannya!

Aku pun mengangkat gagang telepon rumahku. Aku pun mengetik nomor restoran pizza dan segera memesannya.

"Malam.. Iya.. Saya pesan pizza pepperoni sama cheese.. Iya.. Alamatnya di Diamond Street nomor 32... Ya.. Atas nama Thiyya.. Iya.. Oke.. Thanks!" kataku di telepon.

Mama pun turun ke lantai bawah. Dia langsung duduk di sebelahku dan mengambil cemilan yang sedari tadi menemaniku menonton Harry Potter movie marathon.

"Ini HarPot yang ke-berapa, Thiy?"

"Ini? Yang ke-5, Ma!"

"Judulnya apaan?"

"Harry Potter and The Order of The Phoenix, Ma."

"Ohh, gitu.."

"Yoii.."

"Thiy, yang dibunuh sama ayahnya Draco siapa namanya? Itu siapanya Harry?"

"Yang dibunuh itu namanya Sirius Black, Ma. Dia itu Godfather-nya Harry."

"Ohh.. gituu.. Kesian juga itu si Harry."

"Iya, Ma."

Aku dan Mama pun melanjutkan tontonan kami.

TING NONG!!

"Thiy, ada yang mencet bell, tuh! Liat gih! Siapa tau pizzanya udah datang!" kata Mama.

TRY {Completed}Where stories live. Discover now