seacht déag

2.6K 145 2
                                    

Author's POV

"Selamat makan!" kata Ian sambil memakan bekalnya.

"Itadakimasu!" kata Nadia.

Thiyya dan Ian pun langsung menatap temannya itu bingung.

"Kenapa?" Tanya Nadia yang sadar bahwa dari tadi dirinya dilihat oleh teman-temannya.

"Tau bahasa apa sama artinya aja enggak!" kata Thiyya.

"Ini bahasa Jepang dan artinya itu selamat makan." Jelas Nadia.

Ian dan Thiyya pun hanya ber'oh' ria.

"Sejak kapan belajar bahasa Jepang?" tanya Ian keheranan.

"About two or three weeks ago,I guess? I don't really know,hehehe." Kata Nadia sambil cengengesan.

Lalu,ketiga sahabat itu pun langsung melanjutkan makanan mereka. Dari kejauhan,terlihat Clarissa yang berjalan ke arah meja Thiyya,Ian,dan Nadia. Clarissa sudah siap menyebarluaskan gossip ter'hot' hari ini.

"Guys,mau tau kabar yang lebih hot dari yang kemaren,gak?" tanya Clarissa yang lagi-lagi meminum minuman Thiyya.

"Ada apaan Clar?" tanya Ian.

Clarissa pun menengok ke arah meja salah satu anak. Tak beberapa lama,Clarissa pun kembali menengok ke arah Thiyya,Ian,dan Nadia.

"Bakal ada peristiwa seru deh!" kata Clarissa dengan semangat.

"Peristiwa apaan sih? Paling gak penting-penting amat!" kata Nadia dengan nada yang meremehkan.

"Tunggu aja,lah!" kata Clarissa.

Sekitar 5 menit kemudian,ada seorang anak laki-laki naik ke meja kantin.

"Minta perhatiannya semua." kata anak laki-laki itu.

Thiyya pun langsung menengok ke arah suara laki-laki itu. Betapa terkejutnya Thiyya ketika tau bahwa anak laki-laki itu adalah Dylan. Cowok pertama yang dia suka.

Mau apa dia di situ? batin Thiyya.

"Engh,gini,sebenernya,gue cuma mau ngomong kalo g-gue s-suka s-ama.." kata Dylan dengan terbata-bata.

"Bianca." Kata Dylan melanjutkan pembicaraannya.

Seketika,seluruh murid yang ada di kantin ber'awh' ria. Lalu,Dylan yang tadinya berdiri di atas meja kantin langsung turun dan menghampiri meja Bianca.

"Bi,lo mau kan jadi pacar gue?" tanya Dylan.

Bianca dengan senang hati menganggukkan kepalanya. Thiyya yang melihat kejadian ini hanya bisa menahan air matanya.

"Engh,guys,maaf banget ya,kayaknya gue kenyang deh,g-gue butuh ke toilet,bye!" kata Thiyya sambil berlari ke arah toilet.

"What's wrong with her?" tanya Ian ke Nadia.

"Aduh,gimana ya ngasih taunya?" tanya Nadia ragu-ragu.

"Kasih tau aja elah!" kata Ian memaksa.

"Iya bawel! Tapi janji jangan sakit hati!" kata Nadia sambil mendengus.

"Iya! Cepetan cerita!" kata Ian.

"Thiyya suka sama Dylan." Kata Nadia dengan singkat,padat,dan jelas.

"Oh,oka-wait what?" tanya Ian yang tiba-tiba saja kaget.

"Thiyya loves him,you idiot! I already said that!" kata Nadia sambil meneguk minumannya.

"D-dylan?" tanya Ian terbata-bata.

"IYA ET DARI TADI!" kata Nadia.

"Oke,gue gak ada kesempatan lagi untuk deketin Thiyya." kata Dylan dengan fake smile-nya.

"Sabar aja,bro! Lo kan udah dianggep sahabat sama Thiyya. Kalo lo sayang sama Thiyya,make sure lo ada di deket Thiyya saat dia butuh.Nah,sekarang kan dia lagi butuh,lo samperin dia,bikin dia tenang." kata Nadia.

"Maksud lo,gue harus masuk ke toilet cewek gitu? Hell no!" kata Ian.

"Ih engga,gue yang masuk,lo tunggu di luar. Pas dia udah keluar bareng gue,lo nenangin dia." kata Nadia.

Ian pun mengangguk. Mereka berdua langsung berlari ke arah toilet perempuan.

"Lo tunggu di sini,gue masuk dulu!" kata Nadia.

Ian hanya mengacungkan jempol.

***

Thiyya's POV

Kenapa harus aku?

Kenapa harus aku yang selalu ngerasain sakitnya?

Aku benci!

Baru pertama kali jatuh cinta aja rasanya gini!

Bener kata Papa,cinta itu menyakitkan.

Ini sudah air mataku yang ke-100 (mungkin) karena Dylan.

Mataku udah kerasa parah banget ini.

Sakit.

Apa salahnya sih suka sama orang?

"Hiks.. Aku capek.." kataku.

Tiba-tiba,aku mendengar ada suara pintu terbuka.

"Thiy, I know you're in there. Ian is asking where you've been." kata sebuah suara yang aku kenali itu adalah suara Nadia.

"Ja-hiks-ngan sok fro-hiks-zen deh!" kataku sambil menangis.

"Thiy,please keluar. Masa cuma gara-gara cowok nangis sih?" tanya Nadia.

"Gue gak tau hiks kalo rasanya suka sama hiks orang tuh bakal sesakit ini,Nad." kataku.

"Trust me,lo nangis sampe ngebanjirin alam semesta gak akan ngebuat Dylan nembak lo! Please,lo harus lupain dia. Lo bisa lupain dia!" kata Nadia.

Wait,kata-kata Nadia kok agak jleb,ya? Tapi,ada benernya juga sih. Untuk apa aku nangisin Dylan? Aku bodoh. Bodoh banget.

"Thiy?" tanya Nadia.

Aku pun langsung keluar dari toilet. Aku pun menggandeng Nadia keluar toilet.

"Thiy,are you okay?" tanya Ian.

"Aku harus bisa ngelupain dia." gumamku pelan nyaris tidak terdengar.

"Kenapa?" tanya Ian dan Nadia secara bersamaan.

"Gue harus bisa ngelupain Dylan.Gue mohon banget lo berdua bantu gue ngelupain dia." kataku.

Ian dan Nadia tersenyum lebar.

"Serahin semua sama kita!" kata Nadia dan Ian. Setelah itu,mereka tos.

"Makasih semua,kalian emang the best banget!" kataku sambil memeluk mereka.

"Anything for my bestie." kata Ian.

Aku pun tersenyum.

***

Author's Note :

HEIHO EPERIBADEH LUVLUV HAHAHA!! AKHIRNYA AKU UPDATE LAGI OMG AKU SENANG SEKALI!

MAKASIH BANGET ATAS KESABARANNYA NUNGGUIN LANJUTAN DARI TRY,SO HERE IT IS. I HOPE YOU ENJOY IT!

Vote and comments nya ditunggu loh😜.

Xx

T.

TRY {Completed}Where stories live. Discover now